R&J 7

1.3K 175 13
                                    

Jangan Baper Lagi
"Jangan buat nyaman kalau hanya sebentar lalu meninggalkan. Buatlah ikatan yang akan sulit terlepas jika memang benar akan bertahan."

"Mimin, sini dong, kuberi celana bolong!" Nyanyian anak nakal itu membuat siswi bernama Mimin langsung menoleh. Matanya mendelik pada Reynand, meski pemuda itu hanya terkikik geli.

"Dari matamu matamu kumulai, jatuh cintrong!" Vino menimpali nyanyian dengan gurauannya.

"Min, Andi jomblo nih, buat lo mau nggak?" Ucapan Reynand membuat Andi langsung memukulnya dengan buku.

"Apaan, sih?" seru Mimin--si gadis bertubuh gemuk dengan kacamata besarnya, yang merasa terganggu dengan celoteh Reynand.

Mendapat respon Mimin, sontak Reynand dan Vino terbahak dengan keras. Berbeda dengan Andi yang sudah mengumpati mereka.

"Mimin aja melengos, Ndi. Ka-si-han," ujar Vino kembali mengejek teman mereka sendiri.

"Keji kalian berdua. Eh, Mimin, nggak usah percaya diri lo, gue juga nggak naksir sama lo!" kata Andi dengan wajah begitu kesal. Temannya itu memang kadang tidak tahu diri, mengejek seenak mereka.
Lihat saja, mereka masih saja tega menertawakannya. Padahal begitu menjengkelkan bagi Andi jika di sandingkan dengan Mimin.

Aksi keduanya terhenti ketika dua gadis yang mana menjadi gebetan Reynand dan Vino, datang beriringan.

"Gue heran, cewek suka banget ke toilet bareng-bareng," celetuk Reynand membuat dua gadis itu menoleh sebentar, lalu kembali pada aktifitas mereka.

Karena sudah menunggu sejak tadi, Reynand beranjak dan menghampiri meja Joya. "Makan bareng yuk?!"

Mata Joya melirik, kemudian bertanya, "Gue?"

Pemuda itu mengangguk mantap, lalu tanpa menunggu jawaban Joya, Reynand langsung menarik tangan gadis cantik itu ke kantin. Bahkan ia tidak peduli dengan dua temannya yang berteriak memanggil.

"Apaan sih, Rey?!" Gadis itu protes, tapi tidak juga di indahkan oleh Reynand.

Sampai di kantin, pemuda itu memaksa Joya untuk duduk. Tidak peduli meski wajah gadis itu sudah mengernyit heran.

Reynand membuka kotak bekalnya. "Gue bawa makanan dari rumah, kakak gue yang masak. Makan bareng ya?!"

"Kayak anak kecil," cela Joya seraya memutar bola matanya dengan malas.

Reynand memberikan satu sendok untuk Joya, setelah sebelumnya memesan minum dan meminta izin menumpang makan di kantin. Pasalnya, pemuda itu membawa bekalnya sendiri dari rumah.

Reynand membagi bekal nasi goreng spesial di tambah nugat yang sudah dipersiapkan.
Melihat gadis itu bergeming tanpa ada tanda-tanda makan, Reynand menarik tangan Joya agar mengambil nasi.

"Makan, Joy!" pinta Reynand dengan mulut yang penuh makanan.

"Lo nggak ngeracunin gue, 'kan?"

Sontak Reynand terbahak. Seorang Joya berani menuduhnya menaruh racun? Ya ampun, apa sekeji itu dia di mata Joya, hingga gadis itu berpikir demikian.

"Gue kasih obat tikus. Kalau niat meracuni lo, mana mungkin gue ke kantin sekolah, Joy. Biar gue buktiin." Reynand mengambil sesendok nasi di kotak bekal yang dia kasih untuk Joya. Dengan semangat, pemuda itu mengunyah dengan rasa amat bahagia. Hal itu demi membuktikan kalau dia benar-benar tidak menaruh racun.
Namun, tidak lama, wajah Reynand berubah, keningnya mengerut dan tubuhnya langsung mengejang.

"Rey!"

Reynand terbahak, dia tidak tahan menahan tawa ketika melihat wajah Joya panik saat mengetahui dirinya kejang.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang