R&J 25

973 104 3
                                    

Kencan Horor

Kakinya berlari kecil, senyuman tidak luput menghiasi wajahnya. Sampai di depan pintu rumah sang pacar, dia menekan bel rumah tersebut dengan gembira.
Sembari menunggu, dia merapikan jaket army yang melengkapi penampilannya.

"Nak, Rey?"
Barulah Reynand menoleh ketika pemilik rumah memanggilnya.

"Malam Ibu mertua?" Reynand mencium punggung tangan Ibu dari kekasihnya, seraya tersenyum lebar. Sontak, Farah terkekeh ketika mendengar pemuda tampan itu memanggilnya dengan sebutan 'Ibu mertua'.

"Mau minta izin bawa Joya jalan, malam ini. Tenang, nggak aneh-aneh kok, cuma makan," ungkap Reynand meminta izin dengan gaya khas anak muda.

Farah kemudian mengangguk. "Boleh, masuk dulu, Joya masih lama kayaknya."

"Enggak, Rey nunggu di sini aja. Nunggu di luar nggak bikin gantengnya ilang kok," celetuk Reynand membuat wanita itu menggeleng heran. Kelakuannya memang kadang aneh, meski Farah mengakui ketampanan anak SMA itu.

"Ya udah, Ibu panggil Joya dulu, ya?" Farah pamit untuk memanggil anak gadisnya.

Sembari menunggu, Reynand mengusap-usap tengkuknya yang merasakan dingin. Bukan karena ada makhluk halus di sekitarnya, melainkan gugup luar biasa yang dia rasakan.

"Kuda poni!"
Pekikan itu membuat Reynand terperanjat. Ia memutar tubuh dan menemukan gadis imut itu berdiri cantik dengan dress abu-abu. Reynand tertegun, demi apa pun gadis itu terlihat lebih cantik dari biasanya. Tidak! Jangan anggap ini sinetron remaja yang tengah terpesona dengan efek angin sepoi-sepoi, Reynand tidak bohong kalau Joya begitu manis malam ini.

"Kok lo lihatinnya gitu, sih? Gue salah kostum? Atau, gue kayak ondel-ondel?" tanya Joya merasa tidak percaya diri. Gadis itu memakai dress sebetis dipadukan kardigan hitam motif bunga, sehingga penampilannya begitu manis dan segar.

"Lo habis minum alkohol, ya?" Pertanyaan Reynand sontak membuat gadis di depannya membelalakan mata.
Joya tidak mengerti mengapa Reynand menuduhnya selesai meminum alkohol. Apa pemuda itu sudah gila?.

"Maksud lo apaan? Mana mungkin gue konsumsi yang kayak gituan, lo pikir gue cewek apaan?!"

Reynand terbahak, gadis itu mudah sekali tersinggung. "Lo bikin gue mabuk lihat kecantikan lo."

Dih, Joya pikir Reynand sedang menuduhnya yang tidak-tidak, ternyata pemuda itu hanya ingin menggobalinya.

"Dasar receh, alay!" cela Joya hampir saja mengamuk jika benar dituduh tidak baik. Detik kemudian, tangan Reynand mengusap lembut puncak kepalanya.

"Nggak usah marah-marah, sensi banget, sih? Apa grogi diajak jalan cowok seganteng gue, ya?" goda Reynand membuat gadis itu memukul dadanya.

"Nggak usah bikin gue bete, Rey! Gue batalin nih kalau lo macem-macem!" ancam Joya tidak main-main.
Reynand langsung memohon agar tidak dibatalkan, dia tahu betul Joya tipe nekat sepertinya, jika sudah marah, pasti gadis itu tidak main-main dengan ucapannya.

"Ya udah, ayok berangkat ke KUA!"
Mendengar ucapan Reynand, Joya mendelik dan pemuda itu hanya tersenyum manis tanpa dosa.

"Memang kita mau ke mana?" tanya Reynand berpura-pura tidak paham, padahal jelas dia yang mengajak gadis itu untuk jalan.

"Ke jembatan buat bunuh diri," kata Joya asal, dan parahnya, Reynand menyahut seenak jidatnya.

"Oh, biar romantis kayak Romeo dan Juliet, yang mati bareng karena nggak dapat restu? Seputus asa itu lo?"
Lihat, Reynand itu cowok menyebalkan tingkat dewa. Bagaimana bisa dia menyebut pacarnya sendiri putus asa.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang