Siang itu Megan terduduk di salah satu sofa empuk ruangan CEO Xian Artch sembari memegang benda pipih keluaran terbaru di tangan kirinya. Gadis itu memainkan bibirnya; sesekali mengigit bagian bawah, lalu mengulum, setelah itu ia akan mencebikkan bibir dengan spontan.
Dari balik pintu kaca, Christian tersenyum tulus pada apa yang dilihatnya saat ini. Laki-laki tersebut tidak tahu pasti apa yang membuatnya bisa tersenyum karena tingkah konyol Megan. Jika dipikir-pikir, ia memang orang yang jarang tersenyum. Kadar humornya sangat dipertanyakan oleh beberapa bawahannya. Tapi ia tidak peduli pada hal tersebut.
"Akhhh!" Gadis itu berteriak menggeram dari posisinya. Di tempatnya, Christian menegang, laki-laki itu tahu persis bahwa ada sesuatu yang tengah disembunyikan Ratunya tersebut.
Secara perlahan, dengan langkah yang sengaja dibuat berisik, Christian mendekati Megan membiarkan pintu kaca itu menimbulkan bunyi berdecit sedikit lebih keras dari biasanya. Megan yang mendengar itu otomatis menegakkan duduknya dan mengatur raut wajahnya supaya tak terlihat bahwa ia sedang dilanda kebingungan akan sesuatu hal yang seharusnya tak jadi masalah besar.
"Ratu..." Tubuh Megan menegang mendengar suara husky milik Christian dari arah belakangnya. Megan menoleh dan tersenyum, gadis itu menggigit bibir bawahnya.
"Hai Christian!" Ucapnya sedikit gugup. Christian tersenyum, ia melangkah lebih dekat dan memegang bahu sempit Megan.
"Ratu sedang apa?" Megan mendunga menatap lekat wajah Christian.
Megan menggeleng setelahnya. Christian akhirnya mengangguk pelan dan duduk di sofa sebelah Megan, "Sudah makan siang?" Tanyanya.
Seolah sedang memikirkan matang-matang keputusannya, Megan mengerjap beberapa kali. Christian dengan reflek, mengusap pelan punggung tangan kiri Megan dengan ibu jarinya yang sedari tadi ia pegang, "Hai, sudah makan?"
Bukannya menjawab, perempuan itu justru berdalih, "Christian, aku ingin pergi jalan-jalan ke pusat kota. Temani aku ya..." Seolah tak sadar Megan baru saja merajuk di depan Christian dengan alasan yang tidak jelas.
"Di luar masih belum aman Ratu." Laki-laki dewasa tersebut mengusak puncak kepala Megan dengan tatapan yang tidak bisa di baca Megan sama sekali.
Megan menggeleng, "Begitu ya?" Lucu. Itu kesan yang saat ini di sematkan Christian pada Ratunya yang bertubuh mungil di depannya tersebut.
Christian mengangguk, "Bagaimana kalau Ratu menghabiskan waktu dengan Ratu Aurora?"
Megan menggeleng, "Aku tidak tertarik, Christian." Di tempatnya, Christian hanya bisa berwajah datar mendengar jawaban Megan.
"Ah ya sudah, aku akan pulang dan tidur saja." Sikapnya mendadak acuh, Entah apa yang salah dengan percakapannya dengan Megan tadi. Christian hanya merasa saat ini ada yang salah; Degup jantungnya dan tingkah Ratunya.
"Kamu menunggu lebih dari tiga jam hanya untuk pulang setelah bertemu denganku tidak lebih dari lima menit?" Seketika pergerakan Megan terhenti. Ia terkekeh untuk dirinya sendiri atas hal bodoh yang ia lakukan.
"Aku belum makan siang." Ujarnya untuk menutupi malu.
"Ayo makan di bawah." Sahut Christian. Setelahnya ia memegang pergelangan tangan Megan untuk di gandeng.
"Atur ulang jadwal meeting sore ini ke hari esok. Aku akan pulang dengan Ratu setelah ini." Pesan Christian pada sekertarisnya sementara sang sekertaris sibuk menatap lekat Megan yang juga menatap menunggu sebuah jawaban.
"Perhatikan matamu Andreas, yang sedang kamu perhatikan adalah penentu posisi kamu." Tak ayal mulutnya mengeluarkan kalimat yang membuat Megan justru merasa senang dan sedih dalam waktu yang sama.
...
"Bagaimana dengan wanita korban mutilasi di district empat?" Mulutnya selesai mengunyah nasi dan menanti jawaban yang keluar dari mulut Christian.
"Makanlah dahulu."
"Ck. Tidak asik."
Nyatanya Christian menganggap cibiran Megan sebagai pujian atas sikapnya. Membicarakan aktifitas Cosplay di tempat umum membuat ia sedikit kasihan pada nasib Achilles kelak.
"Aku memulangkan Gabriela untuk memeriksa apa ada salah satu pekerjannya yang hilang dan ialah korban tersebut." Sahutnya pelan namun masih bisa di dengar Megan.
"Lanjutkan nanti saja. Aku mendadak tidak mood mendengar suaramu Christian." Dilanjutkan dengan acara menikmati makanan masing-masing dalam diam.
Bermenit-menit setelahnya, Megan yang merasa bosan mereka tidak melakukan apapun di kantin Perusahaan lalu meminta Christian untuk segera pulang.
Mobil egois keluaran terbaru berwarna hitam metalic terparkir rapi tepat di depan pintu utama perusahaan; mobil milik Christian.
Di perjalanan Megan sibuk meneliti pemandangan dari kaca jendela samping, "Kamu tahu Christian, kadang aku bosan hidup seperti ini." Atensinya tak beralih meski nyatanya gas kecepatan mobil itu turun drastis menjadi pelan meski mereka sedang berada di jalanan tol. Satu mobil Jeep merek terkenal tahan peluru di belakang ikut memelankan lajunya.
"Hanya berjuanglah hidup untuk dirimu sendiri Ratu-"
dan demiku.
Megan tersenyum remeh menanggapi, "Aku tahu kamu hanya akan berbicara seolah kamu tak akan mati."
"Yes I am."
"Ck."
"Kamu hanya tidak tahu terkadang mati malah lebih dulu menjemput mereka yang tidak berdosa."
"Maksud Ratu, Ratu berada di jajaran orang tidak berdosa itu?" Megan menatap Christian dengan kening berkerut.
Sekali ini dan sedikit mengejutkan kala Christian justru seolah membuatnya merasa ia ahli dalam bunuh membunuh sama seperti lelaki dewasa di depannya itu. "Katakan pada perempuan dua puluh tahun yang ahli melesatkan peluru pada titik incarannya tanpa pernah meleset sekalipun." Cibiran keras itu nyatanya membuat tangan Megan bergerak cepat mencubit pipi kiri Christian.
"Aku hanya membantumu."
"Ya."
"Ck. Kamu tidak asik," Rengutnya. "Bolehkah aku mendapat ayam gorengku lagi siang ini di restaurant cepat saji depan sana." Tangannya menunjuk arah keluar tol menuju pusat kota yang berjarak puluhan menit dari Xian Artch.
Gedung tinggi berjajar di sekeliling, ramainya orang berjalan di trotoar dengan paper bag brand ternama di masing-masing lengan, "Can I have room in this apartment." Tuturnya saat mereka melewati bangunan apartemen termewah dan paling baru di kota tersebut.
"Kamu tidak Ratu." Menjadi akhir pembicaraan karena Megan rasa percuma.
Meski Megan memegang dua black card dengan nominal fantastis untuk ukuran perempuan yang masih berstatus mahasiswi sepertinya, hal itu tetap terasa percuma. Jika gadis itu memaksakan membeli satu saja unit apartemen atau mungkin penthouse, dapat dipastikan ia tak akan pernah bisa menginjakkan kaki di sana karena Christian dengan satu kali tarikan napas kembali menjual aset tersebut.
"Jangan melakukan apapun yang sedang kamu bayangkan Ratu, karena aku sama sekali tidak menyukainya." Lampu sen kiri ia nyalakan demi satu cone ice cream cokelat dan juga ayam goreng.
"You can mark my words." Seperti biasa, ia perempuan keras kepala dengan ancaman Christian yang menjadi senjata ampuh sebagai peluluhnya.
Tangan laki-laki dewasa itu terjulur mengusap puncak kepala Megan saat perempuan itu sudah mendapat apa yang di inginkannya. Sementara hal itu terjadi, mobil yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan keluar dari batas kota dan menuju mansion tempat tinggal mereka.
Menyisakan Megan yang tertidur dengan dengkuran halus dan Christian yang mengangkat tubuh Megan ke dalam kamar perempuan tersebut.
...
Mei 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 6. Behind Xian Artch
Ficção GeralCERITA TELAH SELESAI Namanya Bao Megan, gadis semester dua yang berada di puncak emosi dengan peliknya masalah dari bisnis Dunia Hitam. Tak cukup hanya itu, kisah percintaan yang rumit membawanya pada ketidak pastian berkepanjangan...