R&J 16

854 111 0
                                        

Kemarahan

               
Ketika dua sahabatnya tengah serius belajar, pemuda itu malah bersantai ria tanpa ada niatan untuk ikut.
Sekolah sebentar lagi akan mengadakan ujian, sehingga dua anak badung itu mendadak rajin. Lain halnya dengan Reynand yang justru menertawakan dua temannya yang tengah serius. Bibir mereka manyun-manyun karena kelewat serius, sehingga Reynand terbahak.

"Serius banget belajarnya, sampai bibir ikutan monyong kayak otak kalian," cela Reynand kemudian mendapat dengkusan keras.

"Gaya lo sok, mentang-mentang lo ranking satu!" sahut Andi kesal bukan main. Reynand memang pintar, tetapi tetap saja sama nakal dengannya.

"Pergi lo Rey! Mendingan lo ngapel aja sama Joya, daripada di sini lo gangguin kita!" Vino mengusir seraya menendang kaki Reynand.

"Tau lu, bukannya bantuin malah godain kita biar kagak lulus ujian semester," timpal Andi lagi.

"Sorry. Nanti gue ikut kalian belajar juga deh, biar samaan," ujar Reynand membuat dua temannya melirik curiga. Meski nakal, Reynand tidak meninggalkan prestasinya begitu saja, walaupun prestasi membuat onar juga tidak kalah banyak.

"Ngomong-ngomong, gue lagi galau." Reynand membuka obrolan lagi, kini dengan nada serius.
Tentu hal itu membuat Andi dan Vino menghentikan aktifitas dan beralih menatap Reynand dengan wajah serius pula.

"Kenapa?" tanya Vino kemudian.

"Joya, dia bohongin gue tentang dia yang jalan sama Aliya, padahal sebenernya dia jalan sama Seno juga."

"Hah?!" Andi memekik. Ia terkejut dengan ucapan pemuda itu sebelumnya.

"Iya, Ndi. Parahnya lagi, saat gue lagi ada masalah sama Joya, nyokap pengen kenalin gue sama anak temennya. Apa itu nggak berlebihan? Gue masih di bangku SMA," ungkap Reynand memperlihatkan ketidakpercayaannya. Ia masih saja tidak mengerti mengapa mamanya begitu antusias dengan rencananya itu. Padahal, jelas ia masih di bangku SMA, masa indah untuk belajar dan membangun cerita sendiri.

"Maksudnya dijodohin gitu?" Vino masih perlu kepastian. Rasanya aneh jika masih SMA sudah dijodohkan.

"Bukan dijodohin juga, tapi ya gitu, nyebutnya entah apa. Intinya dia pengen gue temenan sama anak temennya mama, tapi gue nolak, meski nyokap tetep ngotot. Rencananya mama tu karena dia masih kecewa sama kegagalan kakak gue," cerocos Reynand panjang kali lebar. Ia mengacak rambutnya karena tidak tahu harus apa.

"Pantesan lo menghindar terus dari Joya," kata Andi baru menyadari alasan temannya menjauhi kekasihnya sendiri seharian ini.

"Jauh lebih baik menghindar dulu, daripada harus ketemu sedangkan gue lagi nggak jelas. Gue merasa kasihan lihat Joya kalau inget perjodohan nyokap," ungkap Reynand kembali menjambak rambutnya sendiri.

"Itu namanya sayang," sahut kedua temannya dengan kompak.

Gubrak!
Ketiganya terperanjat ketika pintu gudang terbuka dengan cara ditendang.

"Sorry, nggak sengaja," ucap gadis yang baru saja membuka pintu dengan sedikit agresif. Gadis itu langsung melangkah menghampiri Reynand.

"Gue ke sini mau jelasin tentang Joya yang nemenin gue—"

"Nggak usah, nggak perlu!" potong Reynand tahu apa maksud gadis itu.

Namun, karena gemas, gadis bernama Aliya menjitak kepala Reynand dengan keras, hingga pemuda itu menyengir kesakitan.

"Kenapa lo jitak gue?" protes Reynand dengan mata mendelik tidak terima.

"Iya, kenapa si sayang? Lagi PMS jangan bunuh anak orang dong!" timpal Vino yang langsung dihadiahi tatapan membunuh dari Aliya.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang