Level 14 - Perfect Match

397 82 16
                                    

In Jiho's Eyes...

"Kebohongan apa lagi yang harus kudengar?"

Bukan salah Baekhyun karena dia seringkali berpikir bahwa aku tengah dijebak atau diserang oleh player lain. Bagaimana pun di mata Baekhyun aku terlibat dalam masalah ini karena aku memilih untuk berada di pihaknya sehingga dia merasa bahwa dia bertanggung jawab terhadapku.

Tapi tidak juga jadi salahku ketika aku tidak ingin Baekhyun tahu semua yang aku lakukan di dalam kehidupanku. Bila di mata Baekhyun aku ini terlibat masalah karenanya, mengapa aku justru beranggapan bahwa Baekhyun menganggapku sebagai seorang player lemah yang tidak bisa melindungi diri sendiri?

"Apa aku kelihatannya sedang diserang oleh mereka, Baekhyun?" tanyaku akhirnya, mengingat bahwa dia meretas akunku—yang artinya dia bisa dengan mudah tahu apa yang terjadi padaku saat aku tengah online—aku terlempar pada fakta bahwa Baekhyun seharusnya bisa menganalisis apa yang terjadi padaku tanpa harus menunggu aku menjelaskan.

"Apa aku sekarang terlihat sedang berbohong? Bukannya kau bisa tahu dengan jelas apa yang sedang terjadi? Kau juga bisa tahu kalau percakapanku dengan mereka bukanlah tentang battle, atau permusuhan bukan?" sambungku, ingin menyadarkan Baekhyun bahwa emosi yang sekarang dipamerkannya tidaklah tepat waktu.

"Kau tidak online melalui survival tube milikmu, bagaimana aku bisa tahu semua itu?" pertanyaan Baekhyun membuatku tersadar bahwa dia pasti tahu kalau aku tidak ada di tempat tinggalku.

Apa dia bisa dengan mudahnya tahu kalau aku tidak menggunakan survival tube-ku juga?

"Lagipula, aku bukannya lemah, Baekhyun. Aku hanya tidak punya level sebaik dirimu. Bukan berarti aku akan tidak berdaya di hadapan musuh." lagi-lagi aku buka suara.

Aku pasti terlihat seolah sedang berusaha menyudutkan Baekhyun, tapi tidak, aku tidak bermaksud begitu. Baekhyun adalah seorang jenius, aku jelas tahu itu. Dan seharusnya Baekhyun juga tidak melakukan hal-hal konyol seperti ini.

Terlebih, Taeil sedang menunggu. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan setidaknya sebelum jam menunjukkan angka delapan.

"Aku menunggumu, Jiho." ucap Baekhyun akhirnya.

"Aku tahu, dan aku juga tahu benar kalau aku harus menemuimu, Baekhyun. Tapi ini bahkan belum jam delapan, dan aku berencana menyelesaikan urusanku dengan mereka sebelum jam delapan. Kau tahu aku tidak ingkar janji." aku kemudian melunak, menyadari bahwa yang membuat Baekhyun menunjukkan emosi seperti ini sekarang adalah karena dia berpikir bahwa aku mungkin lupa pada janji yang telah kubuat dengannya, dan kemudian mengabaikannya.

Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu saat aku bahkan sama sekali tidak bisa mengabaikannya?

"Dua menit lagi jam delapan." ucap Baekhyun kujawab dengan anggukan pelan.

"Aku tahu, jadi biarkan aku menyelesaikan urusanku sebentar dengannya di sana, aku akan menemuimu setelah itu. Aku sudah mengecek map yang kau berikan padaku, dan aku tidak akan lupa tempatnya."

Baekhyun menjawab dengan sebuah gelengan. "Kau tidak akan bisa menyelesaikan battle dengannya dalam waktu dua menit. Dia punya DPS yang cukup tinggi. Lupakan saja kalau begitu, kau tidak harus menemuiku."

Tanpa sadar aku ingin tergelak. Ucapan Baekhyun sekarang terdengar seolah dia adalah anak berusia tujuh tahun yang merajuk karena tidak dibelikan apa yang dia inginkan. Bagaimana mungkin dia pikir aku akan mengabaikannya?

"Tunggu di sini sebentar, oke?" aku kemudian berkata, tanpa menunggu jawaban Baekhyun aku melangkah—tidak, aku melesat, dalam game—ke arah Taeil yang sedari tadi menunggu.

GAME OVER [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang