R&J 3

1.6K 217 8
                                    

Hukuman

Senin menjadi hari tersibuk bagi gadis pecinta kucing itu. Tugasnya sebagai anggota PMR, menjadi lebih padat jika hari upacara bendera dilaksanakan.
Bukan tanpa alasan, karena banyak siswi yang tumbang saat melakukan upacara bendera.

Ruang UKS menjadi kacau saat ada siswi yang muntah karena mengaku belum sarapan.
Sehingga Joya menawarkan diri untuk mencari bubur bagi siswi tersebut. Gadis itu tengah berjalan di koridor setelah membeli bubur di kantin.

Namun, matanya tidak tinggal diam. Ia mengedarkan pandangan ke lapangan tempat di laksanakan upacara bendera. Sosok kuda poni yang dia cari saat ini.
Joya mencari pemuda itu bukan karena rindu, demi apa pun dia hanya merasa bersalah dengan kejadian di rumahnya.
Pasalnya, sejak kemarin Reynand tidak merecokinya lewat pesan atau telepon salah sambungnya. Joya khawatir, kalau pemuda itu marah besar dan akan melakukan balas dendam yang lebih mengerikan.

Sudah cukup Joya menghadapi Reynand yang suka mengempiskan ban sepedanya, dia tidak ingin pemuda itu lebih nekat dari itu.

Di UKS, Joya langsung memberikan bubur untuk siswi kelas 10 yang masih lemas.

"Makasih, Kak," ucap gadis itu diangguki oleh Joya.

"Lain kali jangan lalai, kamu harus sempatin untuk sarapan dulu." Rasanya Joya sudah sering mengatakan itu pada pasien hari senin. Kebanyakan mereka pusing karena dijemur. Alasan lainnya karena tidak sarapan, kebiasaan yang tidak patut dicontoh.

"Gue juga nggak sarapan, Joy." Tiba-tiba temannya yang bertugas di UKS menyeletuk.

Pemuda itu terkekeh dan melempar senyum pada Joya. "Gue laper juga. Cariin kali, sekalian suapin gue."

Dih. Joya mendengkus. Kenapa semua cowok di sekolahnya menyebalkan? Padahal Joya sudah berusaha menjadi anak baik.

"Bentar lagi juga istirahat," sahut Joya menolak secara halus.

Pemuda yang tengah mengecek tensi siswi di brankar, kemudian mencebikkan bibirnya. "Nggak peka lo, Joy."

Joya mengedikkan bahu, kemudian melihat ke jendela, memeriksa upacara yang sepertinya sudah selesai.

"Upacara udah selesai, Za," kata Joya memberi tahu pada temannya itu.

"Lo udah pengen keluar? Pasien udah selesai kok." Leza berucap seraya melempar senyum.
Joya heran, sejak dulu pemuda itu masih sama, murah senyum.

"Kalau kalian masih pusing, harap istirahat di sini dulu. Kalau ada yang perlu bantuan, telepon gue langsung." Joya menjelaskan, sebelum akhirnya keluar bersama Leza untuk mencari makan.

Gadis itu berhenti sebentar di sisi koridor dan mengedarkan kembali matanya. Ia mencari siswa nakal itu, hanya untuk memastikan saja.

"Nyari siapa lo?" tanya Leza yang ikut berhenti di samping Joya.

"Nyari kutu."

Sontak Leza terbahak saat mendengar jawaban konyol gadis itu. "Nyari kutu di kepala, bukan di udara."

Gadis itu mendecak, Leza tidak mengerti apa maksudnya. Tidak lama, Joya membuka ponselnya untuk mengirim pesan saja pada Reynand.

Joya: Bolos lo? Dasar bandel, kutu kupret, di mana lo sekarang?

"Lo ke kantin aja duluan, Za. Ntar gue nyusul," ujar Joya lalu diangguki Leza.

Pemuda itu melenggang pergi setelah menggeleng heran dengan kelakuan Joya yang aneh.

Setelah menunggu beberapa menit, pesannya tidak mendapat balasan dari Reynand. Joya mulai khawatir, jangan-jangan kuda poni jelek itu benar-benar marah.
Ia memutuskan untuk kembali mengirim pesan.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang