Dua Lima

1.8K 138 9
                                    

Karena cinta bukan aksara yang nyata, maka seperti ini keadaanya; Christian terlelap karena mabuk sedang Megan duduk di sisa kanan king bed, mengusap sayang kepala lelakinya.

Cinta bukan sesuatu yang mudah diutarakan. Maka, Megan hanya akan diam tersenyum sementara batinnya berbicara berkelana mengucapkan rayuan ulung untuk sang lelaki.

Megan mendadak memberanikan diri berdiri tanpa bantuan kursi roda kala tahu Christian tak berdaya di club malam. Meski masih sedikit bergerak dengan kesusahan, tapi Megan perlu diacungi jempol atas keberaniannya.

Sementara di dalam kamar Christian yang luas terjadi keheningan dengan gemuruh batin memuja. Di bawah sana, tepat di ruang tamu mansion, Achilles, Aurora serta Ilyas dan beberapa antek Cosplay tengah menunggu reaksi Niall tentang tujuan laki-laki itu bertamu malam hari.

"Jadi, apa?" Kata Aurora menggantung bagai hatinya.

Niall tidak mengindahkan, alih-alih tersenyum meski Ilyas benar tahu itu bukan senyum melainkan smirk, "Oh man you need to answer." Aurora berucap sembari berjalan ke arah Niall. Mendekati lelaki dengan tinggi hampir sama dengan Ilyas.

"Kamu tahu persis, mereka membawa pistol. Aku memperingatimu." Bisiknya tepat di telinga kiri Niall.

Tahunya tawa Niall menggelegar, seolah menantang bahwa ia tak peduli pada adanya benda-benda yang bisa melayangkan nyawanya seketika.

"Apa bahkan kamu tuli, aku sedikit merasa jengkel!" Aurora menggerutu saat Niall tak juga mengeluarkan suara sebagai jawaban. Matanya justru mencari keberadaan seseorang yang saat ini tengah di incarnya.

Selama Christian tidak ada di sekitar Megan, maka Megan adalah sasaran yang mudah ditumbangkan.

"Aku di sini jika kamu mencariku." Suara Megan menjawab gerak gelisah dari mata Niall. Senyumnya mengembang.

"Selamat malam, Megan." Basa basi ulung.

Megan muncul dari balik pilar besar dengan lengan Christian yang melingkar di pinggangnya, "Maaf aku sedikit kerepotan karena lelaki dewasa ini tidak mau ku tinggal." Dan dengan itu, Ilyas berlari pelan menuju di mana Megan dan Christian berdiri. "Ku ambil alih." Memindahkan tangan Christian dan sedikit pelan memboyongnya ke sofa tamu.

Sedang di posisinya, mulut Aurora menganga tak percaya, "Dasar bucin. Kemana-mana berdua." Ejeknya.

Megan dalam keadaan di ambang batas emosi. Menghadapi Christian yang masih hang over adalah hal yang sangat menguras tenaga dan isi otaknya.

Lirikan tajam mata Megan membuat Aurora berdecak sebal, perempuan itu tetap duduk di lengan sofa sembari was-was menatap gelagat Niall yang berbeda dari sebelumnya.

"Aku hanya bertam-"

"Tengah malam begini? Hah! Yang benar saja." Sarkas Aurora. Benar, hanya orang gila kurang kerjaan yang bertamu tengah malam tanpa adanya janji terlebih dahulu.

"Dude, rumah ini cukup jauh dari hiruk pikuk kota. Jika kamu beralasan tak sengaja lewat," Aurora menggantung kalimatnya. Ia berdiri menghampiri Megan. Tangan perempuan itu tanpa basa basi mencapai punggung Megan, mengambil sesuatu dari sana tanpa mengalihkan atensi matanya dari Niall. "Kecuali, kamu katakan apa maksud tujuanmu kemari!" Hardiknya disertai todongan pistol mark 23 ke arah Niall duduk.

Jarak dua meter tidak akan menghalangi laju peluru menembus kening menggoda Niall jika Aurora pintar membidik. Dengan itu pula hampir seluruh Mafioso di ruangan itu maju dua langkah mengepung sofa yang Niall duduki beserta masing-masing pistol di tangan mereka.

Aurora terlihat bersmirk tanda ia memenangkan suasana. Kepalanya menoleh membisikkan sesuatu pada Megan yang di angguki Megan.

"Hanya katakan apa keperluanmu kemari dengan membawa serta pistol di punggungmu, Niall?"

Ilyas membolakan matanya dan dengan cekatan berjalan ke arah Niall sementara tangan kirinya sibuk mengambil pistol di punggungnya.

Christian yang tadinya masih di landa pusing seolah merasa sehat seketika. Ia berjalan dengan sedikit sempoyongan mendekati Megan yang duduk di seberang sofa yang ia duduki dan di duduki Niall.

Seolah tak ada rasa takut dalam diri Niall, laki-laki itu berdiri dan justru berjalan ke arah Megan satu langkah dan mendapatkan todongan di dadanya oleh pistol Ilyas, "Aku akan menembakmu bung. Melangkahlah."

Laki-laki itu bersmirk sekali lagi.

"Baiklah. Megan, aku permisi dulu. Sampai jumpa di kampus besok." Bak tak ada dosa atau kejadian penting, Niall melangkah berbalik dan pelan hilang di balik tembok.

Ilyas dan beberapa mafioso mengikuti di belakang Niall untuk berjaga. Sementara Aurora puluhan kali mengumpat dengan tidak elitnya di depan Megan juga Christian.

"Aku setuju jika mansion ini sudah tak aman lagi." Kata Aurora yang mendapat anggukan Christian.

Ilyas ikut berkomentar saat ia sudah memasuki ruangan itu lagi. "Aku juga setuju jika ratu menginginkan pindah, aku dengan senang hati akan menurutinya."

Satu jitakan Ilyas terima dari tangan Aurora, "Tugasmu memang hanya menuruti bodoh."

...

Kepala maid yang baru membawakan air putih untuk Megan serta teh hangat untuk Christian ke dalam kamar Megan. Di sana, Megan duduk di kursi balkon kamarnya. Sekali lagi menengadahkan kepala dan melamun.

Christian bergabung, mengusik lamunan Megan dengan kecupan-kecupan mesra di punggung telanjang Megan. Megan hanya mengenakan tank top tipis berwarna putih setelah kepala maid keluar dari kamar miliknya.

"Melamun lagi, hm?"

Megan berbalik, menatap lekat mata bulat Christian. "Aku tidak tahu jika mungsuhku benar-benar banyak."

Christian terkekeh khasnya, "Hei.. kemana ratu mungil nan tangguh yang selama ini ku kenal sebagai Megan itu? Apa kamu menyembunyikannya?"

Cubitan halus Christian terima di perutnya dan pekikan 'aw' membuat Megan mengulas senyum lalu mereka tertawa bersama.

Detik berganti menit, posisi mereka berubah lebih intim. Christian memeluk tubuh ratunya dari belakang. Sesekali mulut nakalnya menggerayangi telinga kanan Megan dan Megan mengerang pelan karenanya.

"Aku bersungguh-sungguh." Tak ada sahutan karena Christian sedikit merasa gemas akan sikap takut yang Megan miliki. Bukan rengekan khas orang dewasa, justru terdengar seperti rengekan khas anak lima tahun yang mendapati permen lolipopnya terjatuh.

"Cukup selalu bersamaku dan semua akan aman." Jawab Christian membuat Megan mendunga. Perempuan itu menggelengkan kepalanya.

"Akupun tahu kamu tidak selamanya tangguh," Christian mengernyit mendengar pernyataan tersebut, "Kamu bahkan tumbang hanya karena alkohol." sindiran keras bagi Christian.

"Aku tidak mengataimu sayang, hanya saja-" Christian menunggu dengan tatapan teduh miliknya.

"Hanya saja kita tidak akan terus bisa bersama hanya karena ikatan kita sebatas hubungan antar mafioso."

✅️ 6. Behind Xian ArtchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang