"Viant ada yang mau gue omongin" ucap chika sambil berdiri dihadapan tempat duduknya.
Kimi dia sudah membulatkan tekatnya.Viant mengikutinya ke depan kelas, dia sudah memperkirakan hal ini.
"Kita...."
Mulut chika terasa berat untuk mengeluarkan kata kata yang harus dia ucapkan."Kita"
Dia mengulangnya lagi dengan bibir sedikit bergetar, dan mata yang sedikit memerah.
"Putus?" Ucap viant "setidaknya kamu harus mengatakannya dengan benar, dengan penuh percaya diri, seperti yang biasa kamu katakan ke semua cowok yang kamu sakiti"
Mata chika berkaca kaca. "Em iya bener"
Semua mata memerhatikan mereka, untuk menonton tradisi umum yang pasti terjadi di sekolah itu.
"Udah puas? Seneng? Menukar perasaanku sama tas tas import, yang sebenernya bisa kamu milikin tanpa harus ngelakuin itu."
Chika kaget bagaimana viant bisa tau dengan taruhannya bersama teman temannya.
"Baiklah, kita sudahi saja. Aku anggap tak pernah ada hubungan apapun diantara kita"
Semua anak disana membelalakkan matanya dengan apa yang mereka lihat barusan, respon viant yang terlihat biasa saja sukses membuat mereka terpana. Biasanya laki laki yang di campakkan chika akan berlutut, menangis, memohon, memintan maaf. Namun kali ini berbeda.
Mulai saat itu kisah mereka berakhir, cikapun mulai berubah, lebih pendiam dari biasanya.
----
3 hari setelahnya
"Chik nanti malem jalan yuk" ajak cinta
Chika hanya mengangguk tanpa banyak berbicara. Sebenarnya teman temannya audah menyadari perubahan sikap chika.
Chika yang biasanya ceria dan selalu sembrono kini lebih banyak diam dan termenung.
"Gue ke kamar mandi dulu" pamitnya
Dia langsung berjalan memasuki pintu kamar mandi, namun seorang gadis bertubuh tinggi tegap menghadangnya.
"Apa apaan ini" ucap chika
Gadis itu malah mendoronya ke dinding "akhirnya gue bisa tatap muka langsung sama lo"
"Siapa lo"
"Lo inget fandy?"
Chika mengerutkan dahinya mengingat ngingat nama itu.
"Lo pasti gak inget kan? Saking banyaknya cowok yang lo campak in"
"Lepasin gue"
Chika berusaha melepas cengkraman tangan gadis itu dari krah bajunya.
Namanya eva adik kelasnya. Fandy adalah sepupunya sementara viant adalah kakak kelasnya sebelum pindah, dia adalah penggemar viant dia bahkan rela pindah mengikuti laki laki itu.
"Dan lo berani beraninya nyampain kak viant juga?" Lalu eva medorong chika hingga tersungkur ke bawah
Mendengar teriakan chika viant langsung menghampiri mereka.
"Chika?" Viant kaget melihat chika di bawah.
"Kak viant" panggil eva "kamu jngat aku? Yang dulu ngasih kamu tiket nonton".
Viant sadar gadis itu adalah penguntit gila yang selalu mengganggunya di sekolahnya dulu.
Viant berniat membangunkan chika
"Jangan menyukainya" ucap eva "dia itu cuman gadis murahan, gadis lonte" ucapnya kasar
"Dia gak pantes buat kakak, mungkin bahkan dia udah gak berharga lagi" tambahnya
Viant mengepalkan tangannya kesal mendengar ucapan seperti itu.
"Aku juga denger gosip kesuciannya pun sudah hilang"
Viant langsung memukul kaca tepat dibelakang kepada eva.
"Tutup mulut busukmu itu.. jika kamu berani ganggu dia lagi, gue bunuh kamu" ancamnyaGadis itu langsung berlari sembari menangis. Luka ditangannya yang belum sembuh akhirnya terluka kembali.
"Viant tanganmu"
Chika meraih tangan laki laki dihadapannya.
"Aku gak paapa"
Viant melepas tangan gadis itu dengan lembut. Setelah itu dia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Boy And Naughty Girl
Jugendliteraturchika memiliki puluhan mantan, ratusan gebetan di sekolahnya akhirnya di pertemukan kembali dengan teman masa kecilnya dia Viant cowok tampan yang pernah menjadi pacarnya saat masih kelas 1 SMP (cinta monyet) TOLONG VOTE DAN KOMENTNYA YA.. ITU SANGA...