"Ratu, bangun." Ucap Christian membuat Megan menggeliat di dalam selimut tebalnya.
"Bangun, kamu tidak ingin ke kampus?" Megan menggeliat sekali lagi di dalam selimut tebal miliknya.
"Lima menit lagi." Gadis itu kembali mendengkur halus.
Christian menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia tersenyum tulus. Ia selalu heran pada Megan karena gadis itu mudah sekali tertidur dengan suara dengkuran yang sangat terdengar pelan.
Satu kecupan mendarat di kening Megan dan gadis itu sukses membolakan mata merahnya, "Apa yang kamu lakukan Christian?" Suara parau Megan mengalun lembut ke telinga Christian.
"Tidak ada," Laki-laki tersebut memposisikan diri duduk di pinggir ranjang tepat sebelah tubuh Megan yang masih tergulung selimut. "Hanya saja aku merasa perlu melakukannya supaya Ratu bangun dan bergegas ke kampus."
"Hanya itu?" beonya. Megan mengerjap lucu beberapa kali, Ia tidak suka mendengar jawaban Christian.
"Bangunlah, aku menunggumu di meja makan." Laki-laki tersebut berniat pergi dari kamar Ratunya, namun siapa sangka, Megan justru menarik telapak tangan kanan Christian yang hendak berdiri. Gadis itu menggenggamnya dengan sangat erat.
"Christian," Ucapnya. Christian memasang wajah datar, Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya. "Apa hubungan kita bisa lebih dari sekedar yang tak aku mengerti ini?" Sukses membuat mulut Christian menganga.
Pertanyaan Megan barusan dirasa lebih sulit dari pada menghilangkan nyawa seseorang. Christian menatap lekat tubuh Megan yang masih tertutup selimut, kedua mata gadis itu bahkan sudah terpejam kembali. Namun satu tangan gadis itu sudah keluar selimut masih menggenggam erat telapak tangan kanan Christian. Mungkin gadis itu malu.
Christian tidak menjawab justru melepaskan genggaman tangan Megan menggunakan tangannya yang lain. Ia tidak pergi, ia justru berjongkok di pinggiran ranjang. Tangannya yang tadi digenggam Megan, ia gunakan untuk mengusap puncak kepala Megan, "Bukalah matamu ratu." Perintah mutlak Christian kepada Ratunya.
Megan perlahan membuka matanya, ia mengerjap, seolah baru sekali ini takut menoleh obsidian Christian, "Aku tidak akan memarahi Ratuku." Ucap laki-laki dewasa itu lagi.
Detik selanjutnya, Megan sudah membuka lebar matanya. Mata gadis itu memerah khas orang bangun tidur, "Apa?" Ucapnya lagi dengan suara parau.
Christian mau tidak mau tersenyum hangat ke arah gadis tersebut dan sukses membuat rona merah di kedua pipi gadis itu, "Jika kita bisa, aku tetap tidak mau membahayakan dirimu."
"Kenapa?" jawab Megan disertai dirinya yang langsung duduk di atas ranjang.
Seolah bodoh menguasai otak gadis tersebut sekarang, Christian justru berdiri membungkuk sembilan puluh derajat dan mendekatkan bibirnya tepat di telinga kiri Megan, "Aku berjanji melindungimu Ratu, jika yang kamu maksud adalah aku yang akan meninggalkanmu, itu tidak akan pernah terjadi," Jelas laki-laki itu.
Sejujurnya Megan ingin sekali berteriak di depan wajah tampan Christian bahwa bukan itu maksudnya, tapi ia tahu posisi dan keadaan. "Sekarang bangunlah, mandi dan temui aku di meja makan."
Setelah lebih memberantakan rambut Megan, Christian beranjak dari kamar tersebut meninggalkan Megan yang siap meledakkan tangisnya karena jengkel, malu, dan sedih ia rasakan jadi satu saat ini.
...
Megan tahu, cinta tidak selalu tentang aksara lisan karena batin kadang tak bisa diajak berkompromi. Namun tidak juga tentang cinta yang harus menyerah meski belum memulai.
Dosen di depan tak lagi menarik kala pikirannya berpusat pada laki-laki dewasa tampan yang saat ini berkutat dengan apapun demi memperjuangkan kelangsungan hidup ribuan karyawan Xian Artch serta keselamatan dirinya.
Lemparan bolpen dari Ziyu dan Noela bahkan tak membuat lamunannya terhenti. Seserius itukah hubungannya dengan Christian hingga atensinya tak bisa tergoyahkan meski sekarang Dosen tengah berdiri di sebelahnya sembari mengacungkan satu spidol menyuruh Megan melengkapi daftar bahan bangunan apa yang dibutuhkan untuk membuat pondasi dasar di bawah air untuk bentangan sebuah jembatan kokoh.
Ziyu dan Noela tertawa melihat sang dosen dengan wajah garangnya menatap Megan yang mencoba menjabarkan jawabannya pada white board.
Hingga kelas usai sore saat jam lewat pukul dua siang, ia mengeluarkan ponsel mengetik sesuatu untuk Christian sembari menunggu Ziyu dan Noela selesai dengan makan siang mereka, "Terlalu serius mikirin laki-laki tajir yang suka nganter jemput lo ya Me sampai segitu sibuknya." Canda Noela membuat dirinya dan Ziyu kembali dalam gelak tawa memicu Megan yang merengut menatap keduanya.
Meski kedua sahabatnya tak tahu persis siapa dia, apa posisinya, Ziyu dan Noela tak mencoba menggali informasi dan mengganggu privasinya. Maka dari itu, ia nyaman pada jenis persahabatan mereka bertiga. Tidak meminta lebih, hanya cukup seperti ini maka semuanya akan baik-baik saja sepertinya.
"Dijemput Christian lagi?" Ziyu memasukkan satu potong tuna sushi ke dalam mulutnya.
Megan mengangguk, "Dia sopir apa calon sebenernya?" Cibiran Noela memancing otak Megan untuk berpikir lebih jauh lagi karena kedua opsi yang diutarakan Noela tidak ada yang benar. Hubungannya dengan Christian seperti friends with benefit tapi tidak sampai ke jenjang itu apalagi Christian bukan sopirnya melainkan seseorang yang sudah menjadi sebagian napas dan penopang hidupnya.
Meski kenyataan Megan-lah orang yang namanya tercantum pada lembar-lembar kontrak kerja, namun tanpa Christian dengan bantuan Ilyas juga Theo, ia dan Cosplay bukanlah lagi apa-apa.
Tepukan keras pada bahu menyadarkan lamunannya kini, "Ngelamun lagi kan lo dasar." Megan memutar wajahnya jengah juga terlampau lelah pada jam kelas hari ini. "Nih, laki-laki ini katanya mau ngejemput lo-" Noela tak luput dari ke to the point'an perempuan tersebut.
"Eh bener kan bapak mau ngejemput temen kita ini? Bukan penculik kan." Pada dasarnya, tidak akan ada maling yang mau mengaku bahwa ia maling. Laki-laki berbadan besar dengan seragam serba hitam serta earpiece melekat di salah satu telinga tersebut mengangguk.
"Siapa?" Sahut Megan membuat Noela serta Ziyu menatap bingung gadis itu serta laki-laki tersebut. Satu lagi laki-laki dengan tampilan sama menghampiri mereka.
Selesai dengan balasan untuk Christian, Megan mendunga lagi. Ia menyimpan ponselnya pada mode getar dan on pada voice note.
"Saya karyawan dari teman Papa anda, mari ikut saya karena saya dan yang lainnya di tugaskan mengantarkan anda ke Xian Artch Ratu Megan-"
Menyela sekali lagi, Ziyu berdiri dari posisinya mendekati salah satu pria berbadan besar tersebut, "Apa maksud kalian dengan Ratu ? Siapa Ratu ? Megan ? Kenapa Ratu Megan ? Apa karena ia anak dari paman Xian jadi harus memanggilnya Ratu?" Atensinya beralih menatap Megan yang sudah kebingungan dengan pertanyaan Ziyu.
"Maaf bisakah kita pergi sekarang Ratu Megan? Christian dan atasan kami sudah menunggu anda di Xian Artch."
"Telpon aku nanti malam jika kalian membutuhkan jawaban." Sebagai salam perpisahan ketiga perempuan tersebut.
——
MEI 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 6. Behind Xian Artch
Ficción GeneralCERITA TELAH SELESAI Namanya Bao Megan, gadis semester dua yang berada di puncak emosi dengan peliknya masalah dari bisnis Dunia Hitam. Tak cukup hanya itu, kisah percintaan yang rumit membawanya pada ketidak pastian berkepanjangan...