Resmi
Pagi-pagi sekali, ia sudah mencuci motor begitu tahu ini adalah hari senin. Bahkan, seorang Reynand harus terkena semprot oleh sang Kakak karena dia terlalu banyak menggunakan air.
Yang lebih menjengkelkan, ketika siap menjemput Marmut kesayangannya, dia mendapat pesan termanis dari gadis itu saat ingin masuk ke rumah.Joya: Jangan masuk dulu, kalau mau izin sama Ibu, foto dulu sama kucing gue yang ada di kandang. Ke samping rumah aja
"Mentang-mentang gue jadi pacar lo, sekarang gue harus belajar buat lebih jinak sama kucing gitu? Fine." Reynand menggerutu sendiri.
Ia berjalan ke samping rumah Joya untuk mengambil foto bersama kucing kesayangan gadis itu. Walaupun sedikit takut, tetapi Reynand memaksakan dirinya untuk bisa berfoto bersama kucing. Ini adalah perintah kekasihnya, lalu apa lagi yang dapat dilakukan selain menurut?.
Dengan sedikit kegelian, Reynand mengusap kucing yang tengah berjemur di depan kandangnya. Selanjutnya, ia mengambil foto dengan senyuman di wajahnya, berusaha sesantai mungkin, meski ingin kabur rasanya.
Kemudian, dia mengirimkan fotonya pada Joya.Reynand: (foto) Makin Cintah dah lo sama gue
Di sisi lain, Joya tersenyum puas saat melihat Reynand yang ternyata benar-benar mau melakukan permintaannya.
Sebenarnya, Joya hanya mengerjai Reynand, karena pemuda itu menjemputnya terlalu pagi, sampai-sampai dia belum juga mandi. Niatnya hanya mengulur waktu, tetapi Reynand terkena kejailannya.Selesai mengambil foto, Reynand langsung menuju pintu utama rumah kekasihnya. Tentu setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, ART rumah Farah langsung mempersilahkan Reynand masuk.
"Pagi Nak, Rey," sapa sang pemilik rumah ketika melihat Reynand sudah masuk.
"Pagi, Bu."
Reynand mengganti sebutan Tante menjadi Ibu. Ya, pasti karena berpikir kalau Farah akan menjadi mertuanya."Joya masih siap-siap, sarapan dulu yuk! Belum sarapan, 'kan?"
Reynand menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian menyahut, "Belum, Bu."
Pemuda itu duduk di kursi makan, sedangkan Farah mempersiapkan sarapan dengan telaten.
"Pagi banget jemputnya? Bangun jam berapa kamu?" Farah bertanya di sela-sela mempersiapkan segelas susu untuk teman putrinya itu.
"Jam empat pagi." Reynand menjawab sambil terkekeh, lucu mendengar jawabannya sendiri, terdengar konyol memang.
Farah pun tersenyum. "Pagi amat, Bareng ayam ya, bangunnya?"
"Iya, Bu. Biar Joya nggak dipatok ayam."
Keduanya tertawa bersama. Reynand memang kelewat lucu dengan ulah ajaibnya."Ngomong-ngomong, kok kamu sering banget antar Joya pulang? Dan sekarang jemput."
Pertanyaan Farah membuat pemuda di depannya mematung. Farah dapat melihat wajah Reynand yang mendadak canggung. Ia menebak, kalau pemuda tampan itu tengah ada sesuatu dengan putrinya."Awas ya, kalau sampai macam-macam, Ibu jahit kamu pakai mesin jahit!" sambung Farah memberikan peringatan tegas. Meski ia tetap melempar senyum lembut layaknya orang tua.
"Siap, Bu. Tenang aja, Rey anak sholeh kok." Reynand melebarkan senyum di bibirnya. Ia tahu, Ibu dari kekasihnya sudah mengerti arti diamnya tadi.
"Lagi ngomongin apa, sih?" Suara gadis berambut panjang itu menginterupsi. Joya baru saja turun dengan pakaian rapi, lalu ikut duduk di ruang makan.
"Rahasia. Ini obrolan orang tua." Reynand menyahut asal. Namun, wajah gadis yang duduk di depannya membuat geli. Joya menatapnya dengan tatapan curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand & Joya | END
Fiksi RemajaFollow sebelum baca yuk, untuk mengikuti ceritanya. #645 dalam TEEN FICTION-11/3/2018 #961 dalam TEEN FICTION-9/2/2018 "Kuda poni! Dasar jelek, sinting, kutu kupret, tai lo. Maju sini, gue telen lo hidup-hidup!" teriak Joya mengerahkan semua kekesal...