بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Wanita mampu memendam perasaan hingga 40 tahun, tapi tidak mampu menahan cemburu walau sesaat.
— Ali bin Abi Thalib.🌹🌹🌹
"Jadi, ini rumah lo?" ujar Reza. Yang mengantar Nayra sepulang dari rumah sakit.
"Iya. Mampir dulu, Za."
"Nggak usah, makasih."
"Gue langsung lanjut, ya. Rumah gue di blok sebelah. Yang paling ujung."
Nayra mengangguk. "Maaf, ya, Za. Kamu jadi kejauhan lewat sini."
"Nggak apa-apa, sekalian olahraga."
Mereka terkekeh pelan.
"Sayang ... kamu ngobrol sama siapa?" Seorang wanita keluar dari dalam rumah Nayra. Menghampiri keduanya.
"Bunda lo?" bisik Reza.
"Iya."
"Wah, ada siapa ini?" Salma tersenyum ramah.
"Saya Reza, Tante. Teman satu kelasnya, Nayra," balas Reza seadanya.
"Oh, begitu." Salma beralih menatap Nayra. "Terus bagaimana keadaan teman kamu yang katanya sakit jantung? Sudah membaik?"
Nayra meringis, melirik Reza.
"Baik-baik aja kok, Bun. I-ini orangnya."
Salma menatap Reza. Kemudian seketika tatapannya berubah menjadi iba.
'Mana masih muda.'
"Yang tabah, ya, Nak. Kamu masih muda, pasti kuat."
Reza menelan salivanya. Lagi-lagi ia merasa dikasihani, karena kesalah pahaman tadi.
"Bun, sebenarnya itu ...."
"Terimakasih banyak Tante atas perhatiannya. Tapi alhamdulillah saya sehat-sehat aja kok," sergah Reza.
"Memang beda, ya, kalau anak laki-laki. Nggak suka menunjukkan kelemahannya."
Nayra benar-benar ingin mencari ember untuk menutupi wajahnya.
"Bun ... Reza itu emang nggak sakit apa-apa. Aku yang salah denger," penjelasan Nayra. Membuat mata Salma terbelak.
"O--oh, begitu?" Salma tersenyum canggung pada Reza.
"Maaf, ya, Nak. Anak saya ini emang suka salah dengar. Sekali-kali harus diperiksa kayanya."
Nayra mengerucutkan bibirnya. Ia membatin, "Maksud Bunda aku harus ke THT, gitu?"
"Iya, gakpapa, Tante. Kalau gitu saya pamit, ya."
"Nggak mau mampir dulu."
"Nggak usah, terima kasih, Tante. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," balas Nayra dan Salma bersamaan.
Setelah kepergian Reza. Salma mencubit gemas pipi putrinya.
"Kamu tuh, ya. Bunda, kan, jadi malu."
"Lagian ngapain sih Bunda pake nanya-nanya kaya gitu. Aku, kan, baru mau jelasin nanti di dalem."
Keduanya terus berdebat sambil berjalan masuk ke rumah mereka.
•••
Pukul setengah empat sore, Tara masih berada di dalam ruangannya. Ruang kepala sekolah SMA Pelita Bangsa.
Di tangannya terdapat sebuah foto seorang gadis yang tengah menggunakan kebaya. Tampak sekali rona bahagia di wajahnya, sebab foto tersebut di ambil ketika kelulusan SMP nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendirian
आध्यात्मिकMenyimpan perasaan kepada seseorang memang bukanlah suatu hal yang mudah. Seperti Nayra Az-zahra yang memendam perasaannya kepada seorang lelaki selama bertahun-tahun lamanya dan berujung tak terduga. Penantian panjang Nayra hampir saja membuahkan...