Kenyataan
"Apa tidak selamanya obat bisa mengobati luka? Yang kurasakan saat ini, obat itu meracuniku, tanpa mengenal luka." Joya."Joy, gue seneng, Seno di pantai perhatian gitu. Dia kelewat baik, makanya semua temen dia perhatikan." Ucapan Aliya sedikit membuat gadis berwajah imut itu tertegun.
Teman sekolahnya itu semakin menyukai pemuda bernama Seno—lelaki yang Joya temui sebagai pelanggan butik ibunya."Menurut lo, Seno tu orangnya gimana? Lo 'kan kenal lebih dulu dari gue. Vino terus aja musuhin gue karena Seno," ungkap Aliya ketika keduanya duduk di balkon rumah Joya.
Dua gadis cantik itu telah pulang dari liburan, tetapi tidak melewatkan hari libur untuk tetap bersenang-senang dan memakai masker wajah bersama.Namun, Joya terlihat gugup mendengar pertanyaan Aliya. Ia tidak tahu harus menjawab apa, yang dia ketahui tentang Seno, pemuda itu dijauhi oleh Reynand dan lainnya karena berkhianat. Entahlah, Joya juga tidak tahu persis masa lalu keempat lelaki itu, sehingga dia tidak dapat mengatakan keburukan ataupun kebaikan lelaki itu.
Joya meneguk jus jeruk di tangannya, kemudian menjawab, "Lo pasti jauh lebih tau, Al."
"Joy, lo setuju 'kan gue sama dia?"
"Hah?" Joya membelalakkan matanya. Mengapa Aliya begitu semangat mengenai hubungannya bersama Seno.
"Joy, lo setuju 'kan, gue suka sama Seno?"
Joya mengusap wajahnya, percakapan tadi pagi membuatnya frustrasi. Ia ingin melarang sementara waktu agar Aliya tidak terlalu dekat dengan Seno. Namun, Joya takut gadis itu akan berpikir kalau dia tengah berusaha menjauhkannya dari Seno. Parahnya, sahabat baiknya itu akan berpikir kalau dia masih menyukai Seno, ini payah.
Kini, gadis itu tengah duduk sendirian di restoran pusat perbelanjaan. Ia tengah menunggu Kakak dari pacarnya yang satu jam lalu mengirimkan pesan.
Anita meminta bertemu dengannya di sini, dan Joya masih bingung mengapa tiba-tiba gadis itu ingin bertemu."Joya?" Pekikan seorang wanita paruh baya membuat Joya terlonjak.
Matanya tertuju pada gadis yang terlihat sebaya dengannya—berdiri di sebelah wanita berpakaian rapi yang menepuk bahunya tadi."Iya, saya Joya. Maaf, anda siapa, ya?" Akhirnya Joya bertanya setelah beberapa detik terdiam.
"Saya Mamanya Reynand."
Apa? Apa Joya tidak salah dengar? Wanita di depannya adalah Mama dari seorang Reynand Arkatama. Sadar, Joya segera merapikan rambutnya, lalu bangkit dan sedikit membungkuk untuk memberi salam.
"Kamu Joya Avara, 'kan?"
"Iya Tante," sahut Joya seraya mengulurkan tangannya untuk menyalami Maria, tetapi wanita itu tidak menghiraukan uluran tangannya. Kemudian, Joya kembali menyimpan tangannya.
"Duduk aja biar lebih santai," cetus Maria lalu mengajak gadis yang bersamanya untuk ikut duduk.
Bingung, Joya masih bungkam, dia tidak mengerti mengapa Mama Reynand yang datang, sedangkan Anita yang memiliki janji bertemu dengannya di sini.
"Yang mengirim pesan itu saya, tapi pakai ponsel Anita. Saya ada urusan penting sama kamu, dengerin baik-baik ...." Penuturan Maria membuat gadis SMA di depannya terlihat gugup.
Jantung Joya mulai berdenyut tidak karuan. Jangan tanya mengapa, kini di depannya ada Mama dari kekasihnya. Parahnya lagi, wanita itu mengatakan memiliki urusan penting dengannya.
Joya memekakkan telinganya baik-baik, takut ada yang terlewat ketika mendengarkan semua ucapan calon mertuanya nanti. Ah, calon mertua, mengapa jadi menggelikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand & Joya | END
Ficção AdolescenteFollow sebelum baca yuk, untuk mengikuti ceritanya. #645 dalam TEEN FICTION-11/3/2018 #961 dalam TEEN FICTION-9/2/2018 "Kuda poni! Dasar jelek, sinting, kutu kupret, tai lo. Maju sini, gue telen lo hidup-hidup!" teriak Joya mengerahkan semua kekesal...