'Ingatlah selalu kalau aku sangat mencintaimu'
Seorang gadis terjaga dari tidur nya. Napasnya memburu dan baju tidur sutra yang ia kenakan sudah basah oleh keringat. Beberapa helai rambut pirang milik gadis itu menempel pada lekukan lehernya yang basah.
' Mimpi itu lagi.' Batin gadis itu.
Sudah setahun lebih gadis itu memimpikan hal yang sama setiap harinya. Mimpi itu seperti terus menghantuinya. Mimpi dimana ia melihat seorang gadis yang terikat, pistol, dokter, jarum suntik, dan yang terakhir pria dengan wajah buram. Wajah pria itu tidak pernah bisa dilihat dengan jelas seberapa sering pun ia memimpikannya.
Gadis itu membuka selimut tebal yang ia gunakan dan beranjak turun dari ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi. Ia menyalakan keran air dan membasuh wajahnya. Tetesan air yang mengalir dari wajahnya membasahi baju tidurnya hingga tercetak jelas. Ia menatap ke pantulan dari dalam cermin. Sosok seorang gadis bermata biru samudera yang kini juga menatap balik padanya. Sosok itu dirinya.
Gadis itu membuka laci yang terdapat dibawah wastafel dan mengambil sebuah handuk. Ia mengelap wajahnya dengan handuk tersebut hingga kering. Ia mengikat rambut pirangnya menjadi sebuah cepolan lalu melepaskan dan membuang baju tidurnya kedalam keranjang baju kotor. Gadis itu melangkah keluar dengan bathrobe dan membuka lemari pakaian. Pilihannya jatuh pada sebuah sweater rajut yang berwarna coklat dan celana kain berwarna abu abu gelap.
Selepas mengenakan pakaian pilihannya, ia melangkah ke dapur yang terletak di lantai pertama. Hal pertama yang ia lakukan adalah membuka kulkas. Ia mengeluarkan buah jeruk saat memutuskan untuk membuat orange juice untuk dirinya. Gadis itu memblender buah jeruk itu hingga hancur dan menuangkannya kedalam gelas bening yang sudah ia sediakan disampingnya. Ia baru menyeruput orange juice yang ia buat saat seorang gadis dengan potongan rambut bob datang menghampirinya.
"Disini rupanya kau, Chilla" Ujar Betty pada gadis itu. Gadis yang dipanggil chilla itu menengadah menatap Betty dan tersenyum mengetahui kegusaran Betty.
" Aku baik - baik saja, Bet. Sebentar lagi aku akan menyusul ke Florist." Ujar Chilla pada betty, tetangga sekaligus pemilik Florist tempat ia bekerja.
Gadis bernama Achilla Camile Peterson itu meletakkan gelas bekas orange juice miliknya ketempat pencucian piring lalu menyusul Betty yang sudah menunggu diluar rumahnya.
" Ayo, Bett." Ajak Chilla setelah selesai mengunci pintu rumahnya.
Mereka berjalan ke sebuah toko florist yang terletak disamping rumah Chilla. Ya, jarak yang sangat dekat karena hanya perlu beberapa langkah untuk sampai disana. Chilla bahkan tidak ingat berapa lama ia telah kerja disana. Yang ia ingat adalah hanyalah sosok betty dan paman Albert yang sangat baik padanya.
Paman Albert. Baru saja disebut pria kepala empat itu sudah muncul dari dalam florist. Kedua tangannya mengangkat dua kantong pupuk tanaman yang sepertinya lumayan berat karena wajah paman Albert yang sudah memerah menahan napas.
" Morning, Chilla. Kau terlambat dua menit sehingga Betty harus pergi memeriksa untuk memastikan mu tidak telat." Paman Albert menyapa Chilla setelah meletakkan pupuk itu diatas tanah.
" Maafkan aku, paman. Aku hanya terlambat bangun. Sebaiknya aku bersiap - siap sekarang."
Paman Albert dan Betty menggeleng kepala melihat Chila meminta maaf lalu berlari kedalam florist. Chilla mengikat sebuah celemek untuk melindungi baju nya dari kotoran tanah saat ia bekerja lalu keluar lagi dari florist. Chilla dapat melihat paman Albert yang sudah sibuk memupuk satu persatu pot tanaman bunga dan Betty yang sedang merangkai bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Romance(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...