Part 23 - The Law

8.1K 533 25
                                    

Pagi kembali datang dengan cepat. Kantong mata Chilla menghitam dan bengkak karena menangis semalaman hingga tidak tidur. Pikirannya tentang kemungkinan Dalton masih hidup seakan memudar karena sudah dua hari sejak ia menghilang, Dalton tidak kunjung datang menyelamatkannya.

Cklek

Chilla menatap waspada pintu kamar yang dibuka. Empat orang pelayan wanita masuk kedalam kamar bersama Sergei. Masing – masing pelayan itu memegang kotak perhiasan dan gaun pengantin yang membuat Chilla meringsut ke sudut ranjang.

" Pastikan ia memakai gaun itu." Titah Sergei lalu tersenyum manis pada Chilla.

" Aku akan memberi waktu untukmu bersiap – siap sayang." Sergei keluar dari kamar, memberi waktu agar Chilla dapat bersiap - siap.

" Mari kita bersiap, Nona." Empat orang pelayan itu mendekati Chilla.

" Tidak! Aku tidak mau!" Chilla menatap horror pelayan – pelayan itu.

" Aku tidak akan pernah mau memakai gaun terkutuk itu!" Chilla meronta saat dua orang pelayan memegang pergelangannya.

" Nona, jangan mempersulit kami."

" Aku tidak mau! Kalian pergi!!" Chilla menghempaskan kedua pelayan yang memegang lengannya dan mendorong seorang pelayan lagi yang hendak mendekatinya.

Empat pelayan itu kewalahan menangani seorang Chilla. Teriakan Chilla yang semakin keras dan suara kegaduhan yang tercipta terdengar hingga ke telinga Sergei, membuat Sergei yang telah berpakaian rapi kembali kedalam masuk kedalam kamar itu bersama dua orang anak buahnya.

" Apa yang kamu lakukan, Sayang?" Sergei mendekati Chilla.

PLAKK

Sebuah tamparan mendarat di pipi Sergei. Darah Sergei memanas. Sudah cukup ia bersabar menghadapi wanita dihadapannya ini. Selama ini ia bersikap lembut karena tidak ingin melukai wanita itu tapi sekarang ia tidak akan mentolerir lagi sikap pembangkang Chilla. Wanita itu harus diberi pelajaran.

PLAKK

" Siapa yang bilang kau boleh menamparku hahh?!!" Sergei menampar balik Chilla.

" Apa susahnya memakai gaun itu?!" Sergei menjambak kuat rambut Chilla sedangkan Chilla hanya menatap Sergei dengan kebencian mendalam.

" Aku... Tidak... Sudi.." Tekan Chilla dan menggertakkan giginya karena jambakan pada rambutnya semakin kuat.

" Baik. Kalau itu maumu. Dengan atau tidaknya gaun itu. Kau tetap akan menikah denganku." Balas Sergei penuh penekanan.

Anak buah Sergei membuka borgol pada kaki dan lengan Chilla atas perintah pria itu. Sergei langsung menyeret tubuh Chilla dari kamar hingga halaman rumah itu tanpa belas kasihan. Dibelakang Sergei, dua orang anak buahnya mengikuti langkah mereka.

" Lepaskan aku, Sialan." Chilla menggeram menahan sakit yang mendera dikulit kepalanya.

Tubuh Chilla diseret hingga hampir mencapai mobil sedan hitam yang terparkir di tengah halaman. Air mata Chilla sudah akan keluar jika saja jambakan pada rambutnya tidak terlepas begitu saja bersamaan dengan suara tembakan.

Chilla mendongakkan wajahnya. Air mata yang sejak tadi tertahan diujung pelupuk matanya mengalir saat menatap siapa orang yang telah melayangkan tembakan itu. Pria itu ada disana. Dalton berdiri diatas pagar beton tinggi rumah itu dan menatap Sergei dengan kobaran api yang membara.

" Dalton."

Chilla berlari ke arah Dalton yang melompat ke dalam halaman rumah dan memeluk tubuh pria yang sangat ia rindukan itu. Tidak bisa dijelaskan betapa bahagia dan lega nya hati Chilla dapat memeluk kembali tubuh pria yang dicintai olehnya. Elusan pada pipi Chilla membuatnya mendongak menatap Dalton dengan lelehan air mata.

" Kau terluka." Gumam Dalton dengan sedih sambil mengelus memar yang ada dipipi Chilla.

" Tunggu disini. Pria itu harus mendapat ganjaran dari perbuatannya." Kata Dalton.

Dalton melangkah meninggalkan Chilla dan mendekati Sergei yang tengah terluka dan terlungkup diatas tanah. Ia menginjak pinggang Sergei hingga pria itu meringis kesakitan. Melihat darah yang mengalir dari luka tembakan di perut Sergei semakin banyak membuat Dalton menyeringai.

" Bagaimana.. kau bisa.. menemukanku?" Sergei bertanya dengan terbata – bata.

" Kau saja yang tolol menyembunyikan kekasihku ditempat yang mudah ditemukan. Lalu, apa kau begitu meremehkanku hingga hanya menempatkan enam orang anak buahmu?" Dalton melihat sekitarnya dimana ada empat orang anak buah Sergei yang berjaga disekitar dan dua lainnya telah tergeletak di atas tanah.

" Kau.." Sergei menggeram dan terbatuk – batuk mengeluarkan darah dari mulutnya.

" Apakah itu sakit?" Dalton bertanya dengan polos.

" Tentu saja, bukan?" Dalton menarik kakinya dari tubuh Sergei. Tidak, semua itu belum berakhir. Kali ini Dalton menduduki pinggang pria itu hingga darah yang merembes ke tanah semakin banyak membuat wajah Sergei berubah pucat pasi.

" Rasa sakit yang nikmat." Ujar Dalton dengan nada mengerikan.

" Kenapa kau mendadak bisu, Sergei?" Tanya Dalton lagi.

" Katakan. Tangan mana yang kau gunakan untuk menampar Chilla?" Nada pertanyaan Dalton yang semulanya santai berubah penuh penekanan.

" Apakah yang ini?" Nada bicaranya kembali santai.

Dalton menunjuk tangan kanan Sergei lalu tidak sampai lima detik tangan itu dipatahkan oleh Dalton.

" ARGHH!!" Teriak Sergei kesakitan.

" Atau yang ini?"

" ARGHH!!"

Sergei kembali berteriak kesakitan saat Dalton mematahkan tangan kirinya.

" Sakit? Tapi bagaimana ya.. Rasa sakitmu saja tidak cukup untuk membayar luka yang sebabkan, Kozlov."

" Bayaran yang setimpal itu adalah nyawamu." Bisik Dalton dengan nada berbahaya ditelinga Sergei seperti pengumuman kematiannya.

" Ampuni aku, Capo. Aku.. tidak.. akan mengulanginya .. lagi.." Sergei berucap dengan terbata – bata.

" No.. No.." Dalton menggelengkan kepalanya.

" Touch her, and you die. That's the law." Dalton kembali berbisik ditelinga Sergei sembari mendekatkan moncong pistol pada kening Sergei dan menarik pelatuk pistol sambil menahan tubuh lemah Sergei yang mencoba merontak.

DORR

Sebuah peluru menembus otak Sergei. Pria itu sudah tidak bernyawa dengan mata yang masih terbelalak. Dalton menatap kasihan pada Sergei, pria yang malang. Dalton beranjak dari tubuh Sergei. Ia melangkah mendekati Chilla dan membawa gadis itu kedalam pelukannya.

" Ayo kita pulang."

Chilla hanya diam dan menatap sekilas padaSergei yang malang. Ia tidak berkomentar apa – apa dan memutuskan melangkahpergi bersama Dalton.

Tbc

Menurut kalian cerita ini gampang ditebak gak sih?

#edisilagiingindengarpendapatreader

With Love,


VL

His Lover (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang