Bagian 34 Penyesalan

492 38 14
                                    

Music Playing : Ari Lasso - Lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Music Playing : Ari Lasso - Lirih

🍃🍃🍃

"Waktunya tidur, Kala. Sudah malam." Susi mengusap kepala cucunya sayang ketika dilihatnya anak itu sudah menguap beberapa kali. Cinta bangkit dari duduknya, lalu mengulurkan tangannya pada anaknya lalu menggendongnya.

Susi dan Yusuf memerhatikan Cinta yang memilih untuk meninggalkan ruang tamu untuk menidurkan anaknya. Ketika Cinta sudah hilang dari pandangan, Susi menghela nafas. "Dia susah diajak bicara." Susi menggerutu sendiri.

"Dia kan memang seperti itu, bu." Jawab pria yang duduk berhadapan dengan Susi dan Yusuf. Pria yang usianya sama dengan Cinta.

Susi tersenyum tipis. "Kamu tau maksudku, Nak."

Pria muda mengangguk. "Aku ngerti. Cinta enggak mau buat ibu dan ayah khawatir. Walau dia enggak bilang apa yang terjadi sampai dia menangis, tetapi aku tau apa penyebab dia menangis."

Lalu terjadi keheningan yang canggung.

Yusuf berdehem demi menetralisir keadaan, "bagaimana kabarmu?" tanyanya mencoba mengalihkan topik pembicaraan yang sepertinya sudah mulai tidak nyaman.

Pria muda itu tersenyum lalu meremas tongkat yang berada di tangannya. "Saya baik, Yah."

Susi berdiri dari duduknya lalu memilih untuk duduk di samping pria muda yang sejak tadi hanya memandang lurus. Dipeluknya pria muda itu sayang. "Terima kasih, Nak." Bisik Susi. "Maaf ibu sudah gagal jadi ibu yang baik buat kamu dan Cinta. Kalian berdua adalah anak-anak ibu yang luar biasa. Berhati tulus dan mau memaafkan ibu. Ibu minta maaf, Hamid."

Pria muda yang bernama Hamid itu tersenyum. Tangannya terulur meraba punggung Susi lalu mengusapnya pelan. "Sudahlah, bu. Aku sudah maafkan ibu. Jangan ibu bicara seperti itu lagi."

Berulang kali Susi selalu mengatakan bahwa dia gagal menjadi ibu pada Hamid. Berulang kali pula Hamid mengatakan bahwa dia tidak mempermasalahkan hal itu. Berulang kali pula Hamid mengatakan bahwa dia menyayangi ibu dan Cinta-adiknya.

"Mataku memang buta," bisik Hamid, "tetapi hatiku enggak, bu. Aku tau, ibu melakukan itu semua karena ibu mau anak-anak ibu hidup layak. Aku enggak pernah salahkan ibu. Sungguh."

Airmata Susi berlinangan mendengar ucapan itu. Lima tahun lamanya dia ingin mendengarkan ucapan itu keluar dari bibir Hamid. Dan akhirnya kalimat itu keluar juga. Susi merasa dirinya payah. Merasa dia ingin sekali penderitaan anak-anaknya bisa berpindah padanya. Cinta yang masih berjuang dengan masa lalunya yang pahit, Hamid yang berjuang dengan jodoh dan karirnya.

Sebelumnya Hamid mengatakan bahwa dia akan melamar seorang wanita pujaan hatinya namun akhirnya gagal karena wanita yang sangat dia cintai itu memilih untuk meninggalkannya. Alasannya sungguh klise bahwa Hamid buta dan tidak punya pekerjaan tetap. Susi sakit hati ketika tadi Hamid memberitahukan itu padanya. Merasa kasihan pada anak kembarnya.

KALA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang