Bab. 4 - Kejengkelan Nayra

9.3K 573 27
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Pertemuan yang tak disengaja bukan hanya perihal sempitnya dunia. Melainkan sudah atas takdir-Nya.
— Cintasendirian.

🌹🌹🌹

"Nar." Nayra terperanjat saat Sasya menyentuh punggungnya.

"Bunda lo manggil tuh dari tadi."

"Oh-i-iya, Sya."

Nayra berjalan ke arah Salma. Di ikuti oleh Sasya di belakangnya.

"Ayo, Nak, kita pulang," ajak Salma.

"Sasya, tante, aku pulang dulu, ya. Makasih atas jamuannya. Maaf, tadi aku udah pecahin piringnya."

"Iya, gapapa, Sayang. Cuma piring, gampang nanti beli lagi," ujar Ratna sambil mengusap lembut punggung Nayra.

"Cuma piring, gampang nanti beli lagi," ulang Sasya. "Giliran anak sendiri aja, bisa-bisa dicoret dari kartu keluarga," tambah Sasya.

Ratna terkekeh hambar sambil memberi pelototan pada Sasya. Namun meskipun begitu semua hanya becandaan semata. Apa yang Sasya katakan tidak benar adanya.

"Iya, Jeng. Maaf, ya. Apa perlu saya ganti?" Salma menambahi.

"Nggak perlu, Jeng. Sasya cuma bercanda kok tadi."

"Iya, tante. Aku cuma bercanda kok."

Nayra dan Salma bernapas lega. Selesai berpamitan, mereka kemudian pulang.

•••

Sepulangnya dari menjemput ibunya di rumah Sasya, Tara baru bisa kembali melanjutkan aktivitasnya diluar jam mengajarnya. Kini ia tengah merapikan beberapa barang di rumah barunya, yang terletak cukup dekat dari sekolah.

Berbagai macam barang ia rapihkan seorang diri, karena ia paling anti merepotkan orang lain.

Setelah semua barang tertata sesuai kemauannya, Tara beristirahat dibalkon lantai dua rumahnya. Menyandarkan tubuhnya disebuah kursi, sambil di temani oleh secangkir kopi.

"Akhirnya, selesai juga ...."

Tara menghela napas panjang, kemudian membuangnya.

Udara malam memang terasa menyejukan, apalagi bercampur aroma kopi yang memberi sensasi tersendiri.

Sambil sesekali menyeruput kopinya, mata Tara menelusuri setiap pemandangan yang ada di depannya. Tak terkecuali rumah bercat putih yang berada di sebelah rumah barunya.

Dari tempatnya berada, ia melihat seorang gadis tengah duduk dibalkon rumah itu. Dengan gamis polos yang anggun melekat ditubuhnya, Ia terlihat sangat serius membaca sebuah buku yang berada ditangannya.

Bak terhipnotis kedua bola mata Tara tak dapat berpaling menatapnya, sampai gadis itu tiba-tiba menoleh ke arahnya, dan menabrakan kedua pandangan mereka.

Di satu titik yang sama. Keduanya sama-sama menyadari satu sama lain.

"Nai?" gumam Tara masih menegaskannya. Sedangkan gadis itu sangat yakin dengan penglihatannya.

Selang beberapa detik gadis itu tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya. Membingungkan Tara.

Kenapa dia?

Cinta Sendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang