Bagian 8 Runtuh

661 54 6
                                    

Vote dan comment please :)

===========================
Music playing : Tangga -  Cinta Tak Mungkin Berhenti

🌼🌼🌼🌼🌼

Pertahanannya runtuh seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertahanannya runtuh seketika. Sesuatu yang tidak pernah ingin dia lakukan akhirnya dilakukan juga. Kabur. Cinta tidak tahan dengan perlakuan buruk suaminya. Dengan tubuh menahan sakit, Cinta berhasil kabur di malam yang hujan.

Dadanya serasa sesak mengingat betapa jahat suaminya memperlakukan dia. Suaminya menuduhnya berselingkuh. Sungguh keterlaluan. Padahal, dia tidak pernah menanggapi pembicaraan lawan jenis.

Cinta memutuskan untuk pulang ke rumah bulik. Dengan gemetar, dia berdiri diambang pintu rumah bulik. Ragu, dia mengangkat tangan kanannya. Sesungguhnya dia tidak berani pulang ke rumah buliknya tetapi mau ke mana lagi dia pergi jika bukan ke rumah bulik.

Perlahan dia mengetuk pintu rumah. Terdengar sahutan dari dalam. Suara bulik. Cinta memejamkan mata seraya menunduk. Siap menerima kemarahan bulik apapun itu.

"Cinta?"

Dibuka matanya lalu mendongak. Bulik melotot melihat Cinta. "Kamu kenapa, Ta?" Cinta dapat melihat jelas bulik menelitinya. "Mukamu kenapa, Ta? Kamu dipukuli?"

Cinta tidak kuasa menahan tangis yang selama ini dipendamnya. Di depan bulik, dia menangis sejadi-jadinya. Batinnya merana. Suami yang diharapkan sebagai teman hidupnya ternyata berlaku sangat kasar. Suami yang ingin disandarkan hidupnya itu ternyata tidak lebih dari pemalas.

"Ayo masuk, Cinta." Bulik mengajak masuk. "Paklikmu lagi ada urusan katanya. Mungkin sebentar lagi pulang."

Cinta mengangguk. Tenaganya sudah habis sekarang. Yang dia inginkan hanya tidur.

"Ganti bajumu dulu," pinta bulik, "kalau sudah beres, kemari lagi. Banyak yang mau bulik tanya."

Tanpa menjawab, Cinta beranjak membersihkan tubuhnya. Untung saja masih ada beberapa pakaiannya yang sengaja ditinggalkan.

***

Cinta menjelaskan pada bulik apa yang sebenarnya terjadi. Mengenai sikap kasar Herman padanya, mengenai pemalasnya Herman.

"Loh, bukannya dia itu punya usaha, kan?" sanggah paklik.

Cinta menggeleng. Usaha dari mana? Cinta mencibir dalam hati.

"Itu punya orangtuanya, Paklik." Jawab Cinta berusaha sejelas mungkin. Menurut Cinta, pria yang bisa mencari uang sendiri lebih baik daripada pria yang mengandalkan harta kekayaan orangtua. Walaupun sedikit, jika uang itu adalah milik sendiri, akan sangat terasa nikmatnya.

Bulik menatap suaminya. Meminta pendapat pada suaminya. Paklik berdiri dari duduknya lalu berkata, "besok kita tanya Herman. Apa benar dia begitu sama kamu. Paklik enggak bisa mendengar dari kamu saja. Paklik harus dengar dari Herman juga."

KALA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang