Bab. 8 - Seperti Mimpi

7.6K 489 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Cintailah Allah. Maka kamu akan menemukan cara untuk mendapatkan orang yang tepat dan bagaimana mencintainya dengan hebat.
— Cintasendirian.

🌹🌹🌹

Kring ....

Kring ....

Nayra terkejut bukan main saat jam weker miliknya terus mengeluarkan bunyi. Ia pikir tadi ia tengah bermimpi, tetapi nyatanya hari memang sudah pagi.

Ettss ... tetapi tunggu!

Nayra ingat betul bahwa dirinya tadi sudah melaksanakan sholat subuh. Hanya saja ia tak sengaja terlelap kembali karena tadi masih terlalu pagi.

Biasanya Nayra mengeset jam wekernya hanya untuk berjaga-jaga. Jadi, jika saat ini ia dibangunkan oleh jam wekernya pertanda sangat buruk untuknya.

Gawat!!! Ia pasti kesiangan.

Hah? Setengah tujuh lewat?

Sesuai dugaan Nayra, jarum jam sudah menunjukkan pukul 06:45. Ia segera beranjak dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi.

Sepanjang merapikan diri secara kilat, Nayra menggerutu karena Salma tak membangunkan dirinya. Kemudian bergegas menuruni anak tangga untuk berpamitan dengan orangtuanya.

"Loh, kamu masih di rumah, Sayang? Bunda pikir udah berangkat dari tadi."

Alis Nayra menyatu. "Emangnya aku pernah berangkat ke sekolah tanpa pamitan sama, Bunda?" Bibir Nayra mengerucut sambil menyalami punggung tangan Salma.

"Aku udah kesiangan banget, Bun. Aku pamit, ya. Assalamualaikum," ucapnya sambil menyomot roti di atas meja.

"Hati-hati," teriak Salma sebelum Nayra benar-benar melesat keluar.

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk Nayra bisa sampai di sekolahnya. Namun dengan waktu yang tersisa sedikit sudah dapat dipastikan ia akan terlambat, sebab bel sekolah berbunyi tepat pukul tujuh pagi.

Sesampainya Nayra di sekolah, benar saja satpam telah menutup gerbangnya. Membuat Nayra harus melakukan berbagai macam cara untuk membujuk pak Tono-satpam sekolahnya.

"Pak, tolong saya, ya. Sekali aja. Kalau Bapak mau bantuin saya, saya trakir siomay deh, Pak. Tolong, ya, Pak. Saya 'kan cuma telat lima menit, Pak." Nayra terus mengeluarkan jurus muka melas di depan pak Tono.

Namun sayang, tetap gagal.

"Mau lima menit atau satu menit pun kalau Neng telat tetep aja nggak bisa. Saya hanya menjalankan tugas. Kalau saya bantu Eneng yang ada nanti saya yang dosa, karena nggak menjalankan tugas sesuai amanah. Neng mau nanggung dosa saya?" pak Tono balik menceramahi Nayra.

"Tapi, Pak ...."

"Assalamualaikum." Suara bariton seseorang muncul tiba-tiba.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah." Sikap pak Tono seratus delapan puluh derajat berbeda dari sebelumnya.

"Tunggu sebentar, ya, Pak," jawabnya sangat ramah langsung bergegas membuka gerbangnya.

Nayra begitu penasaran dengan seseorang yang baru saja tiba. Enak saja ia diperbolehkan masuk sedangkan dirinya tidak.

Ketika posisi kepalanya menengok sembilan puluh derajat ke belakang Nayra melihat sesosok lelaki bermotor sport. Namun yang berbeda darinya, lelaki itu tidak berseragam SMA. Melainkan bersetelan rapi, berciri khas seorang pengajar.

Cinta Sendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang