Tiga puluh menit berlalu, Dalton merasa janggal karena Chilla tidak kunjung kembali kedalam ballroom. Padahal puncak acara akan segera dimulai dimana ia akan mengumumkan pertunangannya dengan wanita yang ia cintai. Tidak bisa menunggu lagi, akhirnya ia memutuskan untuk mencari ke kamar mandi wanita.
Tok Tok Tok
" Chilla? Kau masih disana?" Tanya Dalton.
Dalton mengetuk pintu bagian depan kamar mandi wanita. Dalton menunggu beberapa menit namun tetap tidak ada jawaban dari Chilla. Hal itu membuat Dalton merasakan firasat buruk. Tanpa memperdulikan teriakan para wanita yang berada didalam kamar mandi. Dalton masuk kedalam kamar mandi wanita dan mendobrak satu persatu pintu yang terkunci. Hasilnya nihil. Chilla tidak ada disana.
Dalton mengepalkan tangannya. Sesuatu pasti telah terjadi pada Chilla. Dengan wajah menyeramkan, Dalton melangkah keluar dari kamar mandi wanita. Matanya menemukan sosok yang ia cari. Dengan sekali sentak, ia menarik kerah kemeja pria itu.
" Katakan! Apa kau yang menculik Chilla?!!" Ujar Dalton. Urat – urat pada wajah Dalton terlihat jelas karena emosinya yang semakin meledak.
Teriakan Dalton itu berhasil menarik perhatian para tamu. Mereka mulai berkumpul membentuk sebuah kerumunan untuk mengetahui apa yang terjadi hingga Dalton, Capo mereka menjadi semarah ini.
" Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun, Dalton." Ujar Enzo dengan tenang dan tidak terprovokasi sedikitpun dengan Dalton.
" Jangan pura – pura bodoh!" Cengkraman Dalton semakin mengerat.
" Coba kau pikirkan. Untuk apa aku masih berada disini kalau aku yang sudah menculik Chilla. Bukankah seharusnya aku sudah kabur sekarang?"
Cengkraman Dalton mengendur. Apa yang Enzo katakan benar. Melihat akal sehat Dalton yang mulai kembali, Enzo menepis tangan Dalton dari kerah kemeja nya.
" Aku hanya ingin menegaskan sekali ini saja, Dalton. Achilla memang cantik. Tapi aku tidak tertarik untuk memilikinya seperti yang Kenzo lakukan dulu. Aku masih menghargaimu sebagai seseorang capo." Enzo menepuk – nepuk kemejanya yang menjadi lecek karena ulah Dalton.
" Musuhmu itu banyak diluar sana. Bukankah aku sudah memperingatkanmu?" Kata Enzo lalu melangkah pergi dari keramaian yang tercipta.
" Enrico, Kalian berpencar dan cari Chilla. Janiero, kau bubarkan pesta ini. Aku akan mengecek semua cctv yang ada dihotel." Titah Dalton saat Janiero dan Enrico mendekatinya.
Tidak perlu bertanya, mereka sudah tahu jawabannya dan langsung menjalankan perintah Dalton.
" Semuanya saya minta maaf karena kekacauan tadi dan sangat disayangkan pesta hari cukup sampai disini..." ujar Janiero yang telah berada diatas panggung dan masih dapat didengar Dalton.
Dalton meneruskan langkahnya keruangan cctv tanpa memperdulikan lagi suasana ballroom yang penuh kasak kusuk dengan pertanyaan kenapa acara dibubarkan. Ia membuka pintu ruangan cctv itu dengan sekali sentakan yang mengagetkan petugas yang berjaga.
" Tampilkan cctv di arah selatan dekat kamar mandi wanita dari empat puluh menit yang lalu" Ujar Dalton dingin.
Perintah itu langsung dilaksanakan oleh para petugas. Mereka memampangkan cctv diarea kamar mandi. Dalton dapat melihat Chilla yang masuk kedalam kamar mandi. Tidak beberapa lama seorang wanita lainnya masuk juga kedalam kamar mandi. Setelah itu, dua orang wanita yang tidak dikenal keluar. Dalton mengerutkan keningnya dalam. Cctv itu telah ditayang ulang selama dua kali selama empat puluh menit dan Dalton tetap tidak melihat Chilla keluar dari kamar mandi itu.
" Tayangkan sekali lagi." Dalton memijit pangkal hidungnya.
" Tuan." Petugas itu terlihat ragu – ragu saat memanggil Dalton.
" Izinkan aku berpendapat." Kata petugas.
" Katakan."
" Aku merasa wanita ini aneh." Petugas itu menunjuk wanita yang memasuki kamar mandi setelah Chilla.
" Dia masuk sendiri tapi pas keluar dia memapah seseorang." Lanjut petugas itu.
" cari tahu kapan wanita yang dipapah itu masuk ke dalam sana." