DUA ENAM

548 33 1
                                    

"Sometimes, all a girl wants is for you to fight for her. Make her believe that you may want this relationship more than she does."

Christian nyatanya diam tak berkutik malah tak mengeluarkan suara meski hanya dehaman sebagai tanggapan dari kalimat yang dilontarkan Megan barusan.

Dan dengan itu, Megan mengubah mimik wajahnya seketika.

Tak ada yang tahu bagaimana kecewanya Christian lamarannya di tolak beberapa hari lalu. Pun oleh seseorang yang entah dengan maksud apa baru saja memberinya kode menuju jenjang yang lebih serius.

Benaknya memberontak, menelisik lebih lagi; Ada apa dengan minggu lalu?

Tak habis pikir pada sikap Megan yang tanpa kata seakan menganggap perasaan miliknya sama halnya dengan ayunan.

Christian tahunya lebih memilih mengambil guling di sebelah lalu menutup wajahnya dengan benda tersebut, Membuat Megan tergugu di tempatnya.

"Kamu baru saja mengabaikanku?" Selidik Megan. Masih tak ada jawaban meski detik sudah berlalu.

Berniat beringsut mengambil guling yang menutupi wajah Christian, namun gerakannya kalah cepat dengan tangan lelaki itu yang terlebih dulu mengambil lalu sedikit dengan sentakan meletakkannya di sebelah Megan yang setengah bersimpuh di atas bed.

"Aku ijin tidur di apartemen, ratu." Ujarnya. Wajahnya tak lagi ramah seperti sedia kala meski Megan akui bahwa lelaki dewasa tersebut semakin tampan dengan mimik wajah seperti itu.

Sekali lagi Megan termangu di tempatnya, menit berselang bukannya bertambah romantis justru hancur karena kesalahan yang tak ia sadari sampai saat ini.

...

Jam berlalu dengan begitu lambat bagi kedua insan beda tempat tersebut. Berusaha tak saling memberi kode apapun lewat benda pipih di sekitar mereka.

Megan menggeliat tak nyaman di tempat tidur, berbeda dengan Christian yang mengambil gelas serta wine pada bar mini miliknya. Menuang seperempat gelas dan kandas sekali teguk.

Lelaki dewasa tersebut mengerang pelan pada posisinya. Otaknya seolah tak mampu memproses gagasan apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Kenyataan cinta bahkan lebih rumit dari sekedar membunuh membuatnya menghela napas kasar.

Jika saja meninggalkan Megan bisa ia lakukan dengan mudah tanpa ada rasa bersalah atau apapun itu, mungkin sudah akan ia lakukan esok hari. Namun, ia tak bisa.

Ia Christian, laki-laki dewasa yang memiliki segudang janji melindungi dan menyayangi seorang milyader perempuan berusia belia yang sudah berhasil merebut hampir seluruh perhatiannya.

Ponsel berdering hingga dering ke lima Ia angkat, "Hal-"

"Megan mengamuk." Seperti biasa.

"Ck!" decaknya sungguh kesal pada keadaan.

"Ayolah bung, Kau tak bisa terus seperti ini. Oh kalian, kalian tak bisa terus seperti ini." Ilyas menasehati seolah dia seorang pro di bidang yang satu ini.

"Ku tutup." Sahutnya ketus. Kakinya menapak pada lantai yang tak tertutupi karpet bulu warna abu. Dingin seolah merambat sampai ke tulang dan ia mempercepat langkahnya sampai pada lift. Menekan tombol basement.

Tak membuang waktu lebih lama lagi, ia setengah berlari menuju mobilnya di ujung ruang parkir. Namun sepertinya Dewi Fortuna sedang tak berpihak padanya. Seorang perempuan berteriak meminta pertolongan dari dalam salah satu mobil sport merah yang ia lewati.

Iba menyelimuti lelaki dewasa tersebut. Langkah lebarnya ia bawa kembali lebih dekat dengan mengambil pistol di belakang punggungnya. Menghadapkan pistol ke depan guna berjaga-jaga. Mengendap pada pilar terdekat untuk melihat apa sebenernya yang terjadi; haruskah ia menolong atau meninggalkan tempat parkir dengan sesegera mungkin.

✅️ 6. Behind Xian ArtchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang