R&J 17

941 111 5
                                    

Cukup Satu Hari

Jam dinding mendadak menjadi pengisi suara di ruangan tersebut. Sunyi, hanya ada gerakan tangan menggores putihnya kertas di atas meja.
Namun, beberapa kali bunyi ponsel milik gadis bermata bulat itu membuat Joya heran. Kini keduanya tengah belajar, tetapi Aliya masih saja memainkan ponselnya, yang sepertinya terlihat sedang asyik.

"Kapan belajarnya kalau main HP terus?" tanya Joya membuat gadis di depannya tersenyum lebar.

"Bentar, Joy." Aliya memiliki alasan sendiri mengapa ponsel penting saat ini. Ada sesuatu yang harus dia selesaikan.
Bel rumah berbunyi. Sontak, Aliya mengembangkan senyum lagi, akhirnya yang dia tunggu datang juga.

"Gue cek dulu ya." Gadis itu beranjak. Namun, berbeda dengan Joya yang sudah menaruh rasa khawatir, jangan sampai itu adalah Seno, karena Aliya begitu terlihat bahagia.

Aliya membuka pintu, lalu menemukan tiga cowok yang sudah datang lengkap dengan tas sekolah untuk belajar bersama.

"Dia di dalem. Lo harus mencairkan es di antara kalian," perintah Aliya membuat pemuda beranting itu mengangguk.
Ketiganya masuk, tetapi terperanjat ketika Joya sudah tidak ada di ruangan.

"Joya mana?" Dan pemuda bernama Vino bertanya dengan penuh penekanan.

"Di sini tadi. Mungkin dia lagi ke toilet." Aliya harap Joya tidak kabur karena mengetahui Reynand yang datang ke rumahnya. Ia sengaja mengundang Reynand ke rumah untuk memperbaiki suasana tegang di keduanya.

"Gue cari dulu!" Aliya memeriksa toilet, memastikan apakah Joya pergi atau memang sedang buang hajat. Namun, dia tidak menemukan sahabatnya di sana. Jangan-jangan, Joya memang pergi menghindari Reynand.

"Joya nggak ada di to—" Ucapan Aliya terhenti ketika melihat gadis yang dia cari berdiri di belakang ketiga pemuda itu.
Joya mematung di tempatnya dengan tangan menggenggam gelas berisi es sirup.

"Joya, lo habis dari dapur?" Pertanyaan Aliya membuat ketiga cowok itu menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Aliya.

"Kalian?" Joya terkejut karena yang datang adalah Reynand dan temannya. Ia pikir, Aliya mengundang Seno, dan itu membuatnya khawatir tadi.
Tidak menunggu lama, Reynand menghampiri pacarnya, lalu menyentil jidat Joya dengan gemas.

"Bikin khawatir aja, sih? Kirain kabur lewat jendela," kata Reynand membuat gadis itu terdiam.

Joya bingung, apa Reynand sudah tidak marah lagi? Lalu, apa Aliya sengaja melakukan ini untuknya? Ah, Joya pusing memikirkannya. Ia sudah lelah belajar sejak tadi.

"Kenapa kemarin datang ke rumah nggak ngabarin? Sengaja, mau ketemu papa mertua?" Sifat jail Reynand kembali, membuat teman-temannya tertawa. Berbeda dengan Joya yang masih bingung harus merespon apa.

"Kan lo menghindar dari gue." Suara Joya terdengar serak. Sepertinya gadis itu memang sedang haus.

"Kemarin gue puasa, makanya sementara menjauh."

Puasa? Puasa apa yang pemuda itu maksud? Joya tidak paham dengan ucapan Reynand.

"Kemarin kan hari rabu, puasa apaan?" celetuk Andi dengan kikikan di akhir kalimat.

Reynand hanya terkekeh, kemudian kembali fokus pada gadis yang masih saja menampakkan wajah bingung. "Gue nggak bisa marah sama lo lebih dari satu hari," ungkap Reynand membuat tiga teman kelasnya di belakang menyoraki.

"Lo punya hak untuk itu," kata Joya diangguki pemuda berkulit putih itu.

"Gue mau belajar sama yang lain. Gue nggak bandel dan main game." Reynand mencubit pipi kiri Joya, lalu dia beranjak duduk di lantai bersama yang lain.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang