R&J 11

894 145 8
                                    

Juno Hilang

"Al, Juno mana?!" Teriakan itu langsung melengking setelah mengetahui, sepeda kesayangannya tidak ada di parkiran.
Gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya dan heboh sendiri. Joya kesulitan berbicara saking syoknya.

"Emang lo taruh mana?" Aliya bertanya sembari memeriksa sekeliling.

"Ya, taruh di sini, kayak biasanya!" seru Joya seraya menunjuk tempat yang biasa ia pakai untuk memarkirkan sepedanya.

"Wah, ini sih udah jelas, pasti kutu kupret lo!" tebak Aliya begitu yakin. Memang siapa lagi biang keroknya, selain Reynand?.

"Kuda poni jelek maksud lo?"
Aliya mengangguk mantap.

"Kalau bukan dia gimana? Kalau sepeda gue dicuri sama orang gimana? Itu sepeda kesayangan gue." Joya hendak menangis, sehingga Aliya segera menghampiri gadis itu, lalu menenangkannya.

"Lo tenang, ini nggak jauh-jauh dari Reynand, Joy."

Joya menenangkan dirinya dengan mengambil napas dan mengembuskannya dengan perlahan. "Terus kita pulangnya gimana, Al?"

Aliya mengedikan bahu. Padahal, ia ada niat untuk membonceng Joya pulang bersama Juno, tapi sepeda gadis itu telah dicuri.

Tiba-tiba ponsel Joya bergetar, dengan segera gadis itu merogoh saku roknya. Sontak, matanya membulat ketika mendapat pesan dari Kuda poni jelek itu.

Reynand: Juno pacar lo, gue bawa pulang. Mau gue mutilasi, biar nggak apelin lo terus, gue cemburu

"Iiiih! Reynand alay, gila, kutu kupret, kuda poni jelek, mati aja lo!" teriak Joya mengerahkan segala kemarahannya.

Aliya menatap Joya dengan alis naik. "Lo kenapa, Joy?"

"Bener apa kata lo, kuda poni jelek itu ngambil sepeda gue."

"Bener 'kan. Terus gimana acara gue nebeng lo? Mana gue pas banget nggak dijemput," ujar Aliya seraya menghentakkan kakinya ke tanah dengan kesal.

Joya mengetik sesuatu di ponselnya, membalas pesan Reynand bahwa dia tidak terima atas perilakunya.

Joya: Balikin sepeda gue! Terus gue pulangnya gimana?

Reynand: Tenang aja, Abang nggak sejahat itu kok. Hitung 3 mundur dari sekarang
3 2 1

"Joy!" Suara khas dari cowok berambut keriting dan bertubuh gempal, membuat keduanya menoleh. Pemuda itu berlari menghampiri gadis yang menatapnya bingung.

Joya dan Aliya pun saling bertatapan satu sama lain. Bingung, mengapa hitungan itu pas dengan kedatangan Bowo.

"Kenapa? Lo disuruh Rey, lagi?" tanya Joya lalu mendapat anggukan dari pemuda itu.
Ternyata tebakannya benar.

"Terus, lo mau apa?" Joya bertanya lagi.
Tidak lama, Bowo merogoh saku dan mengeluarkan isinya.

"Ini Joy, katanya, disuruh naik taksi," kata Bowo seraya mengulurkan dua lembar uang berjumlah duaratusribu.

"Jadi, maksudnya Rey nyuruh kita buat naik taksi? Sedangkan sepeda Joya ...." Ucapan Aliya menggantung. Matanya menatap tidak paham pada Joya. Sepertinya Reynand memang sangat niat menjaili Joya.

"Nasib sepeda gue gimana, Al?" Lagi-lagi Joya merengek.

"Sate aja nanti kalau ketemu. Udah, makasih ya, Wo. Kita pulang duluan." Aliya menarik tangan Joya setelah berterima kasih lebih dulu. Ia membawa gadis itu sampai ke sisi jalan.

Berbeda dengan gadis di sebelahnya, Joya sudah ingin menangis dan mengamuk saat itu juga. Dalam hati, gadis itu bersumpah serapah, membayangkannya saja sudah membuat dongkol. Joya takut sepedanya akan benar-benar dimutilasi, mengingat, Reynand tipe orang nekat.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang