Bagian 30 Semua Yang Kubutuhkan

455 38 10
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Music Playing : Skylar Gray - Everything I Need


🍁🍁🍁

Cinta membawa baki berisi dua gelas es teh manis lalu meletakkannya satu persatu di meja ruang tamu ketika mendengar Brian berteriak kaget. Mama menyerahkan tas jinjing yang tadi di berikan Brian pada Cinta.

"Apa?" lalu Brian berdiri kaku. Entah apa yang diucapkan orang yang ditelepon itu membuat mamanya Kala tambah waswas.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, mama menyambar ponsel yang ada di tangan Brian lalu berkata, "halo? Ini siapa? Ada apa? Apa Kala ditemukan?"

"Saya bicara dengan siapa?" tanya suara seorang pria.

"Saya ibunya Kala." Jawab mama.

"Bu, saya minta maaf." Ucap suara pria diseberang sana, "Kala ada di rumah sakit. Dia kritis."

"Apa?" mata mama berkaca-kaca. "Kala masih hidup?"

"Ya bu, dia di rumah sakit di Semarang."

Mendengar kalimat itu membuat Cinta serta merta menatap mama. Pegangan tangannya pada tas jinjing itu semakin erat. Jantungnya berdegup kencang mendengar ucapan itu. Kala masih hidup? Apakah Kala sehat? Apakah Kala baik-baik saja? bagaimana keadaannya sekarang? seketika pikiran itu melayang memenuhi kepala Cinta. Dia menyentuh dadanya dengan sebelah tangannya—letak di mana jantungnya berdegup kencang berada.

"Kami segera ke sana." Ucap mama lalu menutup teleponnya.

"Kita harus ke sana." Brian mengulangi.

"Saya coba telepon Kieran." Balas mama lalu menuju meja ruang tamu untuk mengambil ponselnya yang dia letakkan di sana.

Cinta mencegat mama ketika mama akan mengambil ponselnya, saya ikut. Ucap Cinta menggunakan bahasa isyarat.

Mama mengangguk yang membuat Cinta tersenyum lalu memberikan ponsel mama. Cinta tahu, inilah saatnya dia bertemu muka dengan Kala. Mengatakan pada pria itu bahwa dia memaafkan Kala. Memaafkan segala kesalahan Kala. Bahwa semua itu adalah dendam.

"Bawa tas itu ke kamar Kala, ya." Pinta mama.

Cinta mengangguk lalu beranjak pergi. Menuju kamar Kala yang letaknya dekat ruang tamu. Kamar yang tidak pernah dia datangi. Kamar Kala sangat gelap. Lampu kamar tersebut tidak pernah dinyalakan.

Cinta meraba stop kontak yang berada di samping pintu masuk lalu menyalakannya. Kamar Kala berdindingkan cat putih. Kasur ukuran king dengan seprei berwarna cokelat muda. Tidak banyak yang bisa Cinta lihat dalam kamar tersebut. Walk in closet, gitar biasa yang diletakkan di atas tempat tidur, sebuah kursi, alas karpet berwarna marun, meja kerja yang hanya diisi dua pigura. Satu pigura yang memperlihatkan Kala ketika masih kecil bersama Kieran, mama dan papanya. Satu pigura lagi merupakan gambar keluarga besar—sepertinya begitu menurut Cinta.

KALA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang