DUA EMPAT

1.6K 106 5
                                    

Satu minggu lamanya masih dengan keadaan yang sama. Christian menjauhi Megan dengan sengaja.

Terus melemburkan diri di kantor. Jika tidak, ia akan menghabiskan malam hingga pagi di Club dan puncaknya adalah hari ini.

Tiga botol cukup untuk merangsang kemabukan seseorang dan Christian menjadi salah satunya untuk saat ini. Tangannya mengepal berkali-kali memukul meja bar dengan gerakan pelan lalu merengek menggumamkan kata 'Megan' dan 'Sakit'.

Pemimpin puluhan mafioso tak seharusnya seperti itu. Kala ia lengah, di belakang sana, beberapa mafioso lawan saling berbicara seolah memandu.

Tidak untuk saat ini namun cukup membuat kebanyakan mafioso memandang rendah Christian dan posisi laki-laki dewasa tersebut.

"Tidak dengan tambahan botol lagi Chris. Ratu Megan hanya sedang tidak bersungguh-sungguh." Hiburan dari sang bartender nyatanya tak membuat suasanan hati Christian membaik.

Kling Kling

Ponsel Christian berbunyi sekali lagi. Dengan decakan pelan, bartender tersebut mengangkat panggilan tersebut, "Halo."

"Halo Christian. Maafkan aku, bi-" Bartender tersebut menjauhkan ponsel dari telinganya. Tidak peduli sang penelpon terus mengoceh. Tersenyum kala melihat nama 'Wanitaku' yang tertera di sana. "Datanglah ke Sixty One Club nona, pacarmu mabuk dan menyebut namamu berulang kali."

Ia si Megan yang akan susah mengucapkan kata Terima kasih meski jelas ia di posisi harus mengucapkan kata tersebut.

...

Langkah kakinya angkuh melangkah memasuki club yang sangat familiar di kalangan pengusaha kelas atas. Dress merah mini, belahan dada rendah, cape blazer navy dan heels setinggi delapan centi.

Menghampiri Christian yang setengah tersedar di meja bar. Menopang kepala Christian dengan satu tangan sementara wajah mendekat dan mencium bibir tebal Christian dengan wajah memerah karena malu.

"Ckph-" Ciuman terlepas dan Christian menjadi tak sadarkan diri. Di sana jelas terlihat Christian yang tak menolak apalagi merespon karena lelaki dewasa yang baru saja menyerahkan harga dirinya untuk diinjak orang-orang tersebut tengah benar-benar mabuk.

Plak

Dari samping, dengan kuat tangan Megan menampar pipi kanan Sevya, "Dasar jalang!" ia marah bahkan sudah mendidih.

Ilyas mematung di pintu masuk club. Kesalahan besar membiarkan Megan beranjak dari kursi rodanya. Bertambah perempuan itu ternyata minta diantar ke Club malam. Namun ia bisa apa jika perempuan tersebut adalah atasannya. Sebenarnya kondisi Megan sudah jauh lebih baik karena Dokter juga sudah datang tiga hari sekali selama seminggu belakangan.

Hanya tamparan main-main milik Megan dan menimbulkan terhentinya gerak seluruh pengunjung club, "Apa Theo tak bisa memuaskanmu hingga calon suami orang pun berencana kamu ambil alih." Hardik Megan dengan satu tarikan napas.

Telunjuknya mengudara ke arah hidung bangir Sevya. Perempuan itu shock, "Kelakuanmu sungguh terpuji untuk amatiran." Sekali lagi bahkan pengunjung club enggan bergerak dari posisinya.

Tidak tahu menahu siapa Megan kecuali mereka yang akrab dengan Cosplay. Beberapa orang bahkan berdecak kagum melihat bagaimana mulut mungil Megan membaur dengan kelamnya hawa club.

Mulut manis yang seharusnya selalu berucap manis tersebut, kini menampakkan ketajamannya, "Jadilah pelacur jika kamu tidak merasa puas." Sekali lagi hanya karena ciuman sepihak.

"CUKUP!" Sevya menutup kedua telinganya dengan kedua tangan miliknya. Ia berteriak kesetanan karena sepertinya tak ada satupun orang di sana yang memihak dia. "Penghinaanmu sungguh luar biasa ratu Megan yang terhormat." Perlahan melepaskan kedua tangannya.

"Lelaki seperti Christian sama sekali tidak pantas bersanding denganmu. Cengeng, manja, sok memerintah! Padahal-" Tawa Sevya menggelegar tak tahu takut dan malu. "Bahkan hanya untuk mendesah saja sepertinya napasmu tak mampu."

Plak

Sekali lagi, tawa Sevya terhenti karena panas pada pipi kirinya mulai terasa. Menatap nyalang Megan, berniat ingin membalas namun tangan Mark lebih dulu menjadi penyangga tangan Sevya, "Tidak untuk melukai kulit ratu saya seujung kuku anda pun." Mark menunduk hormat ke arah Megan sebelum menatap Sevya dengan wajah mengkerut.

"Sampah." Ujar Sevya sembari menatap Megan membuat Mark terkekeh.

"Jika ratu saya sampah, apa sebutan yang cocok untuk seseorang yang memanipulasi salah satu mafioso ratu saya hanya untuk membunuh ratu Megan." Bisikan Mark membuat Sevya bergidik ngeri. Tatapannya memicing mengibarkan bendera perang pada supir merangkap bodyguard Megan tersebut.

Mark menegakkan lagi badannya, "Saya datang bersama Tuan Achilles dan rekan kami. Apa anda berkenan untuk ikut kami ratu?" Itu pertanyaan jebakan karena nyatanya Achilles bersama dengan dua anggota kepolisian sudah masuk ke dalam dengan Kepala Kepolisian tersebut yang menampilkan lembaran penangkapan Sevya, dugaan pembunuhan berencana.

...

Megan seolah memutar otak menatap lelakinya duduk di kursi tunggal meja bar. Ia menggelengkan kepalanya pelan, menghela napas berat seolah kejadian yang dilihatnya benar-benar di luar batas nalar.

Dua langkah maju, mendaratkan tangan kanannya demi mengusak sayang kening Christian yang sedikit tertutupi poni, "Aku mencintaimu, jangan seperti ini." Hingga Ilyas mendekat menawarkan diri menggendong Christian ke mobil.

Megan serta rombongan yang tak diundangnya keluar dari club, situasi club menjadi normal. Aroma bir dan kecipak ciuman mulai mendominasi lagi.

Di luar club, beberapa mobil mafioso Cosplay sudah berlalu. Tinggal satu mobil milik Achilles pribadi dan Aurora berada di dalamnya.

"Bagaimana keadaannya?" Aurora menatap Megan khawatir, namun yang ditatap justru tersenyum ramah seolah tak ada apapun.

"Ayo pulang!" ajak Megan dan mereka akhirnya memasuki mobil. "Ke Mansion." Cukup untuk membungkam Ilyas yang akan melayangkan protes.

Puluhan menit berselang mereka tiba dengan dua security membuka gerbang depan. Earpiece milik Ilyas mulai menyala seiring dengan ia yang mulai aktifitasnya sebagai CEO merangkap mafia lagi.

"Laki-laki bernama Niall menunggu ratu Megan di ruang tamu." Ujar seseorang lewat earpiece membuat kening Ilyas mengkerut menyadari hal ganjil di sana. Kakinya masih setia menyentuh pedal gas dan kopling.

Kembali pada mode kesadaran penuh miliknya, ia melihat kaca pada bagian tengah mobil. Menatap Ratunya dari sana, "Seseorang bernama Niall menunggu anda di ruang tamu ratu." Bisa dilihat dengan jelas oleh mata Ilyas bahwa Megan terlihat bingung pada situasi yang ada.

"Ini bahkan sudah setengah sepuluh malam. Untuk apa di ber-" Aurora mulai berbicara.

"Kita lihat saja, sepertinya ada yang tidak beres" serobot Ilyas dengan wajah serius miliknya.

❤️💛💚

Can everybody give me vote, please?
Thank you

✅️ 6. Behind Xian ArtchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang