haruskah?

1.9K 90 0
                                    

"Jangan buat gue jadi kasar sama lo"
Sambil mengelus pipi chika.

Namun cika kembali menepisnnya membuat laki laki di hadapannya kembali kesal dan menjambak rambutnya dan langsung menciumnya dengan paksa.

Viant langsung membuka pintu itu dengan paksa, menarik Alex dan memukulnya.

"Apa apaan lo" ucap alex

"Gue paling benci sama banci kayak lo" ucap viant sambil terus memukuli alex.

"Ayo pergi" ajak viant pada chika

"Kalo lo pergi sama dia, gue sebarin sekarang juga." Ancamnya lagi sambil memperlihatkan hpnya.

Chika terlihat bingung, tak kehilangan akalnya viant langsung mengambil hp yang dipegang alex.

"Hei viant brengsek, awas lo"

Viant terus memegang tangan chika dan membawanya ke mobilnya.

Sesekali dia menatap gadis disampingnya dengan rambut berantakan dan lipstik yang belepotan. Dia menghapus lipstik itu dengan tangannya tanpa menanyakan apapun.

Sementara mata gadis itu terlihat berkaca kaca.

"Gue beli tisyu dulu" pamitnya

Chika memegang kemeja viant seakan tak mau laki laki itu pergi. Dia mengurungkan niatnya, gadis itu masih mencengkram erat bajunya.

"Nangis itu wajar, nangis bukan berarti lemah"

Untuk pertama kalinya dia mendengar ucapan baik dari viant.

Chika masih tetap diam. Akhirnya viant memeluk gadis itu, saat itu juga chika menangis sejadi jadinya. Hingga larut malam.

"Sebenernya apa yang ada di dalem hp ini?" Tanya viant.

Chika langsung mengambil hp itu dengan cepat

"Nggak ada apa apa" jawabnya

Viant mengerti gadis itu tak mau memberitahunya, dia memang penasaran namun dia tak mau memaksanya.

"Makasih untuk hari ini" ucapnya

"Karena itu berhenti buat gue khawatir"

Chika langsung menatap laki laki dihadapannya.

Gue gak salah denger?

"Gue kan makhluk sosial, gue paling gak suka orang di tindas" tambahnya

Gue seharusnya gak berharap lebih

Viant segera menghidupkan mobilnya
"Kamu mau bawa gue kemana"

"Kerumahlah"

"Jangan.. anter gue kerumah cinta aja" jawabnya dengan nada takut.

Melihat ekspresi takut gadis itu, Viant akhirnya mengiyakannya.

"Ini mobil siapa?"  Tanya chika

"Nyuri"

"Hah?" Chika kaget.

mulai mendengar jawaban itu ditelinganya seperti terdengar bunyi sirine polisi

"Punya gue lah"

Huft akhirnya cika bisa bernafas lega.

"Punya sim?"

"Ya nggak lah"

Chika kembali kaget, memang untuk seusia mereka mustahil punya sim.

"Ortumu dimana? Gue gak pernah liat"

"Diluar negeri, kerja, taun depan balik" ucapnya santai.

"Rumahmu?" Chika penasaran karena viant tinggal sendiri diapartemen

"Agak jauh 30 kilo dari sekolah jadi sementara di apartemen" jawabnya.

Chika mengangguk

"Hyerin? Cewek lo?"

Viant langsung tertawa mendengar kata kata itu.

"Gue serius nanya"

"Dia udah gue anggep kakak gue"

Huft chika lagi lagi bisa bernafas lega

"Kenapa?"

"Berarti masih ada tempat buat gue"

"Gue gak pacaran sama hyerin bukan berarti gak punya pacar" terangnya

"Kalo kamu punya pacar nggak mungkin berakhir disini satu mobil sama gue di malem minggu"

Ucapan yang masuk akal keluar dari chika. Mungkin viant setuju dengan ucapan gadis itu karena memang kenyataannya dia memang sendiri

"Tapi kak hyerin keliatannya suka sama kamu"

"Jangan ngomong aneh2"

"Serius gue"

"Gak masuk akal"

"Viant" teriaknya kesal

"Nggak turun non?"

Chika melihat sekelilingnya dia sudah sampai di rumah cinta.

Innocent Boy And Naughty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang