• Part 7 •

234 15 0
                                    

Author POV
_______________

Ana dan Azka membagikan lembar ekstra dan buku Biologi. Namun Buku Biologi yang dibagikan ternyata jumlahnya lebih 2.

"Biar gue yang tanya sisanya mau taruh dimana"Kata Azka.

"Biar gue aja. Lo amanin kelas aja biar gak ribut"Kata Ana.

"Oke"

Lalu Ana keluar dari kelas dan pergi ke kantor.

"Permisi,Bu. Buku nya lebih sisanya taruh dimana ya?"Tanya Ana.

"Oh..lebih ya? Kalo gitu ibu minta tolong balikin ke perpustakaan bisa,kan?"Kata Buk Gea.

"Ah,Bisa bu. Kalo gitu saya permisi dulu"

"Iya, makasih ya Ana"

Ana pergi melangkah menuju perpustakaan dan bertanya pada penjaga disana.

"Permisi,Pak. Saya mau taruh buku Biologi letaknya dimana ya?"Tanya Ana.

"Di Rak buku deretan nomor 3 nanti ada buku Biologi disana"

"Makasih,Pak"

Ana berjalan ke deretan nomor 3 dan meletakan buku Biologi disana sesuai tempatnya. Lalu Ana menatap seluruh perpustakaan. Tatapannya terhenti tepat di depan seorang laki-laki yang sedang duduk sambil membaca buku. Tanpa ragu, Ana berjalan mendekati Kafka dan duduk di depannya. Tapi Kafka sama sekali tidak sadar dengan keberadaan Ana. Antara tidak sadar atau tidak peduli.

"Hai..Kak"Sapa Ana tersenyum. Namun Kafka masih sibuk membaca bukunya. Ana tau ini perpustakaan jadinya Ana akan berusaha untuk tidak ribut.

"Kak...boleh nanya gak?"Tanya Ana. Tapi Kafka hanya terdiam.

Sabarr..Ana.... Coba lo Sopan sekarang, siapa tau dia bakal luluh -batin Ana.

"Kak.. kakak ikut ekstra apa?"Bisik Ana. Kafka menoleh menatap Ana, ia menaikan satu alisnya lalu balik membaca bukunya.

Dia luluh ya? Aduh.. gue gak ngerti sama raut wajahnya dia -batin Ana.

"Kak.. jutek bgt sih"Kata Ana. Namun Ana masih betah diam disana. Ia terdiam dan terus menatap Kafka. Ana tersenyum menatap Kafka. Ia menatap mulai dari alis...mata...hidung... mu--

"Kafka, lo dicari Buk Gea untuk ngurus adik kelas yang bakal ikut ekstra Musik dan Vokal"Kata seorang laki-laki yang baru tiba. Senyum Ana semakin mengembang mendengar perkataan laki-laki itu. Kafka berdecak kesal dan memejamkan kedua matanya menahan amarahnya.

"Musik dan Vokal ya... makasih banyak kak"Kata Ana menepuk pundak laki-laki yang Ana tak tahu siapa itu lalu pergi balik ke kelas.

Ana sampai dikelas dengan senyum yang lebar. Ia duduk di tempat duduknya dan mengisi form ekstra.

"Ana..lo ikut eks--Musik dan Vokal? Lo yakin masuk ekstra sana?"Tanya Kayla.

"Yaps. Suara gue bagus. Gue juga bisa main piano. Ya setidaknya ada skill. Lagian kak Kafka juga ikut ekstra itu"Kata Ana.

Di SMA Starlight Carrington membolehkan muridnya untuk memilih hanya 1 ekstra. Tetapi itu harus sesuai dengan skill yang ada.

"Lo masih mau ikut OSIS?"Tanya Ana yang melihat isi form Kayla.

OSIS di SMA SC  termasuk ke dalam kegiatan ekstrakulikuler.

"Ya. Itung-itung dapet modus sama kakak lo. Lo gak pngn ikut OSIS lagi? Lo juga bisa modus,kan?"

"Gak. Gue gak kuat jadi OSIS. Melelahkan. Ngapain gue modus kalo orangnya tinggal disebelah rumah gitu"

"Oh iya,gue lupa..hehe.."Kata Kayla nyengir.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang