R&J 12

871 153 3
                                    

Reynand dan Joya
"Ada waktu yang tidak tertebak ceritanya. Seperti rasa yang entah jatuh kapan dan kepada siapa."

Ia duduk di atas sepeda, sudah beberapa menit dia di sana, menunggu gadis yang mengatakan lewat pesan kalau dia tengah mandi. Padahal, Reynand kedinginan di depan gerbang sendirian. Pasalnya dia datang pada pukul 05:00 tadi, sengaja karena ingin mengajak Joya berolahraga, sekaligus jalan di hari minggu ini.

"Cewek kalau mandi lama banget." Ia mulai menggerutu. Sebab, tadi malam ia sudah memberi tahu Joya kalau akan menjemputnya pagi-pagi, tapi gadis itu mengabaikannya.

Reynand terperanjat ketika sebuah gerbang didorong seseorang. Ia menolah dan melihat gadis itu sudah rapi dan cantik.

"Lama banget, sih?" protes Reynand dengan wajah marah yang dibuat-buat.

"Siapa suruh jam lima pagi udah ke sini?"
Mata Joya membulat ketika melihat sepedanya ada di depan mata. Padahal, semalam Reynand mengatakan akan menghancurkannya, dia yakin, pemuda itu tidak akan berani melakukannya.

"Lo mau balikin sepeda gue?" Mata Joya memicing.

"Gue mau ajak lo jalan pakai sepeda kesayangan lo."

Joya berpikir sejenak. "Jadi lo nyuri sepeda gue biar bisa jemput gue buat naik sepeda bareng?"
Reynand mengangguk mantap.

"Udah, ah, nggak usah banyak cincong. Ayo, mumpung masih pagi, kita olahraga!" ajak pemuda itu dengan senyuman lebar. Ia berharap, kini gadis itu tidak menolaknya.

Namun, seperti biasa, Joya curiga kalau pemuda itu akan macam-macam dan melakukan hal aneh. "Mau ke mana?"

"KUA," sahut Reynand menggelikan.

Joya mencebikan bibirnya. "Nggak usah gombal, gue nggak mau makan gombalan receh lo di pagi gini. Soalnya gue–"
Reynand menutup mulut Joya dengan tangan kanannya. Ia malas jika gadis itu mulai berceloteh dan menceramahinya panjang lebar.

"Gue bilang nggak usah bawel. Ayo cepetan naik, keburu siang!"

Jika dipikir, selama ini Reynand hanya menyebalkan, tapi tidak pernah membahayakannya. Ok, kali ini Joya memilih menuruti pemuda itu, jika ada hal buruk, demi apa pun dia akan menjambak Reynand hingga botak. Joya kemudian naik dan duduk di belakang.

Lagi pula, Reynand tipe orang yang suka memaksa, jadi jika Joya menolaknya tadi, pasti pemuda itu akan merajuk dan memaksakan kehendaknya, seperti biasa. Namun, Joya senang bisa pergi di hari minggu ini, karena biasanya dia akan membantu ibunya di butik, dan kali ini berbeda.

"Seneng nggak jalan sama gue?" Pertanyaan itu keluar di sela-sela Reynand mengayuh.

"Biasa aja."

Reynand mendengkus, heran, mengapa gadis itu masih saja judes. "Gengsi banget sih, bilang seneng doang."

Joya menahan kekehannya. Ternyata pemuda itu dapat marah juga, dan itu terlihat lucu, sekaligus menghiburnya. Pantas saja Reynand suka jail padanya, ternyata rasanya enak juga membuat orang lain kesal.

Ketika sepeda melaju kencang, reflek Joya memeluk pinggang pemuda itu dengan erat. Jantungnya hampir saja loncat tadi.

"Jangan ngebut dong!" protes Joya seraya memukul punggung pemuda itu.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang