Chapter 1 Kawin Kontrak

1.9K 101 8
                                    

Hai, saya datang dengan cerita baru. Semoga suka ya. Tinggalkan jejak dan komennya ya.

🌼🌼🌼🌼🌼

Music playing : Nike Ardilla - Tegar

Susi menyibak tirai jendela ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Susi menyibak tirai jendela ruang tamu. Diintipnya halaman rumah kontrakannya yang sempit itu dengan cemas. Suaminya belum pulang sudah hampir dua bulan lamanya. Entah ke mana pergi suaminya itu. Susi berharap suaminya tidak mengalami kejadian buruk. Ini kali kedua suaminya tidak pulang namun ini yang paling lama. Beberapa bulan lalu suaminya yang tidak pulang selama dua minggu itu membuatnya sangat cemas. Ketika suaminya membuka pintu rumah saat itu, Susi serta merta menangis keras yang malah dijawab gertakan oleh suaminya.

"Aku khawatir. Apa itu enggak boleh?" Susi tersedu kala itu.

"Enggak perlu kamu sampai segitunya. Aku cari kerjaan." Suaminya membalas ucapan Susi dengan nada tinggi. Susi tidak mengatakan apapun lagi. Dia melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Menyiapkan makan malam seadanya lalu menyiapkan air hangat untuk mandi kemudian merapikan kasur untuk tidur mereka.

Susi menghela nafas mengingat kejadian itu. Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Susi tidak mau berfikir macam-macam mengenai ke mana suaminya tidak pulang selama dua bulan.

Bulan kemarin dia memutuskan untuk mencari pekerjaan dengan alasan takut jika suaminya tidak pulang lagi, dia sudah punya pegangan uang untuk makan. Tuntutan hidup di kota besar seperti Jakarta ini membuat dia harus putar otak. Sembari mencari kerja, dia menjadi buruh cuci pakaian orang-orang dengan hasil yang tidak seberapa asalkan dia bisa makan. Bermodalkan ijazah SD, Susi pontang-panting mencari pekerjaan. Sayangnya, minimal ijazah yang harus dimiliki adalah SMA. Bahkan ada tempat kerja yang meminta ijazah minimal D3. Pandangan mencemeeh pernah dia dapat pada suatu tempat kerja bahwa ijazah yang dia punya tidak akan membuat dia mendapatkan pekerjaan.

Susi ingin sekali mengenyam pendidikan tinggi. Jika bukan karena nafsu yang membutakan matanya, mungkin dia saat ini sudah kerja kantoran. Namun kenyataan berkata lain. Takdir tidak bisa diubah. Rencana matang yang sudah disusun rapi hancur berantakan hanya karena nafsu sesaat. Karena nafsu, agama yang ditanamkan orangtuanya sejak lahir seperti angin lalu. Susi dan suaminya menikah di usia muda di kala mereka duduk di bangku SMP. Mereka menikah karena janin yang tumbuh di rahim Susi dengan tidak disangka. Sempat berusaha digugurkan beberapa kali, si jabang bayi malah kuat hingga melahirkan. Namun kondisi bayi yang dilahirkan Susi mengalami masalah yang sangat serius hingga akhirnya tidak tertolong karena biaya rumah sakit yang tidak terkira. Ada beberapa rumah sakit yang memang mendahulukan keselamatan dari pada uang. Namun ada pula rumah sakit yang membutuhkan uang terlebih dahulu dari pada keselamatan yang membuat hal tersebut sangat sulit bagi masyarakat miskin seperti Susi. Kartu jaminan kesehatan yang dia punya pun tidak membantu banyak. Ada beberapa biaya yang tidak ter-cover oleh kartu kesehatan yang dia punya. Jika mengingat hal itu membuat Susi sangat sedih.

KALA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang