بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Bukan tentang siapa yang lebih dulu harus berkata, tetapi soal siapa yang lebih bisa mengendalikan kepercayaan dirinya.
— Cintasendirian.🌹🌹🌹
Jarum jam menunjukkan pukul tiga dini. Bagai memiliki alarm tersendiri Nayra terbangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Ia lantas berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu membentangkan sajadahnya ke arah kiblat.
Ketika mukena berwarna coklat muda sudah menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah, Nayra mulai melafalkan niat untuk memulai takbir pertama.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Dua rakaat dapat ia lewatkan dengan lancar. Namun tidak dengan dua rakaat berikutnya, bacaannya tiba-tiba buyar sebab pikirkannya kembali berlari pada pertemuannya dengan keluarga Tara malam tadi.
Sambil bersimpuh diatas sajadah Nayra menengadahkan tangannya.
Oh Allah. Jika memang benar ia pelabuhan terakhirku, tolong ringankanlah jangkarku.
•••
"Bun, aku pamit, ya." Nayra bersalaman kepada kedua orangtuanya.
"Pagi-pagi banget. Nggak nunggu Papa? Sarapan dulu yuk."
"Nggak usah, Bun. Nanti di sekolah aja."
Salma mengusap pucuk kepala Nayra sekilas. "Yaudah, hati-hati."
"Iya, Bun. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Nayra berjalan dengan wajah lesu menuju pintu depan.
"Aaa!!" Nayra terperanjat ketika melihat Tara berdiri di depan pintu rumahnya.
"Kak Tara ... ngapain pagi-pagi?"
Tara menggaruk tengkuknya, salah tingkah. "Saya--"
"Nggak sengaja tadi cuma lewat," ngelesnya, masih mempertahankan wajah datarnya.
Mana ada nggak sengaja lewat, tapi sampai depan pintu rumah orang. Ckk.
"Oh, yaudah," respon Nayra tak kalah datar. Kemudian ia berjalan santai melewati Tara.
Melihat respon Nayra yang biasa-biasa saja memancing kekesalan Tara. Bisa-bisanya gadis itu tak peka bahwa sebenarnya ia ingin mengajaknya pergi ke sekolah bersama.
Namun apa daya dirinya terlalu gengsi. Jadi, ia harus bisa membuat Nayra ikut bersamanya, tanpa berkata secara terang-terangan.
"Kamu pasti mau ke sekolah naik bus, 'kan?"
Nggak. Naik helikopter.
Namun yang keluar dari bibir Nayra berbeda. "Iya," jawabannya biasa.
"Yakin mau naik bus?"
"Yakin. Kan udah biasa."
"Nggak mau naik kendaraan lain gitu. Mobil pribadi misalnya." Tara masih mencari cara agar Nayra mau ikut bersamanya tanpa ia minta.
"Mau aja." Bagai ada angin segar yang menerpa Tara.
"Cuma aku males ah nunggu taxi online," sambung Nayra cepat. Menjatuhkan harapan Tara ke dasar jurang.
Kenapa jadi taxi online? Saya 'kan bawa mobil Nayra. Tara membatin.
Tatkala Tara masih menggumal di dalam batinnya. Nayra sudah kembali berjalan meninggalkannya. Tara segera mengendarai mobilnya, membuntuti Nayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendirian
SpiritualMenyimpan perasaan kepada seseorang memang bukanlah suatu hal yang mudah. Seperti Nayra Az-zahra yang memendam perasaannya kepada seorang lelaki selama bertahun-tahun lamanya dan berujung tak terduga. Penantian panjang Nayra hampir saja membuahkan...