Earphones terpasang apik di kedua telinganya. Pandangan menatap satu arah; lorong kampus. Berisik suara para mahasiswa mendominasi namun tak dapat mengalihkan fokusnya. Fokus pikirannya bahkan tertuju pada satu nama; Sevya. Jika benar, Jika iya, sebusuk apapun Ananta, kemungkinan besar hanya ia sendirilah yang pantas menghabisi lelaki malang tersebut.
"AYAM GORENG!" Teriakan yang berasal dari mulut Aurora membuat Megan terlonjak pelan. Ia mendunga menatap Aurora nyalang, namun tangannya bergerak mematikan lagu yang sedang ia putar.
"Ngapain bengong?" Hanya sekedar basa-basi yang Megan tanggapi dengan serius.
"Percaya nggak kalau Sevya nggak sebaik kelihatannya?"
"Lo tanya tentang kebaikan seseorang ke musuh orang tersebut, nggak salah heh?" Sahut Aurora santai.
Megan kemudian mengangguk menyadari kebodohannya, "Achilles beberapa waktu lalu ke Kan-"
"Proyek mana lagi yang perlu ditanganin sama polisi, hm"
Megan memukul sayang pundak Aurora, "Dengerin dulu kek." Gerutunya memancing tawa Aurora.
"Sambil makan gimana? Laper, kan udah jam makan siang juga. Eh Ziyu sama Noela kemana?" Panjang lebar dan membuat Megan menyadari sesuatu yang salah sedari pagi.
"Eh iya juga, kemana ya mereka?"
"Bodoh. Gue kan tanya lo bitch."
...
Ia pergi karena tuntutan kerjaan. Sedang perempuan itu tak benar bisa bergerak karena terbiasa memerintah dan membunuh dengan cara gampang dalam satu tarikan tangan hingga peluru keluar melesat mengenai lawan.
"Sevya terbukti pembunuh Ananta." Oke, penjelasan Achilles beberapa waktu lalu membuat kepalanya pening. Jika ia membuat keputusan dengan memenjarakan Sevya, maka Cosplay dalam situasi terancam. Jika ia diam tak segera bertindak, ia takut akan ada yang selanjutnya.
"Lalu gimana?" Aurora mengikuti rapat melupakan bahwa Theo berada di sana dan Theo adalah lelaki milik Sevya untuk saat ini.
"Menurut ratu bagaimana?" Ilyas menyahut. Ia mempunyai sesuatu untuk disampaikan tapi tidak berani karena pembelanya tidak ada -Christian/Om Ren-
Achilles berdecak, menatap Theo lalu mengangkat sebelah tangannya, "Kamu sedang tidak menjadi mata-mata kan bung"
"Tidak ada maling yang mengaku dengan mudahnya, please." Aurora benar. Kesetian Theo patut dipertanyakan sekarang.
Namun dengan gerakan cepat, Theo berdiri sambil mengangkat satu tangannya ke atas, "Aku bersumpah ratu, aku setia pada Cosplay apapun yang terjadi." Megan tersenyum mendengar kalimat tersebut. Ia mengangguk mengerti dan ternyata hal itu membuat Theo tenang dalam waktu singkat, laki-laki itu kembali duduk.
Achilles, Ilyas bahkan Aurora berdecak kagum pada hal itu. Napas memburu dan tenang milik Theo begitu kentara hingga mereka tahu persis bagaimana perubahannya, "That's cool man." Komentar Ilyas di angguki oleh Aurora dan juga Achilles.
"Jika Christian ada, mungkin api cemburu sudah membakar ruangan ini." Komentarnya sekali lagi membuat gelak tawa.
"I promise you ratu." Theo berucap menatap Megan dalam lalu beralih menatap Aurora. Aurora dibuat salah tingkah olehnya. Beberapa detik berlalu situasi menjadi semakin aneh karena hal tersebut.
"Kenapa menjadi melankolis begini kalian?" Achilles mencibir.
"Well, cari Sevya. Bawa kemari." Final dari rapat sore itu diakhiri oleh Megan.
...
Laki-laki dewasa itu memeluk mesra wanita dengan pakaian minim tersebut. Kecupan demi kecupan menyebar dari wajah hingga turun ke leher diterima sang wanita dengan pasrah. Wanita itu sesekali melenguh kala laki-laki dewasa itu dengan sengaja menjilat pelan permukaan lehernya. Padahal mereka dalam posisi berdiri.
Seseorang gadis dengan setelan ala kadarnya serta high heels miliknya sedang mendekap mulutnya sementara mata tak dapat menampung sesuatu yang turun dari sana.
Yang ia lihat tidak akan pernah membohonginya. Laki-laki dewasa itu Christian, sedang wanita itu entah siapa, Megan tidak tahu. Yang Megan tahu, wanita itu benar-benar murahan.
Tangan Christian merambat perlahan turun ke bawah. Menuntun jari-jari besarnya menemui puncak diri sang wanita.
Pada posisinya, Megan semakin histeris dalam isakannya. Tak ada tembok untuk menahan posisi berdirinya. Tidak ada seorang pun yang bisa memeganginya kala ia akan jatuh dari berdirinya.
Dunia serasa menelannya kala hal yang ia lihat adalah dua mulut yang saling beradu, berpagutan, bertukan liur hingga bunyi kecipak terdengar.
"Akh.." teriakan nikmat itu akhirnya keluar dari bibir sang wanita kala jari besar Christian menekan pusatnya.
Dan dengan itu Megan sudah tidak tahan lagi. Sekuat tenaga ia mengumpulkan tenaganya demi meneriakkan nama lelaki itu. Terakhir kali ia mencoba untuk mengingat, Christian masih berstatus miliknya, lelakinya dan akan selamanya begitu.
"CHRISTIAN!" Matanya terbuka dengan napas terengah.
"Hei, kenapa?" Merasa terpanggil, dengan langkah lebar miliknya, laki-laki itu mendekati ranjang.
Megan mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya beringsut dari posisinya dan menarik Christian hingga laki-laki itu terduduk. Ia memeluk dan menangis di bahu lebar milik lelaki tersebut.
"Kenapa hm?" Tangannya membelai punggung sang kekasih dengan sayang. Sementara satu tangan yang lain mencoba merapikan helai demi helai yang kusut.
Merasa tak ada jawaban, "Nightmare?" anggukan ia dapati dari kepala sang kekasih. Tanpa dikomando kedua tangan kekarnya memeluk Megan lebih erat. Bahkan Megan sudah berubah duduk di pangkuannya.
Dari ciuman kening hingga berakhir di bibir ranun Megan, Christian melakukan dengan perlahan dan sangat lembut. Bukan lumatan, hanya kecupan ringan penuh cinta.
Megan berangsur tenang di posisinya, "Please stay with me Christian." Lebih ke gumaman karena suara Megan teredam kemeja yang masih dipakai Christian.
Christian baru saja memasuki kamar dan melepas jasnya saat Megan meneriaki namanya beberapa menit yang lalu. Dirinya baru saja melakukan perjalan udara lebih dari tiga jam, Jepang-Singapore.
Laki-laki dewasa itu mengangguk sembari bibir merapal kalimat penenang bagi Megan. Ia sangat- melebihi kata sangat, Ia teramat menyayangi Megan, hingga rasanya dua hari berada jauh dari Megan membuatnya bertekad melakukan penerbangan malam demi perempuannya itu.
"I'm here, for you, always sayang."
----
MEI 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 6. Behind Xian Artch
General FictionCERITA TELAH SELESAI Namanya Bao Megan, gadis semester dua yang berada di puncak emosi dengan peliknya masalah dari bisnis Dunia Hitam. Tak cukup hanya itu, kisah percintaan yang rumit membawanya pada ketidak pastian berkepanjangan...