Bab. 9 - Keistimewaan Hati

6.9K 464 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Wahai Rasulullah, kepada siapakah seharusnya aku harus berbakti pertama kali?". Nabi memberikan jawaban dengan ucapan "Ibumu" sampai diulang tiga kali.

🌹🌹🌹

Hari-hari berlalu begitu cepat membuat waktu kelulusan bagi sebagian murid terasa semakin dekat. Tak terkecuali Nayra yang sadar kini posisinya sebagai murid masa tenggang, ia semakin menikmati hari-harinya mengenakan seragam.

Seperti biasa, pagi-pagi sekali ia sudah menjadi penghuni kelas pertama. Suasana kelas yang masih begitu hening Nayra pergunakan untuk membaca beberapa buku yang ia bawa.

Disaat ia tengah serius membaca buku, satu persatu teman sekelasnya mulai berdatangan. Namun Nayra memilih fokus, tak memperhatikan siapa-siapa saja yang datang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Reza ketika sampai di ambang pintu kelas, membuatnya seketika menjadi pusat perhatian teman-temannya. Kecuali Nayra.

Nayra hanya membalas salam Reza dalam hatinya. Tanpa melirik sedikitpun ke arahnya.

"Waalaikumsalam," jawab beberapa murid lainnya agak malas.

Reza berdecak. "Jawab tuh yang lengkap, gue aja ngucapinnya kagak nyicil."

"Sabar Mas Bro, sabar. Masih pagi." Nino terkekeh menimpali.

Reza menyunggingkan senyumannya, seraya bersalaman dengan beberapa temannya yang sudah lebih dulu di sana.

"Za," bisik Irsyad yang tengah berada di kelasnya.

"Anak mana lo? Main-main di mari." Reza belaga tak mengenali Irsyad, sebab firasatnya mulai tidak enak.

Irsyad sendiri memang tidak sekelas dengan Reza, Nino dan Nayra. Ia merupakan murid dikelas IPA 2.

Pasti ada udang dibalik bakwan. Reza membatin melihat gerak-gerik Irsyad yang mencurigakan.

"Za, bantuinlah."

Reza berdecak ringan. Mendengar Irsyad kembali mengemis padanya. Sejak Nayra bersekolah di sana, Irsyad memang memaksa Reza untuk mencoblangi mereka.

Namun Reza tak pernah menggubris dirinya, sebab ia memiliki urusan yang lebih penting dari pada mengurusi percintaan orang lain.

"Za," ulang Irsyad.

"Kagak!"

"Sekali aja, Za."

Reza tak menggubrisnya.

"Jangan-jangan lo suka, ya, sama dia?" celetuk Irsyad membuat mata Reza hampir meloncat.

"Ngaco."

"Yaudah, bantuin gue kalo gitu."

Telinga Reza mulai terasa panas. Mau tak mau ia menjadi budak Irsyad.

Ia berjalan menghampiri Nayra yang tengah fokus pada bukunya.

"Morning," sapa Reza. Menjatuhkan tubuhnya di samping Nayra.

Cinta Sendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang