Part 21

772 61 4
                                    


Pelatih cukup terkejut melihat kedatangan lelaki itu

“Dia....” batin Pelatih.

“Anda, siapanya pasien?” tanya dokter pada lelaki itu.

“Saya Indra Gunawan, Dok. Ayahnya Riyan” jawab lelaki itu yang ternyata Indra.

Pelatih tercengang mendengarnya, dia baru tau kalau ternyata pesepak bola yang melegenda ini adalah ayah dari pemain andalannya, Riyan.

“Jadi anda adalah ayah dari pasein?” tanya Dokter

“Benar, tolong selamatkan anak saya, Dok.”

Dokter itu mengangguk, “Baik, saya akan berusaha semaksimal mungkin, tapi sebelumnya mari ikut saya sebentar, ada hal yang harus anda tanda tangani lebih dulu” balas Dokter itu.

Indra mengangguk kemudian berjalan mengikuti Dokter tesebut keruangannya.

****

“Pelatih, Riyan gimana?” tanya Aang. Dia dan beberapa rekannya langsung pergi kerumah sakit setelah bertandingan selesai.

“Belum ada kabar, dia masih menjalani operasi” jawab Pelatih.

“Aang!”

Aang mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara gadis yang memanggil namanya. Dia melihat Bella, Naomi, Rona dan juga Yupi yang tiba-tiba muncul di sana.

“Lah, kalian ke sini juga?” tanya Aang.

“Iyalah, kita khawatir sama kak Riyan, keadaan dia gimana?” tanya Bella

“Belum ada kabar, dia masih dioperasi” jawab Aang.

Pelatih yang melihat kedatangan keempat gadis itu mengkeritkan dahinya heran, “Kalian siapa?” tanya Pelatih.

“Oh, mereka ini sepupu saya, Pelatih. Mereka juga deket sama Riyan karena kita tinggal di rumah yang sama” jelas Aang membuat Pelatih mengangguk paham.

“Oh.. jadi kalian juga kenal sama Riyan” ucap Pelatih.

Keempat gadis itu mengangguk, “Bener, Pak” jawab Bella mewakili keempatnya.

Dokter yang ditunggu-tunggu pun akhirnya keluar dari ruang operasi, elihat itu pelatih dan lainnya langsung menghampiri Doker tersebut.

“Gimana, Dok?” tanya Pelatih.

“Operasinya berjalan lancar, tapi Riyan belum sadarkan diri, mungkin sebentar lagi dia pasti akan siuman” jawab Dokter itu.

“Syukurlah,” semuanya merasa lega mendengar penjelasan dari dokter, untung saja tidak terjadi hal yang lebih buruk lagi ada Riyan.

“Kalau begitu saya permisi” pamit dokter itu kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka semua.

“Ya sudah, kita juga harus kembli ke GBK,” ucap Pelatih.

Aang dan beberapa rekannya itu mengangguk kemudian berjalan mengikuti Pelatih kembali ke GBK.

“Kita juga harus pulang, ayok” ajak Naomi.

“Kalian duluan aja, aku mau di sini nemenin kak Riyan,” saut Bella

Noami sangat mengerti bagaimana perasaan adiknya saat ini, dia sangat mengawatirkan Riyan, terlihat jelas dari raut wajah kecemasan yang Bella tunjukan sejak tadi.

“Yaudah, kalau ada apa-apa, kamu langsung hubungi kakak atau kak Aang, mengerti?” ucap Naomi,

Bella mengangguk, kemudian Naomi dan lainnya memilih untuk langsung pulang ke rumah. Setelah ketiga pergi, Bella pun berjalan memasuki kamar dimana Riyan dirawat.

Aroma obat-obatan dan suara alat pendeteksi jantung langsung menyambutnya ketika masuk kedalam ruangan itu. Dia melihat Riyan yang terbujur kaku diatas ranjang dengan selang infung yang terpasang pada lengan dan hidungnya.

Sesaat mata Bella memanas, dia tidak menyangkan kalau dia akan melihat Riyan dalam kodisi seperti ini. Bella merasa bersalah, andai saja waktu itu dia tidak meminta Riyan untuk berhenti meminum obatnya, lelaki itu pasti tidak akan membuang obat itu.

Meskipun obat tersebut tidak bisa menyembuhkan cidera yang dialami Riyan, tapi setidaknya dengan meminum obat itu, Riyan tidak akan berakhir dalam kondisi seperti ini.

