Part 9

1K 80 3
                                    

Setelah Yusuf mengetahui hal tentang Farah, dia menjadi tidak semangat untuk melakukan apa-apa, bahkan dia tidak fokus saat mengikuti latihan perdananya bersama Timnas Indonesia.

Pelatih yang menyadari sikap Yusuf pun bertanya padanya, “Yusuf, kenapa kau tidak fokus pada latihan ini? Apa ada hal yang menganggu pikiranmu” tanyanya.

Yusuf menggeleng pelan, “Nggak ada pelatih,” jawabnya.

“Lalu kenapa kau tidak fokus?”

“Maaf Pelatih” hanya itu yang bisa Yusuf ucapkan.

“Ya sudah, lanjutkan latihanmu. Fokus!” ucap Pelatih.

Yusuf mengangguk dan melanjutkan latihannya bersama rekan-rekannya yang lain.

Lain halnya dengan Yusuf. Riyan justu lebih bersemangat dari rekan-rekannya, bahkan dia tidak bisa diam, dia terus mengulang-ulang latihannya meskipun waktu istirahat sudah tiba.

Dia tidak perduli pada rekan-rekannya yang beristirahat, Riyan terus melanjutkan latihannya.

“Dasar dia itu, selalu saja menambah porsi latihan” kekeh Pelatih saat melihat anak didiknya tersebut.

“Saya yakin, suatu saat nanti dia akan menjadi pesepak bola yang hebat seperti ayahnya. Bukan, tapi lebih hebat dari ayahnya” lanjut Pelatih yang memperhatikan Riyan sibuk dengan latihannya.

****

Malam pun tiba, Aang dan lainnya sudah berkumpul di ruang makan kecuali Yusuf. Sepulang latihan tadi, Yusuf langsung mengurung diri di kamar.

“Ang, Yusuf gak kamu panggil?” ucap Rona

“Iya, kan dari pulang latihan dia gak makan apa-apa, kamu panggil gih,” sambung Naomi.

“Percuma, sampe mulut gue berbusa juga dia gak bakal mau keluur dari kamarnya” balas Aang.

Mendengar itu, entah kenapa tiba-tiba Yupi merasa cemas. Tanpa berpikir lagi, dia langsung mengambil nasi dan lauk pauknya kemudian pergi menuju kamar Yusuf.

Melihat itu membuat yang lain menatap heran, apa yang akan dilakukan Yupi?

Kini Yupi sudah berdiri di depan pintu kamar Yusuf, dia langsung mengetuk pintu itu beberapa kali.

“Kak..” panggil Yupi, tapi tidak ada jawaban dari dalam.

“Kak Yusuf” panggil Yupi lagi sambil mengetuk pintu kamar Yusuf.

Tapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam kamar itu. Akhirnya Yupi pun membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya, untung saja pintunya tidak dikunci.

Yupi melihat Yusuf sedang duduk di balkon kamarnya dengan tatapan kosong menatap ke luar sana. Yupi menatap nanar lelaki itu.

Dengan hembusan napas halus, Yupi berjalan menghampiri Yusuf.

“Kak, ini makan dulu, kak Yusuf kan belum makan sejak pulang latihan” ucap Yupi.

Yusuf hanya diam tak menjawab, bahkan melirik pun tidak.

“Kak...” panggil Yupi kesekian kalinya, tetap saja Yusuf tidak menanggapinya.

Helaan hapas keluar begitu saja dari hidung mungilnya, dia pun menaruh piring yang dia bawa ke atas meja di sebelah tempat tidur Yusuf.

Kemudian dia berjalan menghampiri Yusuf yang duduk melamun di balkon kamarnya.

“Aku tau, kak Yusuf pasti sedih pas denger kabar kalau kak Farah mengidap penyakit mematikan” ucap Yupi, dia tau semuanya dari Aang karena lelaki itu sudah menceritakan semuanya.

Cinta dan Sepak bola (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang