Bab. 20 - Bakat Terpendam

5.7K 400 16
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Tangan lentik seorang wanita, melempar sebuah ponsel ke sembarang arah. Senyuman yang terbingkai dibibirnya seakan memberi isyarat kemenangan besar untuknya. Atas segala yang telah ia perjuangkan.

"Satu masalah sudah selesai ... untung saja aku kepikiran untuk mengambil ponsel Tara, jadi semuanya bisa berjalan dengan mudah. Nayra sudah menikah dengan lelaki lain. Pasti, karena pesan yang kukirim kepada lelaki itu kemarin. Haha ... dirimu memang pintar Diana," pujinya terhadap diri sendiri.

Tatkala ponsel milik Tara sudah tak berada di tangannya, ponsel lain yang berada di dalam tasnya mengeluarkan suara.

Ia lantas meraihnya dari dalam tas mungilnya yang berwarna hitam, seraya menggeser tombol hijau.

"Halo?" sapanya tatkala benda berbentuk pipih itu menempel di daun telinganya.

"Aku ingin menagih janjimu. Apa sekarang aku sudah bisa mendapatkan Pak Tara seutuhnya?" tanya seseorang disebrang sana, memancing senyuman Diana yang sulit diartikan.

Dasar bocah bodoh.

Diana menutup ponselnya tanpa sepatah kata. Lalu, ia lantas mendial nomor lainnya.

"Waktunya Planing B."

•••

"Silakan masuk, Nayra."

"Iya, Kak."

"Assalamualaikum, Mi, Abi?"

"Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh," jawab beberapa suara.

"Kak Nayra." Nafisa langsung menyergap tubuh Nayra.

"Kamu udah sampe aja."

"Iya, biasa tuh. Bang Reza bawa motornya kaya orang kesurupan. Untung Nafis nggak terbang," adu Nafisa. Yang pagi tadi pulang duluan dari rumah Nayra.

"Ngadu terussss!" cibir Reza, berjalan dari arah dapur rumahnya.

"Ummi sama abi mana?" tanya Hafiz.

"Ummi di dapur. Kalo abi lagi di ruang kerjanya, Bang." Reza yang membalasnya.

"Yasudah, kamu duduk di sini dulu aja, ya, sama Nafisa. Aku panggil Ummi dulu di dapur."

"Kak," cegah Nayra saat Hafiz hendak meninggalkannya.

"Boleh aku aja yang nyamperin Umminya Kak Hafiz? Aku nggak enak, masa Ummi yang nyamperin aku di sini."

Hafiz mengulum senyuman. "Boleh. Apa yang enggak buat kamu."

"Uwee." Reza belaga mual tatkala mendengarnya.

"Ada jomblo sirik," gumam Nafisa, meledek kakak keduanya.

"Jomblo ngomong jomblo."

"Ih, Nafis sih jomblo aesthetic. Emang Abang, jomblo sirik."

Hafiz dan Nayra menggeleng-gelengkan kepala mereka. "Ayo, Nayra. Biar aja mereka."

"Iya, Kak."

"Assalamualaikum, Ummi cantik." Hafiz memeluk Marwah(umminya)dari belakang. Kemudian mengecup pipi kirinya singkat.

Marwah sedikit terperanjat ketika ada sesuatu yang melingkar diperutnya. Namun kembali biasa saat tahu siapa yang memeluknya.

"Baru sampai kamu, Nak," seraya mengecup pipi kanan dan kiri Hafiz.

"Iya, Mi. Ummi lagi ngapain? Emangnya nggak capek semalam baru sampai."

"Ummi lagi masak buat menantu baru Ummi. Ummi nggak capek kok."

Cinta Sendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang