Part 13

870 60 3
                                    

“Loh, Riyan mana?” tanya Naomi saat tidak melihat Riyan di ruang makan untuk makan malam bersama.

“Kayaknya masih ada di kamarnya” jawab Andri.

“Yaudah, kamu panggil gih” ucap Naomi.

Baru saja Andri bangun dari duduknya, tiba-tiba Bella mencegahnya, “Biar aku aja kak” ucap gadis itu.

“Yaudah, sana” balas Andri.

Bella pun langsung berjalan menuju kamar Riyan,

“Kak Riyan, kakak kenapa?” tanya Bella saat memelihat Riyan yang meringis kesakitan memegangi bahunya.

“Gue gak apa-apa” jawab Riyan menahan rasa sakit dibahnunya.

“Tapi, kakak??” ucap Bella terhenti.

“Gue bilang gak apa-apa ya gak apa-apa!” sentak Riyan.

Bella terdiam saat Riyan membentaknya, “Apa salah kalau aku khawatir sama kakak” ucapnya.

“Khawatir? Gue gak butuh rasa khawatir dari lu! Tapi kalau lu beneran khawatir sama gue, cukup diam jangan ikut campur urusan gue, karena gue gak suka sama orang yang sok ikut campur” ucap Riyan.

Bella tersentak saat Riyan membentaknya dengan kata-kata itu. Lelaki itupun langsung pergi meninggalkan Bella yang masih terdiam.

                              ****

Dirasa bahunya masih terasa sakit, Riyan pun memutuskna untuk memeriksakan bahunya ke dokter tanpa sepengetahuan Pelatih ataupun rekan-rekannya.

“Menurut hasil ronsen, tulang bahu kananmu mengalami keretakkan.”

“A..Apa? re.. retak, Dok!” Riyan melongo mendengar penjelasan dari dokter itu, tulang bahu kanannya retak? Oh tidak mungkin.

“Benar, kalau dibiarkan saja akan berakibat fatal” jelas dokter itu.

Riyan terdiam, dia tidak menyangka kalau benturan dipertandingan waktu itu berakibat fatal.

“Lalu saya harus bagaimana, Dok?” tanya Riyan.

Sejenak Dokter itu berpikir, “Hmm... cara satu-satunya untuk menyembuhkan keretakkan itu hanya melakukan operasi, hanya itu yang bisa menyelamatkan bahu kananmu” jawab Dokter itu.

“Hah! Operasi? Apa tidak ada cara lain dok? Kalau saya melakukan operasi, saya tidak bisa mengikuti pertandingan selanjutnya” ucap Riyan.

Lagi-lagi dokter itu terdiam sejenak, “Sebenarnya ada cara lain, tapi... apa kamu mau menanggung resikonya??”

“Kalau itu bisa membuat saya bisa terus mengikuti pertandingan, saya siap menanggungnya.” Mantap Riyan.

Dokter itu pun beranjak dari kursinya dan mengambil sesuatu dari dalam rak obat, “Ini.”

Riyan mengkeritkan melihat dokter itu memberinya sebuah obat.

“Obat apa ini, Dok?” tanya Riyan bingung.

“Ini obat penghilang rasa sakit, obat ini emang tidak bisa menyembuhkan bahumu, tapi obat ini bisa meredakan rasa sakit yang kamu rasakan. Akan tetapi...” sejenak dokter itu terdiam, “kalau efeknya sudah hilang, kamu akan merasakan rasa sakit dibahumu berlipat-lipat lebih sakit dari sebelumnya” lanjut dokter itu.

“Baikah, saya ambil obat itu” ucap Riyan.

“Apa kamu serius??”

“Ya, jika hanya itu yang bisa membuat saya terus mengikuti pertandingan, saya siap menanggung resikonya,” jawab Riyan manatap.

Cinta dan Sepak bola (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang