By : Jeon Jung Mi
.
.
.
.
.
Semenjak kejadian kemarin, Jungkook lebih suka menyendiri dan saat itu juga ia menangis. Apa ia selalu mimpi buruk seperti itu? Apa dia memiliki masalah? Bahkan saat aku mendekat ia akan pergi berlalu begitu saja."Kenapa dengan pria itu?" tanya Taehyung yang baru saja datang dari kantin membawa dua buah minuman kaleng.
Dengan cepat aku menggeleng kepala dan melihat Taehyung.
"Tae, apa kau tahu sesuatu?" tanyaku.
Tak!
"Aw!!"
Kenapa dia suka sekali menyentil kepalaku. Dasar alien!
"Kalau aku tahu masalahnya, aku tidak akan bertanya padamu tadi" ucapnya sambil melihat Jungkook yang duduk di bawah pohon besar yang bisa dilihat dari kelas.
Taehyung berdecak kesal dan berdiri.
"Aishh! Aku benar - benar bingung dengan anak itu. Ya! Kau ingin menjenguk Jimin? Sepertinya ia kesepian" ajak Taehyung.
Aku menganggukan kepala dan mengikuti Taehyung.
...
"Apa kau sudah baikan?" tanya Taehyung sesampainya di rumah sakit untuk menjenguk Jimin.
Kulihat Jimin dan mendekat ke arahnya.
"Jimin-ah, maafkan aku saat-"
"Cukup!" ucap Jimin dengan cepat.
"Jim-"
"Aku bilang cukup! Apa kau tuli Jeon Jung Mi?!" teriaknya.
Aku menunduk menyembunyikan air mtaku yang saat ini akan jatuh. Kenapa sulit sekali berkata bahwa kau sudah tidak mencintaiku Jimin-ah?
Taehyung memelukku dan membawaku keluar saat itu juga. Air mata ini sudah tidak bisa diam ditempatnya, ia ingin jatuh. Aku memeluk Taehyung dengan erat dan menangis dipelukannya.
"Aku tidak suka Jimin bersikap demikian" ucapku pelan dan mungkin di dengar oleh Taehyung.
"Kalau begitu terima dia, kau tidak bisa terus menggantungkan cinta seseorang Jung Mi-ya. Jimin juga memiliki perasaan. Jika tidak, jangan membuatnya jatuh terlalu dalam" ucap Taehyung.
Benar! Taehyung benar! Aku tidak boleh membuat Jimin jatuh terlalu dalam dan semakin mencintaiku.
"Bagaimana caranya Tae?"
"Jauhi dia kalau menurutmu itu yang terbaik" ucapan Taehyung membuatku tercekat.
Taehyung menjauhkan tubuhku pelan agar dapat melihatnya. Matanya menatapk dalam, dan Taehyung tahu pasti aku tidak bisa melakukannya.
"Jimin pasti menerima ini juga, jika ini yang terbaik" ucap Taehyung dan pergi memasuki ruang inap Jimin.
...
Matahari sudah terbenam beberapa menit yang lalu. Mataku terus melihat sekeliling bandara mencari keberadaan Wonwoo oppa saat ini. Dia adalah sepupuku.
Kring~
"Ne? Eomma, waeyo?"
"Jung Mi-ya, Wonwoo membatalkan penerbangan hari ini. Pulanglah cepat! Ada yang ingin eomma sampaikan"
"Ya! Kenapa dia bisa membatalkannya begitu saja? Dasar!"
Bagaimana bisa dia membatalkan penerbangan. Dasar Wonwoo payah!
"Cepat pulang cerewet!"
Bip!
Aishh!
Aku menaruh ponsel kembali di dalam tas dan pergi dari tempat ini menuju halte bus.
Mendung.
Aku berharap hujan tidak turun saat aku masih di luar rumah.
Gruduggg!!!!
Aku berlutut sambil menutup telingaku. Benar - benar memalukan, sejak kapan aku takut pada petir?
Tapi...
Seseorang tiba - tiba memelukku dari belakang.
"Hey.."
Aku terdiam, suara ini... Milik Jungkook.
"Kenapa tidak bilang kalau disini?" tanyanya sambil menghadapkan badanku ke arahnya.
Mataku tiba - tiba berair, apa ini efek bahagia atau semacamnya? Aku tidak tahu, yang pasti aku merindukan kelinci didepanku ini.
"Kau selalu menyendiri akhir - akhir ini, aku takut mengganggu jika aku menghubungimu" ucapku pelan.
Jungkook mengacak rambutku dan berdiri, tak lupa ia juga membantuku berdiri.
"Ya! Bukankah aku ini...."
Jungkook terdiam, apa? Apa yang ingin ia katakan? Aku penasaran, sungguh!
"Bukankah?"
Jungkook tersenyum dan duduk sambil menggenggam tanganku erat.
"Kook? Apa mimpimu sangat menakutkan? Hingga membuatmu seperti ini?" tanyaku.
Tapi dia! Dia tidak menjawabnya dan hanya menunduk. Aku semakin yakin bahwa ada yang Jungkook sembunyikan dariku.
"Kau bisa menceritakan masalahmu Kook, kau akan gila jika seperti ini" ucapku.
Dan akhirnya ia menatapku. Ada yang aneh dari mata Jungkook. Apa dia terlalu banyak menangis sehingga matanya seperti itu?
"Aku bermimpi jika kita tak bisa bersama, itu yang selalu hadir di mimpiku sampai aku takut tertidur Jung Mi-ya" ucapnya lemas.
"Aku takut mimpiku menjadi nyata, aku... Tidak sanggup kehilanganmu"
Aku terpaku dan menatap Jungkook dalam. Tangannya menggenggam tanganku kuat seperti tidak ingin melepasku.
"Kook, tenanglah~ aku tetap disini, bersamamu." ucapku menenangkannya.
Jungkook terdiam, genggaman yang tadinya kuat kini melemah dan lepas begitu saja.
"Pembohong" kata Jungkook pelan.
Hah?
"A-apa maksudmu?" tanyaku.
"Sekarang kau bisa berkata seperti itu, tapi saat semua orang tahu isi hatiku. Kau! Kau juga akan ikut menjauhiku! Sama seperti mimpiku" ucap Jungkook dengan keras dan langsung berdiri.
Aku meraih tangan Jungkook.
"Ini bukan mimpi! Aku tidak sama dengan yang ada dimimpimu Kook!"
Aku akan selalu berada untuknya! Selalu!
Tapi..
Jungkook pergi begitu saja, bahkan perkataanku tidak dihiraukan olehnya. Apa aku tidak bermakna lagi di hati Jungkook? Cinta tidak akan pudar hanya karena perasaan takut bukan? Jadi apa yang akubdapat sekarang? Apa memang ini akhri ceritaku bersama Jungkook? Hah! Ini benar - benar tidak adil.
Kring~
"Yeob-"
"Ayo pertahankan cinta kita Jung Mi-ya!"
Aku tersenyum mendengar perkataan Jungkook ini, meskipun melalui ponsel.
.
.
.
.
.
.
Haluuu...
Jungkook percaya ae lah sama Jung Mi 😃😃 siapa tau jadi berkahMangat yang lagi mempertahankan cinta 😂😂 #asekkkk
Jimin pingin aku kasi pasangan nih, rugi ganteng tapi jomblo akut ehh... becanda hehe
Jimin : thor lu bercanda suka bener ya, pingin bacok jadinya hehe
Taehyung : widihh serem amat bang, cewe2 pada kabur tuh
Author : kan Jimin ntar sama gue gimana sih 😃😃
Yang baca rada panas dingin gegara authornya