بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Bukan sikapnya yang terlihat berbeda, hanya saja diri yang terkadang kurang peka.
— Cintasendirian🌹🌹🌹
Tara menghela napas berat. Tidurnya semalam terasa masih sangat kurang, sebab ia harus mengerjakan beberapa berkas yang membuat jam tidurnya menjadi berantakan.
Setelah sarapan Tara bergegas pergi menuju ke sekolah tempat ia mengajar. Baru saja beberapa meter mobilnya keluar dari pekarangan rumah, ia melihat seseorang yang ia yakini bahwa itu adalah Nayra.
Tanpa pikir panjang Tara memberhentikan mobilnya tepat di sampingnya.
"Nai," panggil Tara memastikan. "Ayo, bareng," tawarnya.
"Enggak usah, makasih,".balas Nayra datar lalu kembali berjalan.
"Nai, ayo. Nanti kamu telat, lagi." Mobil Tara berjalan perlahan mengikuti langkah Nayra.
"Engga usah kak, makasih!" Nayra berjalan lebih cepat, tetapi Tara kembali mencegahnya. Ia turun dari mobilnya dan menghalangi jalan Nayra.
"Naik! Saya mau bicara," perintah Tara yang menandakan tidak boleh ada penolakan darinya.
Meski sangat ragu akhirnya Nayra masuk ke dalam mobil Tara, dengan tampang yang sangat kesal ia memilih duduk di kursi belakang. Melihat Nayra yang malah duduk di belakang, Tara menaikkan sebelah alisnya.
"Nai, saya ini bukan supir kamu. Sini duduk di depan," ucapnya sambil melirik kaca tengah.
Nayra menghempaskan napas gusar. "Bukan mahram!"
Tanpa membalas lagi ucapan Nayra, Tara langsung menginjak pedal gas mobilnya. Membuat Nayra terperanjat dan hampir terjetuk jendela.
"Bisa pelan-pelan nggak! Kalo enggak aku mau turun aja."
Tidak mempedulikan Nayra, Tara terus melajukan mobilnya. Namun ia sedikit mengurangi kecepatan mobilnya agar tak di komplain gadis di belakangnya.
Suasana di dalam mobil sempat hening beberapa saat. Tara terus fokus ke arah depan, sedangkan Nayra menatap ke arah jendela. Melihat pemandangan jalan raya yang terus berubah-ubah.
"Kenapa semalam kamu angkat telepon saya, tapi nggak jawab ucapan saya?" ujar Tara memecah keheningan, terdengar lebih santai dari sebelumnya.
"Ngantuk," jawab Nayra jujur.
Hening...
"Jadi?"
"Apa?"
"Gimana?"
"Apanya?"
Tara menarik napas dalam. Ia bingung harus bagaimana berbicara dengan Nayra, sebab Nayra sangat berbeda dari gadis lainnya.
Di saat gadis lain sibuk mendekatinya dengan banyak pertanyaan. Nayra justru gadis yang paling irit bicara dan hanya bersuara ketika ia bertanya padanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendirian
SpiritualMenyimpan perasaan kepada seseorang memang bukanlah suatu hal yang mudah. Seperti Nayra Az-zahra yang memendam perasaannya kepada seorang lelaki selama bertahun-tahun lamanya dan berujung tak terduga. Penantian panjang Nayra hampir saja membuahkan...