Megan tergelak pelan dari tempat kala pintu kamar miliknya dibuka paksa, "Christian ... Ada ap-"
"Katakan bagaimana rasanya disentuh oleh tangan lancang Ananta di depan umum. Apa nikmat?" Sarkas laki-laki itu.
Megan seketika tahu kemana arah pembicaraan mereka. Ia tidak begitu tertarik, namun, mengerjai Christian sesekali waktu sepertinya bukan ide yang buruk.
"Dari mana kamu tahu?"
Di tempatnya berdiri, Christian seolah baru menyadari bahwa ia keceplosan. laki-laki dewasa itu menggeleng pelan, "Hanya katakan kenapa ratu diam saja sementara bocah tengil itu hampir mencium bibir ratu di tengah keramaian trotoar pusat kota?"
"Kamu cemburu?" Salah satu alis miliknya naik turun menggoda Christian.
"Aku tidak." Jawab Christian. Raut wajahnya gelagapan seolah tertangkap oleh pasukan FBI.
"Kamu iya!" Bentak Megan pada akhirnya.
"Aku tidak ratu." Sahutnya lagi nada datar yang sudah berhasil ia kuasai.
"Kamu iya Christian! Jangan mendebatku karena kamu iya. KAMU CEM BU RU." Megan mengucapkan kata cemburu dengan nada menekan.
Bersikap tegas karena entah cemburu atau yang lain tengah menggerogoti hampir sebagian dari dirinya.
"Jadi katakan saja!"
Sekali lagi Megan tertawa, "Mencoba mengalihkan perhatian ya?"
Christian menggeram dalam dan Megan akhirnya menghentikan tawanya dengan perlahan, "Okay apa yang ingin diketahui mafioso kesayanganku ini?
"Jangan berbelit-belit ratu," Decaknya. "Aku lelah." Laki-laki itu terdiam beberapa saat hingga entah kenapa -PYAR- suara tonjokan pada kaca rias di kamar Megan itu hancur pada bagian tengahnya, menimbulkan beberapa titik darah di kepalan tangan kanan Christian.
Mata Megan membola sempurna menatap kejadian itu, "Kamu bodoh Christian. SANGAT BODOH! MENJIJIKAN!" Bukannya menunjukkan ekspresi marah, Christian justru menampilkan smirk miliknya.
Megan mundur dan berbalik menatap kaca riasnya, "Menyedihkan sekali nasib kaca ku ini," perempuan itu menoleh lagi ke arah Christian yang menunduk. "Kamu harus tanggung jawab. Aku tidak peduli!" Teriak gadis itu membuat kening Christian berkerut.
"Beritahu aku dari mana kamu tahu tentang Ananta dan kelakuan brengseknya?" Christian memaku di posisinya. "Aku tidak bodoh Christian. Aku atasanmu jika kamu masih ingat."
Christian mendekat ke arah Megan, dua langkah di depan gadis itu dan tangannya terulur untuk meraih kedua tangan gadis itu. Seolah berbicara dalam diam, mereka saling menatap.
Empat menit berlalu masih berjalan hingga detak pada jam dinding terdengar lirih, keduanya tetap diam. Bunyi ketukan pada pintu membuat mereka harus melepaskan tautan pada tangan.
"Eudora dan orang-orangnya sudah ada di bawah. Beberapa bagian dari kita meninggal karena ulah algojo Eudora." Theo muncul membawa berita itu di depan sang Ratu. Megan mengangguk dan mulai melangkah mengikuti Theo yang memimpin mereka turun ke bawah.
"Aku tahu kamu menyuruh anak baru itu untuk mengikutiku. Dia tidak cukup pintar untuk menandingi betapa cerdik dan liciknya ratu kamu ini." Ujarnya.
Megan berbalik di ujung pintu untuk menatap Christian, "Christian, kamu tahu aku mencintai kamu. Kamu juga harus tahu, Ananta sekarang mungkin masih di UGD karena tangannya hampir saja di amputasi." -BLAM- bunyi bantingan pada pintu kamar Megan membuat tubuh Christian kembali rileks.
...
Ia tidak pernah merasa sebodoh ini. Ia bahkan hampir lupa bahwa ratunya sangat mengerikan jika sudah muak dengan sesuatu. Untuk pertama kalinya, Christian tidak mengikuti peradilan yang ditetapkan mereka pada geng atau apapun itu yang mengganggu.
"Kamu naif," suara seseorang terdengar di ujung telinga Christian. "Aku benar bukan." Christian menoleh dan menemukan seseorang sudah memasuki kamarnya.
Christian bahkan beberapa kali melamun malam ini di kamarnya. Tidak melindungi ratunya dan malah bersikap tidak gentle seolah menyuruh seseorang mengikuti ratunya adalah hal yang sangat biasa saja.
Ren, berdiri di sana, membelakangi pintu dengan tangan berkacak pinggang, "Kamu mencintai dia lebih dari kamu mencintai nyawamu. Kenapa membiarkan Dia tetap menjalankan ide buruknya?" Ia tahu bahwa Ren, kakak sepupu Megan, adalah orang yang peka pada sekitar. Peka pada bagaimana Christian sungguh menginginkan Megan menjadi miliknya.
Menginginkan Megan menjadi miliknya seorang adalah yang mudah dibayangkan dan sulit untuk digapai. Sedari tiga tahun yang lalu, Christian sadar akan hal itu dan laki-laki itu tidak bisa berbuat sesuatu.
Jantungnya seakan meledak saat pertama kali mendengar Megan mengatakan bahwa ratunya itu juga memiliki rasa lebih padanya. Perasaannya terbalaskan, namun itu menjadikan mereka sulit. Jika dunia gelap di luar sana tahu akan hal itu. Mereka berdua, Megan dan Christian akan menjadi kelemahan satu sama lain.
"Ambil waktumu untuk bersenang-senang. Gendery Switch Club, pukul sebelas lebih lima belas menit tepat, tembak Rogan, seseorang yang membawa dengan sengaja Ananta masuk melalui Blue Wolf. Dia bagian dari orang yang membunuh paman dan bibi." Kata Ren lantang dan pergi meninggalkan Christian yang mengembangkan senyum di wajahnya.
...
Young Lead Rich, adalah nama geng yang di ketuai oleh Sinhyang. Lelaki berumur 63 tahun yang dengan sengaja menggabungkan lebih dari 10 geng luar wilayahnya untuk membunuh ketua geng yang mengusai wilayah yang ingin di kuasainya.
"Bagaimana dengan Megan, bedebah kecil yang liar itu?" Sinhyang bertanya pada Monha di tengah acara -mari merokok- milik lelaki itu.
Monha menggeleng di posisinya, "Tidak ada informasi berarti. Aku hanya lelah pada anjing pelacak yang selalu tepat berada di belakang Megan dan Algojo gadis itu." Terdengar kekehan dari Sinhyang.
"Jika kamu mau peduli, Megan bahkan akan menjadi sesuatu yang manis jika di cicipi." Kata Sinhyang dan mereka berdua kembali tertawa.
——
Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 6. Behind Xian Artch
Ficção GeralCERITA TELAH SELESAI Namanya Bao Megan, gadis semester dua yang berada di puncak emosi dengan peliknya masalah dari bisnis Dunia Hitam. Tak cukup hanya itu, kisah percintaan yang rumit membawanya pada ketidak pastian berkepanjangan...