• Part 34 •

100 7 5
                                    

Di lain sisi, Darrell, Kafka dan Arthur sedang makan bersama dikantin tetapi mereka tidak berfokus pada makanannya melainkan pada Kafka yang daritadi terus melirik ke tempat Keinan dan Ava yang duduk berdua sedang makan bersama.

"Kenapa kamu mengabaikan Ana tadi?"Tanya Darrell penasaran. Kafka sontak menatap Darrell terbelalak. Bagaimana ia tahu? Padahal ia jalan sendirian.

"Aku melihatnya. Ana terlihat ingin menyapa mu tapi kau bahkan tidak meliriknya"Lanjut Darrell. Ah ia lupa temannya ini bisa membaca pikiran.

"Aku sedang banyak pikiran"Jawab Kafka lalu menunduk dan menyuapkan makanannya.

"Apa gunanya kita berteman jika kau tidak ingin menceritakannya pada kami? Mungkin kita bisa membantu mu"Kata Arthur. Dan Kafka menggelengkan kepalanya.

"Kalian tidak bisa"Jawabnya sambil menghela nafas.

"Masalah apa,Kaf? Kenapa kamu tidak bisa membicarakannya pada kami?"Tanya Darrell. Setelah cukup lama terdiam akhirnya Kafka buka suara.

"Aku ingin menjadi Dokter dan Keinan juga. Orang tua kami kecewa karena tidak ada yang ingin meneruskan perusahaan Papa..."

".. Dan terpaksa untuk pertama kalinya kami bersaing. Yang menang bisa melanjutkan menjadi Dokter nantinya"Kata Kafka.

"Kalian bersaing secara sehat kan?"Tanya Arthur dan Kafka mengangguk.

"Tentu saja, kami tidak seperti anak kecil bersaing dengan fisik. Tapi di akademik. Siapapun yang unggul di perankingan nanti dia yang menang. Maka dari itu aku memutuskan untuk fokus dengan akademik ku"Kata Kafka.

"Kenapa kamu ingin menjadi Dokter? Ku pikir kamu akan menjadi Arsitek seperti Ayah mu"Kata Darrell.

"Ada alasan yang membuat ku ingin menjadi Dokter"Kata Kafka tersenyum tipis sambil menatap Darrell.

"Apa memangnya?"Tanya Arthur. Dan Kafka terdiam.
Arthur pun melirik pada kedua temannya itu.

"Kalian tidak sedang bertukar pikiran kan? Hei, kau juga harus memberitahukannya padaku! Dan Darrell, kau curang! Hanya karna bakat bisa membaca pikiran kau tahu sendirian dan tidak ingin membaginya"Kata Arthur. Dan Darrell juga Kafka hanya tertawa.

•o0o•

Setelah Ana mendatangi kantor, pegawai disana tidak ingin memberitahu Ana dimana alamat rumah Eza. Karena ia pemilik sekolah ini jadi sangat dirahasiakan. Bahkan di internet pun juga tidak ada padahal perusahaan milik keluarga Eza sangat besar namun tidak ada sama sekali yang mencantumkan dimana alamat rumahnya. Bahkan jika Alamat rumah keluarga Carrington bocor ke publik, keesokannya rumah tersebut sudah dijual dan semuanya pindah dari sana. Sangat aneh bukan?

"Huft. Kemana lagi aku harus mencari tahunya"Kata Ana menghela nafas.

Ah kenapa ia tidak mengikuti kakaknya pulang sekolah nanti? Siapa tahu Danzell akan pergi ke rumah Eza sepulang sekolah. Ya, Ana harus mengikuti kemana kakaknya pergi nanti. Harus.

•o0o•

Bel pulang sekolah berbunyi,

Sepuluh menit yang lalu Ana sudah mengirimkan pesan pada kakaknya,Darrell, jika ia tidak pulang bersama dengan alasan ia akan pergi ke perpustakaan sebentar mencari buku pelajaran sebagai referensi belajarnya. Untungnya Darrell membolehkannya dan tidak curiga sama sekali. Jadi Ana dengan jaket, topi dan maskernya ia menyamar dan menunggu di depan gerbang sekolah tak lupa ia juga sudah memesan taksi online dan melihat satu persatu murid yang keluar untuk melihat kakaknya.

Dan benar saja, tak lama kemudian, dari kejauhan Ana melihat Danzell dan Angga berjalan bersama dan mereka memasuki mobil yang entah milik siapa, sepertinya milik Angga karena ia yang mengendarainya. Setelah itu, mobil ferari yang dikendarai oleh Angga keluar dari gerbang sekolah di susul oleh Ana dibelakangnya.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang