Bab. 11 - Nikah?

8.1K 502 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
— Qs. Al Baqarah : 216

🌹🌹🌹

"Kak Hafiz kenal sama Kak Tara?" Nayra memegangi dadanya, rasanya hampir saja ia kehabisan udara.

"Sayang."

"Aaa!!!" Nayra terperanjat ketika seseorang menyentuh punggungnya.

"Bundaaa," rengek Nayra. Rasanya jantungnya hampir copot.

"Kamu ngapain ngendep-ngendep kaya maling?"

"A-aku nggak ngapa-ngapain. Cuma mau masuk."

"Udah kerja kelompoknya?"

"Udah, Bun."

"Yasudah, ayo masuk."

Nayra mengangguk, seraya berjalan masuk.

Namun ketika Nayra hendak pergi ke kamarnya, Dika memberhentikan langkahnya di ruang tengah.

"Sini, Nak."

"Ada apa, Pah?" Nayra menjatuhkan tubuhnya di sofa dekat Dika.

"Enggak. Papa cuma mau ngobrol sama kamu aja." Dika lantas membelai pucuk kepala Nayra yang tertutup hijab.

"Oh, iya. Sekolah kamu, kira-kira berapa lama lagi, Nak?" tanya Dika.

Nayra terdiam sejenak. "Kayanya, produktifnya sih paling tinggal tiga bulanan, Pah."

Dika menaik turunkan kepalanya, lalu terdiam cukup lama.

"Cuma itu aja, Pah? Aku ke kamar dulu, ya." Nayra sudah berdiri dan siap pergi.

"Tunggu, Nak," cegah Dika.

Nayra kembali menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Hmm, sebenarnya ...." jeda Dika beberapa saat.

"Papa berniat ingin menikahkan kamu dalam waktu dekat. Apa kamu sudah siap?"

Nikah?

Mata Nayra terbelak. Ia masih mencerna baik-baik perkataan Dika.

Nayra mengatur napasnya agar serileks mungkin. "Pah, emang ada, ya, yang mau nikahin aku deket-deket ini?" Nayra meringis. Dalam hati berharap ini mimpi.

"Ada," jawab Dika mantap.

Dengan susah payah Nayra menelan salivahnya. "Si-siapa, Pah?"

"Tetangga kita."

Tetangga? Pak Anton? Duda anak dua, berkepal plontos dan kumis tebal?

"Ihhh, nggak mauuuuu!!!" tolak Nayra keras.

"Kamu kenapa sih?" tanya Salma yang sudah duduk di samping Nayra, sambil membawa secangkir kopi untuk Dika.

Cinta Sendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang