ENAM

2.4K 147 2
                                    

Christian mengerjapkan matanya beberapa kali saat ia menyadari bagian perutnya terasa berat. Laki-laki dewasa itu menajamkan pandangannya ketika melihat bahwa sang ratu tengah menduduki tubuhnya yang setengah telanjang di kamar miliknya.

Perlahan saat kesadarannya kembali terkumpul ia mengingat kejadian semalam dan tanpa aba-aba Christian menutup mata menggunakan salah satu lengannya. Laki-laki itu bahagia entah karena alasan yang mana.

"Kenapa hm?" Katanya hampir hanya dirinya sendirilah yang mendengar ucapan tersebut.

Tangan Christian masih setia menutupi kedua matanya membuat Megan menahan pekikannya, Karena sungguh demi apapun Christian terlihat sepuluh kali lebih tampan di bandingkan dengan diri laki-laki tersebut yang tengah terbungkus pakaian formal.

"Kenapa kamu begitu tampan?" Jawaban Megan membuat Christian seketika mengangkat lengan yang sedari tadi menutupi mata dan menatap tidak percaya pada Megan yang masih setia menduduki tubuhnya. Namun tak bertahan lama karena Christian bahkan kembali memposisikan tangannya tepat di atas ke dua matanya. Sepertinya laki-laki dewasa tersebut enggan menatap perempuan tersebut atau mungkin laki-laki yang terbiasa memerintah dan membunuh tersebut sedang malu.

Meski begitu, ia tetaplah seorang Christian yang selalu menanggapi apapun yang ratunya ucapkan, "Terima kasih pujiannya." Megan mengangguk seperti bocah lima tahun yang sedang dinasehati.

Beberapa menit berselang, Megan masih enggan turun dari posisinya, "Kenapa masih memakai kemeja itu?" Megan cengo. Gadis itu menggeleng beberapa kali seiring dengan Christian yang membuka matanya demi menatap Megan lekat. Dalam hati Christian bersyukur karena meski masih memakai kemaja tipis miliknya, ratunya tersebut sudah memakai dalaman- setidaknya aman.

"Kenapa Ratu?" Tangan Christian dengan lancang mengusap tangan Megan yang berada di atas dada telanjangnya. "Jam berapa ini? Apa ratu tidak ada kelas? Kenapa ratu tidak membangunkanku sedari tadi? Ken-"

"Stop Christian!" Bentak Megan sekilat mungkin memberhentikan pertanyaan yang kian bertubi tersebut. "Kamu sedang memborong pertanyaan ya?" Ucapnya sambil menaik turunkan salah satu alisnya.

Christian bergerak gelisah, "Ratu," panggilnya. "Bisakah kamu berdiri, ini tidak bisa dibilang ringan." Megan mencebikkan bibirnya. Perempuan itu menatap nyalang Christian seolah olah Christian bisa saja terbakar karena tatapan tajam Megan.

"Aku tidak gendut ya." Christian mengangguk paham.

"Aku tidak mengataimu gendut. Aku hanya bilang itu tidak ringan." Megan berdecak sebal, memukul pelan lengan kekar Christian sebelum akhirnya beranjak dari posisi.

Walau beranjak, Megan tak membiarkan Christian bergerak barang seinci pun. Lengan perempuan tersebut melingkar apik di dada telanjang Christian, "Terima kasih untuk yang semalam." Ujarnya tulus.

Christian mengikuti arah dan alurnya. Ia memposisikan diri terbaring menyamping sembari menyingkirkan poni Megan dari keningnya yang sedikit berkeringat, "With my pleasure ratu."

Menikmati pagi dalam keheningan menjadi hal yang baru saja Megan masukkan dalam list favoritnya, apalagi jika aktifitas tersebut didukung dengan keberadaan Christian di sampingnya.

Yang semalam itu terasa menyenangkan bagi Megan meski ada kekecewaan di awal.

...

"Selamat Siang Christian." Sapa laki-laki yang sedari tadi sibuk mengecoh Andreas supaya ia bisa memasuki ruangan sang atasan dengan mudah. Ananta berdiri dengan kedua tangan mengepal di ujung pintu ruangannya.

"Masuk." Sahut Christian tegas.

Ananta berjalan mendekat, ia mendudukan diri di kursi depan meja kebesaran Christian sembari tersenyum. Christian mengartikan senyuman tersebut ke dalam senyuman misterius yang kerap ia tangkap dari para mungsuh yang berhasil ia musnahkan.

"Jadi bisa kamu katakan apa keperluanmu?" Dua menit berselang, Christian lebih dulu membuka percakapan dengan to the point.

Ananta terkekeh, laki-laki itu seolah menyepelekan kedudukan orang yang duduk tegak di depannya. Ananta justru mengeluarkan rokok dari dalam kantong sakunya. Christian yang mengetahui hal tersebut mendiamkan hal itu untuk pertama kali. Selanjutnya, Ananta mulai mengeluarkan korek gas dari dalam saku celananya.

Jari-jari Ananta mulai menjetikkan api tersebut dan menyulutkannya ke rokok, "Can you stop it?" Megan berdiri di ujung pintu ruangan Christian.

Perempuan itu datang ke Xian Artch berniat mengganggu Christian untuk menemaninya memilih beberapa sneakers yang ia inginkan pada website untuk dibeli. Namun melihat tingkah laki-laki asing di ruangan Christian, membuat moodnya mendadak turun drastis.

Langkah Megan membawanya memasuki ruangan tersebut dengan perlahan. Matanya tidak lepas dari Ananta yang tengah duduk berbalik menatap Megan dengan tatapan memuja.

"Who are you?" Megan menggerakan kepalanya seakan menantang Ananta yang bergerak dalam duduknya karena mengikuti posisi Megan.

"He is Ananta, anggota baru Blue Wolf, Ratu." Megan mengangguk mendengar suara husky Christian yang dalam diam-diam membuatnya merinding.

Ananta tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi. Pria itu menghadap Megan dan mengangguk ke arahnya, "Could you introduce your self?" Ucap Megan lagi pada Ananta. Gerakan Megan kian mendekat ke arah Christian dan duduk di atas pangkuan Christian dengan nyamannya.

"HAH!" Pekikan spontan Ananta menarik atensi Megan juga Christian untuk lebih lekat menaruh rasa curiga pada laki-laki anggota baru tersebut.

"Jadi?" Ucap Megan sekali lagi.

Ananta mengangguk pelan, "Saya Ananta Ronal. Saya tinggal dan besar di Panti Asuhan dan beberapa hari yang lalu Ketua Blue Wolf merekrut saya yang sedang duduk di pinggir jalan." Cerita itu berlanjut hingga menit selanjutnya dan berhenti saat Ananta dengan lancangnya menanyakan status Megan apakah single atau taken.

Christian mendelik tak percaya pada kalimat yang baru saja lancar keluar dari mulut orang asing yang baru saja bergabung di bawah kepimpinannya, "Aku sudah bertunangan." Megan bersidekap masih di atas pangkuan Christian. "Jadi, bisakah kamu menjelaskan apa maksud pertanyaanmu yang berhubungan dengan statusku?" Bukan suara Christian, itu suara Megan yang terdengar begitu dingin dan menggelitik telinga kedua laki-laki di ruangan tersebut.

"Ha-Hanya penasaran siapa laki-laki beruntung yang bisa bersanding dengan ratu." Menggaruk kepalanya yang tidak merasakan gatal sedikitpun. Megan tahu, sesuatu tak bagus ke depannya pasti ada kaitannya dengan orang di depannya saat ini. Firasatnya tak pernah salah selama ini.

Sementara Christian bermain dengan jarinya di punggung belakang Megan. Menggambar abstrak hingga menimbulkan geli pada diri Megan, "Jika tidak ada hal yang penting. Boleh kamu keluar sekarang." Pengusiran secara nyata dan halus kerap kali Megan lakukan.

Seolah tersadar, "Hah- Oh oke Ratu. Saya permisi, Christian." Membungkuk sembilan puluh derajat dan melangkah keluar selanjutnya.

"Lanjutkan tugasmu." Bisiknya sambil menekan earpiece di telinga kanannya saat ia memasuki lift dan pintu lift tertutup setelahnya.

Andreas bergidik bingung, Ia masih shock pada kejadian tempo hari lalu. Menghilangkan nyawa orang dengan gampangnya. Ia tidak tahu persis apa usaha sampingan bosnya tersebut, yang ia pikirkan hanyalah gaji empat kali lipat dari Perusahaan lain menggajinya.

Demi menutup rasa penasaran yang baru saja menggerogotinya, Ia berajak dari bangku kerjanya menuju celah kecil pada gorden mengarah ke dalam ruang CEO. Andreas membekap mulutnya tak percaya dan tersenyum sumringah setelahnya, "Aku bahagia melihatnya."

...

MEI 2022

✅️ 6. Behind Xian ArtchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang