Bab. 15 - Keseriusan

6K 449 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Bagaimana bisa mendapatkan,
sedangkan tidak berjuang dari awal.
— Cintasendirian.

🌹🌹🌹

"Nayra."

Nayra dan Nafisa reflek menoleh ke arah sumber suara.

"Abang." Nafisa berhamburan memeluk kakaknya.

"Uuuh ... manja banget sih." Hafiz mencubit gemas pipi adik kesayangannya itu.

"Lagian Abang, 'kan ada aku juga masa manggilnya cuma ke Kak Nayra."

"Iya, maaf, ya. Mau abang ulang?" tawar Hafiz.

"Nggak usah!" jawab Nafisa sebal sambil melepaskan pelukannya.

"Nai, kamu ngapain di sini?" tanya lelaki yang sedari tadi berdiri di belakang Hafiz.

Nafisa mengangkat sebelah alisnya. "Kak Tara."

"Hmm ... a-aku---" Nayra gelagapan.

"Udah mending kalian pergi sana, nanti kalian kesorean loh ngambil bajunya," celetuk Hafiz mengalihkan pertanyaan Tara.

"Baju? Baju apa, Kak?" Nafisa penasaran.

"Buat menikah," ujar Hafiz singkat.

"Buat nikah? Jadi, Kak Tara calonnya Kak Nayra?" Mulut Nafisa menganga besar dengan mata yang terbuka lebar.

"Iya, kenapa?" timpal Tara dengan ekspresi datarnya.

Nafisa melirik Tara dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. "Masih gantengan juga abang aku," cibir Nafisa pelan.

"Yaudah, ayok. Fiz lo ikut juga, ya. Nggak enak kalo kita cuma berdua," pinta Tara.

"Aku juga mau ikut!" seru Nafisa sambil memegang erat tangan Nayra.

"I-iya, Nafis." Nayra membalas menggandeng Nafisa. Sedangkan Tara dan Hafiz berjalan di belakang mereka.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk mereka sampai di butik. Sesampainya Tara langsung memperkenalkan Nayra kepada seorang desainer kenalan ibunya.

"Cantik, ya, calon kamu Tara," puji seorang wanita yang sering di sapa Tante Patricia oleh Tara.

"Tante bisa aja ... ngomong-ngomong gaun yang udah jadi ada 'kan, Tante? Soalnya kita nggak punya banyak waktu buat nunggu."

"Ada, kok. Banyak. Ayo cantik mari kita lihat-lihat."

"Nafisa, kamu temenin calon istri saya, ya."

Nafisa berdecak. "Biasa aja kali ngomongnya. Nggak usah pakai ‘calon istri’ segala," nyinyir Nafisa dalam batinnya.

"Kalau Mas nya mari ikut saya. Kita lihat-lihat pakaian prianya," kata pegawai butik di sana saat Nayra sedang mencoba beberapa gaun.

"Fiz, menurut lo yang mana?" Tara sedikit kebingungan sebab pegawai butik merekomendasikan dua jas yang berwarna berbeda.

"Dua-duanya bagus," jawab Hafiz singkat setelah menoleh sesaat.

Cinta Sendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang