"Hubunganmu baik?" Tanya Aurora.
Mereka berdua tengah berada di kantin kampus menikmati makan siang. Megan mengangguk yakin, ujung bibirnya pun tertarik ke atas mengulas senyum cantik pada wajah ayunya.
Aurora mengangguk anggukan kepala tanda paham, "Syukurlah kalau begitu." Lalu keduanya kembali diam menikmati makanan sambil sesekali melirik ponsel di tangan mereka yang satunya.
"Eh bitch gue mau tanya dong," Aurora menepuk pelan pundak Megan yang tengah mengunyah sushi miliknya. Dengan gesture menaikkan kepalanya satu gerakan, Aurora tahu Megan mempersilahkannya untuk berbicara.
"Kata Ilyas, Sevya yang bunuh Ananta?" Megan mengangguk.
Pasalnya masalah itu sudah berganti bulan, hanya saja, Sevya tetap berkata 'demi kebaikan Ratu Megan' maka perempuan itu membunuhnya.
"Motifnya nggak pasti." Jawabnya singkat.
"What the- enak banget ngomong demi kebaikan lo. Kebaikan lo yang mana bitch?" Megan mengedikkan bahunya.
"Balik sama siapa?" Tanya Megan setelahnya.
"Lo lah." Sahutnya sengau dan Megan menggeleng.
"Gue dijemput Christian, mau jalan-jalan di mall."
Seketika Aurora menoleh dengan mata membola, "Christian? Kalian? Wah mulai nggak takut mata mungsuh keliaran?"
...
Karena tak tahan dengan Sevya yang hampir setiap detik menghubunginya demi 'kapan akan bergerak? Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.' Theo akhirnya memberanikan diri mengundang seluruh ketua mafioso, Achilles, Christian, Megan serta Aurora.
Sedikitnya hampir lima puluh orang dan Theo merasakan gugup menerjangnya sekarang. Ia berdeham keras membuat fokus seluruh pasang mata di ruang tamu mansion menatapnya intens. Seketika takut benar-benar menerjangnya.
'ini bahkan lebih menakutkan dari sekedar membunuh orang' pikirnya.
Kalimat pembuka yang tidak menaikkan selera keluar dari mulut Theo. Mafioso itu sesekali tertawa karena candaan garing yang ia lontarkan dan tidak mendapat sambutan baik dari para ketua mafioso apalagi Megan yang sudah menopang dagu karena bosan.
"Baiklah," ia berdeham lagi. "Aku ingin menyampaikan sesuatu. Ku harap kalian mengerti posisiku saat ini. Aku tidak minta kalian bela tapi kalian harus tahu, aku melakukannya demi ratu Aurora dan juga tidak mau semuanya bahkan hampir lebih buruk dari kematian Ananta."
Achilles mengerenyit, "kamu yang membunuh Ananta?" Skakmat dan Theo merasakan kakinya lemas. "Apa benar ?" Imbuhnya.
Hening, semua orang sepertinya menahan napas demi mendengar apapapun yang keluar dari mulut Theo selanjutnya.
...
Deru napas intens itu pun bersangsur normal. Keduanya terengah bersama dari momen maha memabukkan bagi keduanya. Kedua kalinya dan harap cemas karena selalu 'keluar di dalam'.
"Apa kamu menyesalinya?" Tanya sang lelaki. Jemari kokohnya menelusuri wajah sang kekasih dengan tampang memuja.
Setiap pori pada jarinya mendamba karena candu tengah ditemuinya. Bibirnya yang tebal dan indah itupun tak luput dari sapuan jemarinya.
"Can i sucks it?" si perempuan bertanya dengan wajah sayu dan nada berharap.
Tanpa jawaban dari kekasihnya pun, ia akan mempertemukan kedua pasang bibir tebal yang sedang lapar satu sama lain untuk saling mengecap, menyesap bahkan mengigit.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 6. Behind Xian Artch
Fiksi UmumCERITA TELAH SELESAI Namanya Bao Megan, gadis semester dua yang berada di puncak emosi dengan peliknya masalah dari bisnis Dunia Hitam. Tak cukup hanya itu, kisah percintaan yang rumit membawanya pada ketidak pastian berkepanjangan...