Bagian 19 Maaf

496 40 6
                                    

Selamat siang...  Selamat membaca ya. Vote dan komennya. Jangan jadi silent reader ya.. Vote saja ga masalah... 

Music playing : Peterpan - Jauh Mimpiku

"Kau yakin, kala?" tanya Brian ketika Kala baru saja keluar dari mobil taksi yang di sewanya dari bandara menuju rumahnya di Sacramento

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin, kala?" tanya Brian ketika Kala baru saja keluar dari mobil taksi yang di sewanya dari bandara menuju rumahnya di Sacramento.

"Apa?" tanya Kala membayar ongkos taksinya pada supir.

"Keputusanmu." Desak Brian.

Kala mengangguk pada supir taksi yang mengucapkan terima kasih padanya. Diperhatikannya mobil taksi yang bergerak menjauh itu lalu menatap Brian. "Aku sudah mencapai keputusan bulat. Aku sudah mengatakannya padamu kemarin."

"Kau sedang dipuncak karirmu, Kala. Bagaimana bisa kau mengatakan pada para penggemarmu bahwa kau mundur dari musik? Mereka pasti kecewa, Kala." Brian berjalan mensejajari Kala yang terburu-buru masuk ke rumahnya.

"Lalu, palsukan saja kematianku. Katakan pada mereka semua bahwa aku mengalami kecelakaan pesawat dan mayatku tidak ditemukan. Beres. Dan aku tidak akan membayar denda pada management musik."

Ide gila itu mengalir begitu saja dari otaknya. Terkadang dia menyesal sudah terjun ke dunia yang serba megah itu. Dia terkadang ingin seperti orang-orang biasa yang pergi kuliah, atau pergi bekerja dan pulang ke rumah. Sudah.

Brian menarik tangan Kala hingga pria itu berdiri dihadapan Brian. "Kau gila!" sergah Brian, "aku tidak mau. Aku tidak akan mau pada ide gilamu itu!"

"Kalau begitu tetap pada rencana awal. Aku akan mundur dari musik."

Brian mendengus memerhatikan Kala yang menaiki anak tangga menuju kamarnya, "mereka tidak setuju!" teriak Brian dari anak tangga terbawah, "aku sudah berbicara pada mereka. Kau anak emas mereka. Mereka tidak mau kau mundur."

Kala mengumpat. Benar-benar sangat sulit. Tetapi dia akan tetap pada pendiriannya. Dia ingin ke Indonesia. Menenangkan dirinya dan siapa tahu ada seseorang yang akan mengetuk pintu hatinya.

Kala keluar dari kamarnya dengan membawa tas jinjing besar di tangan kanannya. Brian masih menungguinya di anak tangga terbawah.

"Aku tetap pergi. Jika aku masih di sekitar sini, aku akan tetap bertemu dia." Ucap Kala ketika dia sudah berdiri di hadapan Brian.

"Kau yakin?"

Kala mengangguk. Dia yakin dan dia tidak akan pernah menyesali keputusannya.

Brian mengangguk pasrah. "Aku akan membayarkan denda pada pihak management musik. Apakah perlu aku ikut kau?"

Kala menggeleng. Brian ada yang menunggui. Tidak seperti dirinya yang tidak ada yang menunggui selain mamanya dan mamanya masih ada Kieran juga Cinta.

"Kau sebaiknya di sini saja. Masih ada kekasihmu yang menunggumu. Kau bisa pakai rumahku ini bersama kekasihmu. Aku tidak keberatan."

"Oke." Brian mengangguk. "Setidaknya, kuantar kau ke bandara."

KALA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang