"Kamu berdarah." Bunyi pintu berdecit membuat Megan tanpa melihat pun tahu bahwa Christian yang baru saja melangkah masuk disertai bau anyir darah segar pada diri lelaki dewasa tersebut.
Christian sedikit kaget mendapati sang ratu tengah duduk di tengah ranjang berukuran besar miliknya. Memilih melangkah mendekat lagi dengan wajah datar sedikit heran dan juga penuh tanda tanya, ia akhirnya mematung tepat di hadapan Megan meski ada jarak ranjang yang memisah keduanya.
"Mandilah ... Akan aku siapkan baju tidurmu." Masih dengan nada tenang namun Christian sejatinya tahu bahwa Megan tengah khawatir akan keadaannya. Tanpa bersuara, Christian akhirnya menganggukkan kepala miliknya dan berjalan menjauh masuk ke kamar mandi.
Hingga suara gemericiknya air terdengar, Megan baru beranjak dari tengah ranjang menghampiri lemari milik Christian dan mengambilkan lelaki tersebut celana pendek dengan atasan polos berwarna hitam. Setelahnya ia keluar menuju dapur, membuat teh hangat untuk Christian.
Beberapa menit berselang, Megan memasuki kamar Christian dengan satu gelas teh hangat di tangannya. Gadis tersebut melangkah mendekat ke arah nakas untuk meletakkan gelas tersebut. Mengetahui jika Christian tengah memandangnya saat gadis itu mulai memasuki kamar, akhirnya Megan mendekat dan tanpa aba-aba memeluk tubuh Christian yang setengah telanjang akibat lelaki tersebut memang tidak mau memakai atasan yang disiapkan Megan sementara di bahunya tersampir handuk basah yang baru saja ia gunakan melilit pinggangnya.
"Kenapa hm." Balas memeluk dengan satu tangan mengusap kepala bagian belakang Megan. Megan menggelengkan wajahnya yang sudah tenggelam di dada bidang Christian.
Beberapa detik tanpa suara, jeda seolah memaksa mereka berpikir keras atas apa yang akan mereka ucapkan, "Is everything right?"
Tanpa melepaskan pelukan satu sama lain, Christian mengangguk dengan bersemangat, "Sinhyang died. We did it ratu." Seketika wajah Megan memanas dan air matanya tumpah tanpa mau melepaskan pelukannya.
"Thank you.. Thank you Christian.. Thank you." Berulang kali ia ucapkan terimakasih pada mafioso kesayangannya tersebut.
Christian hanya terus mengusap sayang bagian belakang tubuh Megan sembari menenangkan gadis itu dari sesenggukannya.
...
Pagi menjelang dengan seluruh penghuni mansion yang tertidur pulas di sisi kamar mereka masing-masing, tentu saja kecuali seluruh maid di sana.
Lenguhan pelan keluar dari bibir ranum Megan. Ia hendak berdiri dari posisinya kala ia sadar, lengan kokoh tengah melingkari tubuhnya dari arah belakang. Dengan pelan ia memindahkan lengan Christian agar tak membuat lelaki dewasa tersebut terbangun.
Berlari pelan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri hingga membuka gorden kamar, membiarkan jutaan partikel cahaya perlahan memasuki kamar. Megan melakukan itu semua dengan perlahan dan pasti agar tidak membuat sang empunya kamar terbangun.
Dengan gerakan mengendap seperti sebelumnya, ia akhirnya keluar dari kamar tersebut meninggalkan Christian yang masih bergulung dengan selimut miliknya.
"Oh! sudah bangun." Sapaan Aurora membuat Megan melirik dari ujung matanya dan mengangguk perlahan. Kedua gadis tangguh dengan ukuran mungil tersebut menuruni tangga secara bersamaan dalam keheningan.
"Selamat pagi ratu." Sapaan Sana juga terdengar memecah keheningan kala Megan dan Aurora berjalan masuk dapur. Mereka duduk pada posisi masing-masing di meja makan yang muat untuk enam belas orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 6. Behind Xian Artch
General FictionCERITA TELAH SELESAI Namanya Bao Megan, gadis semester dua yang berada di puncak emosi dengan peliknya masalah dari bisnis Dunia Hitam. Tak cukup hanya itu, kisah percintaan yang rumit membawanya pada ketidak pastian berkepanjangan...