Tinggal dikit lagi kalian bakal tau akhir cerita ini. Thanks udah mau baca cerita ini sampai sekarang.
-----------------------------------------------------------
Sudah dua minggu berlalu sejak berakhirnya tournament asia u19, dan sekarang juga Riyan sudah boleh keluar dari rumah sakit.
Hari-hari mereka habiskan dengan kebahagiaan yang penuh dengan canda dan tawa, bahkan kepribadian Riyan sudah benar-benar berubah seratus persen, Riyan yang dingin dan menyebalkan sekarang sudah tidak ada, sekarang cuma ada Rayan yang menyenangkan dan hangat.
Bella sangat bahagia bisa menjadi kekasih dari lelaki itu. Bahkan dia selalu dibuat tersenyum dengan perlakuan manis Riyan padanya, lelaki itu benar-benar sudah berubah.
Sebelum para pemain timnas kembali ke Jepang, mereka diberi liburan selama dua hari di kampung halaman masing-masing.
Dan hari ini Aang dan ketiga sahabatnya bersama Naomi serta lainnya sudah siap kembali ke kampung halamannya, Bandung.
Perjalanan 2 jam mereka tempuh sampai akhirnya mereka pun tiba di kampung halaman mereka.
“Jadi di sini kampung halaman kalian?” tanya Rona
“Yah, dari sinilah kisah kita dimulai” jawab Aang.
“Sok puitis lu” celetuk Andri.
Saat mobil mereka berjalan melewati sebuah lapangan, Riyan pun meminta Naomi untuk menghentikan mobilnya, tiba-tiba dia keluar dari dalam mobil.
“Kalian duluan aja, nanti gue nyusul” ucap Riyan pada mereka.
“Emang lu mau ke mana?” tanya Aang.
“Ada tempat yang harus gue datangi” jawab Riyan.
“Aku ikut yah, bolehkan?” pinta Bella.
“Yaudah, ayok”
Bella pun ikut turun dari mobil, setelah itu Naomi kembali melajukan mobilnya meninggalkan mereka.
“Kita tunggu di rumah gue yah!!” teriak Aang.
Riyan hanya mengangkat tangannya sebagai jawaban. Setelah itu dia dan Bella pun pergi ke tempat yang ingin Riyan datangi. Sampai kahirnya mereka pun tiba di sebuah lapangan.
Mereka bergandengan tangan berjalan mengelilingi lapangan itu, dan saat itu tengah ada anak-anak yang sedang bermain Bola mengingatkan Riyan akan masa kecilnya dulu.
“Ini lapangan tempat pertama aku main bola” ucap Riyan buka suara
“Oh iya?” balas Bella terkejut.
“Ya, aku masih inget banget. Dulu, aku sering banget jatoh pas lagi bawa bola, dulu kan badan aku kecil, jadi disenggol sedikit aja langsung jatoh” balas Riyan terkekeh kecil mengingat masa kecilnya itu.
Bella pun ikut terkekeh mendengarnya, dia baru tau kalau dulu Riyan berpostur tubuh kecil, padahal sekarang dia memiliki postur tubuh yang tinggi besar.
“Banyak yang berubah lapangan ini, dulu tribun itu belum ada” ucap Riyan menunjuka tribun yang ada di pinggir lapangan, “pohon itu juga tadinya gak ada” lanjutnya.
Kemudian mereka berdua berjalan menuju tribun dan duduk di sana, menyaksikan anak-anak yang tengah asyik bermain bola. Cukup lama mereka duduk di sana sampai akhirnya anak-anak itu mengakhiri permainannya.
“Ikut aku yuk” aja Riyan
“Ke mana?” tanya Bella
“Udah, ikut aja, kamu pasti suka” jawab Riyan langsung menarik tangan Bella.
Mereka pun pergi meninggalkan lapangan itu.
“Kamu ngapain ngajak aku ke sini?” tanya Bella, dia bingung kenapa Riyan mengajaknya ke tempat seperti ini, tempat yang penuh dengan pepohonan yang rindang.
“Dulu aku, Aang, Andri sama Yusuf masih kecil, kita sering banget main ke tempat ini, biasanya sepulang latihan bola kita pasti ke sini,” ucap Riyan
“Ngapain?”
“Ya cuma sekedar melepas lelah doang sih. Tapi gak cuma itu, kita juga sering ngambilin mangga kalau lagi musimnya” ucap Riyan lagi.
“Caranya? Kan pohon mangganya tinggi-tinggi?”
“Gampang, perhatiin yah” balas Riyan, kemudian dia mengambil bongkahan kayu yang tergeletak di depannya, kemudian dia lempar keatas dan BOM! Dia berhasil memebuat mangga-mangga di pohon itu jatoh.
“Liat, gampangkan?” ucap Riyan memungut mangga yang jatoh tadi.
“Ternyata kamu hebat juga yah kalau urusan nyolongin mangga, aku juga mau coba deh” ucap Bella kemudian mengambil bongkahan kayu tadi lalu melemparnya seperti yang Riyan lakukan.
“Yeay, kena!!” girang Bella saat lemparannya berhasil menjatuhkan mangga.
Tiba-tiba, “Woi, ngapain kalian?” yang punya mangga datang
“Lagi nyolong mangga pak, mau ikutan, seru loh” jawab Bella, dia tidak tahu kalau orang itu pemilik kebun ini
“Itu pemiliknya, kamu malah ngomong kalau kita lagi nyolong mangga, gimana sih kamu” timpal Riyan membuat Bella kikkuk
“Dasar anak bandel, berani-beraninya yah kalian ngambilin mangga saya, sini kalian!!!” kesal orang itu.
“Kabur, kabur, kabur!!” Riyan dan Bella pun langsung kabur saat melihat orang tersebut berjalan menghampiri mereka, mereka un lolos dari kejaran orang itu.
“Hahaha... konyol banget yah tingkah kita, kita malah bilang nyolong mangga sama yang punya” celetuk Bella.
“Kamu kali yang konyol, aku mah nggak” balas Riyan tidak terima.
Karena tadi mereka berlari tak tentu arah, akhrinya mereka tak sengaja berada diujung sebuah bukut, dari sana mereka bisa melihat pemandangan luasnya alam Bandung.
“Indah banget” ucap Bella
“Nggak ah, menurut aku pemandangan ini gak indah, karena ada yang lebih indah lagi di hadapan aku” saut Riyan membuat Bella tersipu, dia tahu bahwa keindahan yang Riyan maksud adalah dirinya.
“Apaan sih kamu, gombal”
Mereka pun duduk di sana, menikmati pemandangan yang tersaji di depan matanya, udara sore hari di sana sangatlah sejuk dan masih terasa segar, tidak seperti di ibu kota yang penuh dengan polusi.
Cukup lama mereka duduk di sana tanpa ada pembicaraan sedikit pun, kedua bungkam karena terlalu menikmati pemandangan indah itu.
Tiba-tiba ponsel saja Bella berdering, gadis itu cepat-cepat mengambilnya.
“Siapa?”
“Kak Naomi”
“Yaudah angkat sana”
Bella langsung mengangkat terfon dari Naomi itu.
“Hallo kak”
“Hallo, kalian lagi di mana?” tanya Naomi dari sebrang sana
“Di kebun mangga kak,” jawab Bella
“Kebun mangga” ulang Naomi
“Iya, kenapa emangnya?”
“Buruan pulang, kakak udah masakin makanan, emang kamu gak laper apa, kamu kan belum makan dari tadi siang” balas Naomi.
“Iya iya, nanti kita pulang kok”
“Yaudah, buruan yah, jangan kelamaan, bentar lagi mau gelap soalnya,”
“Iya kak Naomi yang cantik jelita”
“Yaudah”
Sambungan telfon pun terputus setelah Naomi mengatakan kalimat itu, Bella kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang dia bawa.
“Apa katanya?” tanya Riyan
“Kita disuruh pulang, padahal aku masih mau di sini” jawab Bella.
“Yaudah, kita pulang aja yuk, lagian bentar lagi juga gelap, emangnya kamu berani gelap-gelapan di tempat kayak gini?”
“Kenapa harus takut, kan aku sama kamu” jawab Bella
Riyan tertawa kecil mendengarnya, “Dasar, udah ayok buaran, atau mau aku tinggal” ucap Riyan bangun dari duduknya.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk langsung pulang ke rumah Aang, karena yang lain ada di rumah itu.
****
“Ekhm!” Rona berdehem saat melihat Naomi dan Andri duduk berduaan dengan mesrah
“Mesrah banget sih yang udah tunangan” celetuk Rona membuat kedua ingsat yang sedang dimabuk cinta itu menoleh kearahnya
“Sirik aja kamu” sau Naomi.
“Tau, sirik aja lu. Makasanya sono bilang sama pacar lu buat cepet-cepet ngelamar, kelamaan pacaran bisa jatuhnya zina loh” sambung Andri
Mendengar Andri berkata seperti itu, Naomi langsung menoleh kearahnya cepat, “Tumben omongan kamu bener” ucapnya.
“Iya dong, kapan sih omongan aku gak bener” balas Andri.
“Hueekh!! Pengen muntah aku dengan Andri ngomong kayak gitu” celetuk Rona memperagakan orang yang mau muntah.
“Terus masalahnya apa buat lu?” balas Andri gak terima.
“Susah emang ngomong saja upil onta, gak mau kalah” timpal Rona kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
“Sembarangan aja lu nyebut gue upil onta, lu kaki kutil jerapa” ucap Andri gak mau kalah, namun karena Rona sudah pergi, jadi gadis itu tidak mendengar ucapan Andri tersebut.
Sementara di tempat lain, Aang terlihat menikmati permainan gitarnya. Dia duduk dibangku belakang rumah sambil memainkan gitar miliknya, Aang terlihat sangat menghayai lagu yang dia nyanyikan.
Saat itu Aang menyanyikan lagunya Virgoun-bukti.
Kamu adalah bukti
Dari cantinya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini
Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu.
Saking asiknya sampai Aang tidak sadar kalau ada seorang wanita yang tengah memperhatikan dia di belakangnya, wanita itu hanya diam melihat Aang yang sedang bermain gitar, dia hanya berdiri tanpa berniat menganggu lelaki itu.
Cukup lama wanita itu berdiri di sana sampai Aang selesai menyanyikan lagunya, Aang yang merasa ada seseorang di belakangnya pun menoleh.
“Loh, Rona. Sejak kapan lu berdiri di situ?” kaget Aang saat melihat Rona lah gadis di belakangnya itu.
“Sejak awal kamu nyanyiin lagu tadi” jawab Rona sambil berjalan menghampirinya lalu duduk di sebelah Aang, “aku gak nyangko kalau kamu itu jago main gitar” lanjutnya.
“Hehe, biasa aja ah” balas Aang.
“Tadi lagu yang kamu nyanyiin itu lagu favorit aku, Virgoun bukti” ucap Rona
“Oh yah?”
“Heem” Rona mengangguk, “lagu itu tuh menceritakan betapa bersyukurnya dia memiliki pasangan yang sangat sempurna bagi dia,” jelas Rona.
“Aku pengen banget punya pasangan kayak gitu, perhatian, baik dan selalu ada buat aku di saat aku butuh dia” lanjut Rona.
“Emangnya pacar lu gak gitu?” tanya Aang
“Bukannya gitu, dia emang perhatian, tapi dia terlalu over protectif, apa-apa harus ngasih kabar, apa-apa harus ijin,” jawab Rona
“Mungkin karena dia sayang sama lu” ucap Aang.
“Sayang? Aku ragu dengan kata itu” ucap Rona.
“Kenapa?”
“Karena sayang itu gak akan merenggut kebebasan, cukup percaya satu sama lain. Itu aja” jawab Rona.
“Gitu yah” saut Aang
“Ya” balas Rona singkat.
Keheningan terjadi beberapa saat, keduanya bungkam tanpa berkata apapun sampai udara dingin menerpa wajah mereka.
“Masuk yuk, dingin di sini” ajak Rona bangun dari duduknya kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.
Sejenak Aang memperhatikan gadis itu yang mulai menjauh, “Gue berharap bisa jadi orang yang kamu harapkan itu, Rona”
-Bersambung-Sorry kalau masih banyak typo. Jangan lupa tinggalin jejaknya yah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Sepak bola (COMPLETED)
Novela JuvenilKisah tentang 4 orang sahabat yang berusaha membawa indonesia juara dalam ajang bergengsi Asia. Mereka juga berusaha memenangkan cinta mereka masing-masing. Bagaimana perjuangan mereka dalam melakukan semua itu, semuanya teringkas dalam kisah ini.