Bagian 41 EPILOG

1K 61 32
                                    

Music Playing : Sheila On 7 -  Hingga Ujung Waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Music Playing : Sheila On 7 -  Hingga Ujung Waktu

🍃🍃🍃

"Bunda, aku ketemu lagi sama om baik ini." Ucapan Bima Kala membuat Cinta tidak sanggup mengedipkan mata.

"Kala?"

Kala tersenyum, "hai." Sapa Kala setengah berbisik.

Cinta tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia menatap ibu dan ayahnya. Ibu dan ayahnya tersenyum, begitupula Hamid. Sementara Bima Kala memilih duduk dipangkuan Cinta yang masih memilih duduk di bawah.

Deheman dari mamanya Kala—ibu majikannya dahulu membuat Cinta mengerjapkan mata. Cinta mengedarkan pandangannya. Di hadapannya duduk Kieran, Katarina, Kala dan mamanya. Kieran masih menatapnya tidak suka. Itu sangat jelas sekali terlihat oleh Cinta.

"Cinta," ucap mamanya Kala, "seperti yang pernah saya tanyakan pada orangtuamu di telepon, kedatangan saya ke sini yaitu melamarmu untuk anak saya."

Jantung Cinta berdegup kencang. Melamarnya? Untuk siapa? Pandangannya tertuju pada Kieran dan Kala.

"Untuk Kala." Tambah mamanya lagi.

Kini matanya menatap Kala yang sejak tadi menatap Cinta. Kala menatap lama Cinta yang membuat jantung Cinta berdegup kencang. Cinta membuka mulutnya namun ditutup lagi. Dia tidak tahu harus berkata dari mana. Dipeluk Bima Kala erat. Anaknya itu tidak memerhatikan pembicaraan orang dewasa. Bima Kala sedang sibuk memakan bolu pisang.

"Sa ... ya," bibir Cinta kelu. Dia menatap Ibu dan ayahnya lalu menatap Hamid. Cinta tidak bisa berkata.

Cinta menunduk. Membenamkan wajahnya di rambut keriting anaknya. Ditutup matanya erat. Berusaha mengesampingkan ketakutannya dahulu. Berusaha yakin bahwa Kala sudah berubah. Kala tidak seperti yang dahulu. Cinta bisa melihat bagaimana Kala bersikap kemarin. Kala memperlakukannya baik.

"Bun," Bima Kala berbisik, "Om ini katanya mau jadi ayahku. Aku suka, Bun. Nanti bisa main bola tiap hari."

Akhirnya Cinta mengangguk tanpa mengangkat wajahnya. Kemudian dia mengangguk sekali lagi. Bila Bima Kala setuju, dia akan menurut.

"Cinta setuju." Ucapan Yusuflah yang membuyarkan keheningan yang sebelumnya mencekam.

Terdengar ucapan syukur dari orang yang ada di situ.

"Ayo, kita sarapan. Kami menyiapkan sarapan ala kadarnya." Yusuf kembali berkata. Meminta para tamu mereka untuk pindah ke ruang makan.

"Ta, kamu mau sarapan?" kali ini Hamid bertanya pada Cinta.

Masih menunduk menyembunyikan wajahnya di rambut Bima Kala, Cinta menggeleng. Setelah semua kejadian mendadak ini, Cinta tidak merasa lapar.

"Yasudah, kamu di sini temani Kala." Ucap Hamid lagi, "Ayo, Kie, kita sarapan." Hamid meminta Kieran mengikutinya.

KALA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang