Part 18

774 86 8
                                    

Pagi ini ruang makan begitu kosong dan sepi.. Tidak ada Minhyun, tidak ada Jaehwan juga tidak ada Jinyoung.. Tuan Hwang yang menatap kekosongan ini pun tidak dapat menahan dirinya untuk tidak bertanya keberadaan anak-anak mereka pada sang istri..

"Kemana anak-anak?"

"Anak-anak?? Minhyun? Jaehwan? Anak-anak atau anakmu?? Hwang Jinyoung.."

"Jaehwan belum pulang?"

"Kamu berharap dia pulang?? Kamu kan yang mengusirnya... Kalau saja kamu nggak menyuruh tuan Lee membuka pintu pagar, Jaehwan tidak akan lari meski kamu pukulin ratusan kali.. Paling dia hanya menangis di halaman semalaman.."

"Khawatir??" tanya istrinya yang dapat melihat kecemasan pada wajah suaminya

"Apa pantas kamu khawatir saat ini?? Kamu tahu anak-anakmu jauh lebih dewasa dari ayahnya yang mungkin hanya tau bisnis di kepalanya.."

"Sulitkah kamu berlaku adil? Sesulit itukah kamu memegang sebuah janji? Janji pernikahan kita.. Janji saat kita memutuskan mengadopsi Jaehwan?? Jaehwan itu manusia.. Seorang anak untuk kita.. Dia yang mengisi kekosongan di rumah ini saat kita kehilangan anak kedua kita.. Apa dia begitu tidak berarti karena tidak ada darah Hwang mengalir di tubuhnya??"

"Minhyun sudah menceritakannya semua padaku.. Minhyun mencintai Jaehwan.. Mau kamu anggap ini benar atau tidak, tapi menyakiti mereka seperti kemarin bukan jalan keluar yang baik.. Mau kamu pukul Jaehwan sampai berdarah pun, tidak akan menyelesaikan masalah.. Aku ingin mencari Jaehwan.. Semalam hujan lebat, aku mau mencari anakku.. Sebelum sesuatu yang buruk terjadi padanya.."
.
.
.
.
.
.
.
.

Di ruang kerjanya, tuan Hwang terduduk diam sambil memandangi foto keluarganya.. Hanya ada dirinya, istrinya, Minhyun dan Jaehwan..

"Jika anda mecari anak yang paling kecil atau bayi, kami hanya memiliki bayi ini di panti asuhan ini.. Namun sayangnya, belum ada alasan yang membuat kedua orang tuanya meninggalkan bayi ini begitu saja.. Jika anda ingin mengadopsinya, kami harap anda bisa menyayanginya.."
.
.
.
.

"Aigoo.. Lucu sekali kamu sayang.. Yeobo, lihat... Jaehwan sudah makin besar.."

"Aku harap kamu bahagia dengan kehadiran Jaehwan.."

"Tentu saja.. Jaehwan begitu lucu.. Minhyun pun sangat menyayanginya.. Yeobo.. Berjanjilah.. Selamanya kita akan merahasiakan status Jaehwan ya.. Aku yakin dia akan tumbuh menjadi anak yang baik.. Aku tidak ingin kenyataan menyakiti hatinya..."

"Tentu saja.. Aku akan menyayanginya seperti anakku sendiri.. Sama seperti Minhyun.."
.
.
.
.
.
.
.

Appa,
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang ke acaraku kemarin..
Terima kasih juga sudah menemaniku di rumah sakit..

Appa sibuk kah? Jaehwan merindukan appa..
Sering-seringlah pulang ke rumah, nanti Jaehwan akan memijiti appa seperti biasa..
Jangan lupa istirahat..

Dan coklat ini,
Aku dengar coklat bisa membantu meringankan stress
Sengaja Jaehwan pilihkan dark chocolate karena appa nggak terlalu suka yang manis-manis..

Appa, Jaehwan ingin sekali bercerita..
Jaehwan mencintai seseorang
Tapi Jaehwan merasa ada yang salah dengan perasaan ini..
Jaehwan ingin appa memberikan masukan yang terbaik untuk Jaehwan..
Atau kalau menurut appa, Jaehwan salah.. Appa boleh memukul Jaehwan..
Setidaknya appa orang pertama yang mendengar cerita cinta Jaehwan..
Dengan cinta ini, apakah anak appa sudah dewasa? Atau bahkan masih kecil?

[END] 그리워Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang