Ada Apa Antara Reynand dan Seno?
"Kesalahanku ialah tidak peduli dengan siapa pun. Sampai lupa bahwa seseorang tidak dapat di nilai dari kovernya."
"Joy, si Rey kok mukanya bonyok gitu, ya?"
Mendengar ucapan sang sahabat, Joya menaikan satu alisnya. Heran, mengapa Aliya bertanya padanya, apalagi ini tentang Reynand."Udah biasa kali, Al."
"Tapi udah beberapa lama, Reynand nggak tawuran," sambung Aliya masih penasaran. Mereka akhirnya duduk di kursi koridor, seraya memakan jamur goreng.
"Nggak ada lawannya kali, makanya berhenti sementara, sekarang mulai lagi." Joya menyahut tanpa ada niat untuk peduli. Yang membuat aneh, mengapa Aliya menjadi peduli dengan anak nakal itu?.
"Lo nggak mau nengokin dia? Dia 'kan udah nengokin lo pas sakit." Penuturan Aliya membuat sahabatnya itu menghentikan aktifitas, lalu menatap datar padanya.
Joya mulai bingung, apa dirinya memang tidak peka? Sampai tidak peduli dengan orang yang sesungguhnya baik dengannya. Bahkan, sikapnya sama, meski Reynand telah baik beberapa pekan ini.
"Lo jangan natap gue gitu dong, Joy. Gue rada takut lihatnya," kata Aliya merasa tidak nyaman mendapat tatapan aneh Joya.
"Eh, itu ada Vino, coba lo tanya sama dia!" pekik Aliya saat melihat pemuda yang sering menggobalinya--tengah melintas tidak jauh dari mereka.
"Lo aja, Al." Perkataan Joya membuat Aliya menggeleng keras.
"Nggak, nanti dia ge'er lagi kalau gue yang manggil."
Tidak ingin berdebat lama, akhirnya Joya memanggil pemuda bernama Vino.
Yang dipanggil pun menoleh, dan ia langsung saja menghampiri dua gadis itu dengan santai."Kenapa? Kangen, ya?" tanya Vino seraya menaikturunkan alis dengan kedua tangan di saku.
Mendapat pertanyaan konyol itu, Joya mendengkus. Apa tidak ada yang normal di antara tiga anak nakal itu? Heran. "Siapa juga yang kangen sama lo. Gue mau nanya tentang Reynand, katanya dia bonyok, habis tawuran?"
"Cie, yang khawatir."
Kompak, Joya dan Aliya melototi Vino. Tentu pemuda itu langsung menghentikan aksi men-ciekan gadis itu, karena jujur wanita lebih menakutkan seribu kali lipat saat marah.
Vino berdeham, kemudian meneruskan, "Iya, dia bonyok, nggak tau habis ngapain. Kalau tawuran mesti ngajakin gue sama Andi, tapi sekarang enggak tu."
Jika dipikir, kata Vino ada benarnya juga. Kalau tawuran pasti tidak hanya Reynand yang bonyok, dua temannya juga pasti akan ikut tawuran dan terluka juga, tapi Vino kelihatan biasa saja.
Kini gantian Aliya yang bertanya, "Sekarang dia lagi di mana?"
"Dia siapa?"
"Ck, ya Reynand lah masa cacing tanah," sahut Joya mulai tidak sabar.
"Oh, lagi di kantin."
Setelah mendapat jawaban tersebut, Joya dan Aliya segera meninggalkan Vino yang masih berdiri dengan tampang bodohnya.
"Bilang makasih kek, dasar cewek!" gerutu Vino merasa tidak di anggap, padahal dua gadis itu baru saja memeras pengetahuannya. Sedikit.
"Gue nggak ikut ke kantin deh, lo aja, gue mau ke perpus," dusta Aliya. Sebenarnya ia hanya tidak ingin melihat Joya dan Reynand yang pasti akan berdebat seperti biasanya. Hal itu akan membuat mood-nya hancur.
"Ya udah kalau gitu. Gue ke kantin dulu ya," kata Joya yang mendapat anggukan dari Aliya.
Joya segera melangkahkan kaki ke kantin. Di sana, ia melihat sosok cowok yang dia cari sedang duduk dengan kepala yang disandarkan pada tembok. Tidak ketinggalan, wajahnya yang sedikit lebam membuat Joya menghela napas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand & Joya | END
Fiksi RemajaFollow sebelum baca yuk, untuk mengikuti ceritanya. #645 dalam TEEN FICTION-11/3/2018 #961 dalam TEEN FICTION-9/2/2018 "Kuda poni! Dasar jelek, sinting, kutu kupret, tai lo. Maju sini, gue telen lo hidup-hidup!" teriak Joya mengerahkan semua kekesal...