Makasi banget buat semua temen-temen yang udah setia baca book ini. Thanks a lot buat semua pihak.
Terimakasih buat yang setia ninggalin vote, terima kasih amat banyak buat yang setia komentar dan ngasih berbi semangat, apalagi yang ninggalin vote dan komentar.
Last, please baca end note berbi di bagian paling bawah.
See you on the other book.
Enjoy~
***
Seongwoo menatap layar ponselnya, melihat fotonya dan Minhyun yang tertawa bahagia sebagai wallpapernya. Seongwoo menghela nafas.
Setelah pertanyaan Minhyun yang masih belum bisa dia jawab hingga saat ini dilontarkan, Minhyun tidak menghubunginya sekalipun.
Di kantor, Minhyun tetap beraktivitas seperti biasa. Tanpa beban.
Seakan tidak ada hal penting yang terjadi pada hidupnya.
Seakan tidak ada yang hilang dari hidupnya.
Seakan Seongwoo tidak penting baginya.
Tapi Seongwoo tau, dirinya penting bagi Minhyun. Sama pentingnya dengan kedua orang tua dan nunanya.
Minhyun cuma capek. Capek selalu menurutinya. Capek selalu bersabar sama kebiasaannya. Capek selalu menahan dirinya untuk ga marah dan justru menyakiti Seongwoo.
Karena Seongwoo tau, Minhyun begitu.
Tapi sekarang, Seongwoo udah bikin orang sesabar Minhyun marah. Sekarang dia tau, Minhyun memberinya waktu buat mikirin semuanya.
Memikirkan apa Minhyun termasuk dalam rencana masa depannya.
Seongwoo sendiri belum pernah mikirin hubungan mereka sejauh itu, karena toh mereka masih muda. Masih panjang banget hidup mereka.
Ya kali Seongwoo mesti di rumah, diem ngurus rumah, terus hamil, terus ngurus anak begitu aja. Seongwoo juga kan punya cita-cita.
Meski dia gatau sih dia bisa hamil atau engga. Tapi yang jelas tipe orang kaya Minhyun pasti minta anak. Meskipun ga bisa punya anak, Minhyun pasti ngajak Seongwoo buat adopsi anak.
Seongwoo ga bisa ngebayangin hidupnya dengan anak-anak yang ribut. Berteriak dan berlari sepanjang hari.
Seongwoo ga bisa bayangin hidupnya harus ngurusin anak kecil, bersihin kotorannya, ngurusin kehidupan mereka.. wah pokonya ga banget. Bukan Seongwoo banget.
Seongwoo masih mau hidup bebas. Beli apa yang dia mau, makan apa yang dia mau. Pergi kemanapun yang dia mau. Ngelakuin apapun yang dia mau.
Dia belum siap buat tanggung jawab sebesar itu. Dia belum siap buat terikat sama Minhyun.
Seongwoo menyukai hubungan mereka sejauh ini. Toh sekarang mereka sama aja kaya pasangan yang nikah. Mereka cuma ga satu rumah.
Terus kenapa Minhyun tiba-tiba ungkit soal pernikahan?
Pake bawa-bawa kesenengan Seongwoo sama gamenya.
***
"Hyun, bisa ngomong sebentar?" Seongwoo menghalangi langkah Minhyun yang baru kembali dari makan siangnya.
Minhyun melihat jam sekilas dan menganguk.
"Kamu butuh waktu berapa lama Sayang?" Tanyanya. "Aku ada meeting satu jam lagi."
"Itu cukup. Mau makan?"
"Aku udah makan. Kamu mau makan dulu? Yauda makan dulu aja. Kalo kamu udah selesai kamu bisa kabarin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over Flowers [OngHwang]
Fanfiction--Eh si bego! Siapa yang report gue? Ini gue baru beli item buat karakter gue woy! Duit lembur gue abis! --Yeu si bego. Karakter doang bagus. Item dewa. Mainnya bego. Tipe-tipe orang kaya bego nih. --Salah apa gue kejebak antara pacar bobrok sama ba...