Bella menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang Riyan, memandang setiap lekuk wajah lelaki itu. Alangkh bahagianya Bella kalau saja lelaki ini membuka matanya.

“Kak...” panggil Bella meskipun dia tau kalau Riyan tidak akan menanggapi panggilannya.

“Kak Riyan inget gak? Dulu pas kita duduk berduaan di tepi Danau, kak Riyan pernah bilang kalau kakak ini lebih kuat dari apa yang aku lihat” ucap Bella, nada bicaranya terdengar getir.

“Kalau begitu tunjukkan sama aku kalau kakak ini kuat. Buka mata kakak, aku mohon” ucap Bella, dia tidak sadar kalau air matanya sudah mengalir keluar.

Tapi, Riyan hanya terdiam, hanya suara alat pendeteksi jantung yang nememani Bella di ruangan itu, karena mata lelaki itu masih tertutup rapat dan enggan terbuka.

Bella makin terisak melihatnya, “Aku mohon, kak. Buka mata kakak” ucap Bella lagi, tapi tetap saja Riyan tidak membuka matanya sama sekali.

Karena terus menangis, akhirnya gadis itu pun terlelap di sebelah ranjang Riyan dengan posisi duduk.

Setelah beberapa jam Bella terlelap, tiba-tiba Riyan membuka matanya dengan perlahan-lahan, saat matanya sudah terbuka sempurna, dia sadar kalau tengah terbaring disebuah ruangan khas rumah sakit.

Saat Riyan memalingkan wajahnya, dia melihat seorang gadis yang tengah terlelap dengan posisi duduk, Riyan meneliti siapa gadis ini, sampai akhirnya dia menyibak rambut gadis itu agar terlihat wajahnya.

Riyan cukup tersentak melihat gadis itu yang ternyata Bella, Riyan berpikir kenapa gadis ini bisa ketiduran di sini? Dia menebak kalau Bella sangat khawatir padanya sampai dia rela menginap di sini

Sedetik kemudian senyuman tipis terukir dibibir Riyan. Alangkah bahagianya Riyan ketika dia sadar dan yang pertama dia lihat adalah Bella, gadis yang dia cintai.


Pagi harinya...


Tidur Bella terusik karena elusan lembut dikepalanya, saat dia terbangun, dia melihat Riyan yang sudah sadarkan diri. Mata gadis itu berbinar melihat Riyan yang sudar siuman.

“Kamu udah sadar?” ucap Bella, Riyan mengangguk sebagai jawabannya.

“Bentar, aku mau panggil dokter dulu” ucap Bella kemudian berjalan keluar dari ruangan itu untuk memanggil dokter.

Setelah beberapa saat kemudian Bella pun kembali bersama seorang dokter dan dokter itu langsung memeriksa kondisi Riyan saat itu.

“Bagaimana dok?” tanya Bella

“Kondisi Riyan sudah mulai membaik, tapi dia jangan terlalu banyak bergerak karena tulang bahu kanannya masih dalam tahap pemulihan” jawab Dokter itu.

“Syukurlah” ucap Bella merasa lega.

Setelah memeriksa kondisi Riyan, Dokter itu permisi keluar karena masih banyak pasien yang harus dia tangani. Setelah dokter itu pergi, Sinka langsung menghubungi Naomi untuk memberitahu kalau Riyan sudah sadarkan diri.

“Yaudah, kakak sama yang lain langsung ke sana, sekarang!” ucap Naomi langsung memutuskan sambungan telefon.

Setelah itu Bella kembali memasukan ponselnya ke dalam tas kecil yang dia bawa, lalu berjalan menghampiri Riyan.

“Kamu suka banget sih bikin aku khawatir?” ucap Bella cemberut.

“Lu khawatir sama gue?” tanya Riyan pelan.

Bella menganggukkan kepalanya, Riyan tersenyum tipis melihatnya, hal itu mmebuat Bella mengkeritkan dahinya heran.

“Kenapa senyum-senyum gitu, emangnya ada yang lucu apa?” ketus Bella

Riyan menggeleng pelan, “Nggak, gue seneng aja dikhawatirin sama lu, itu tandangan lu perhatian sama gue” jawab Riyan membuat Bella tersipu malu.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Riyan tersentak melihat siapa yang kini berdiri diambang pintu,

“A... ayah!”


-Bersambung-


Masih adakan yg baca?? Yaa... Semoga aja yah.

Maafkan kalau masih banyak typo yg bertaburan dimana-mana.




Cinta dan Sepak bola (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang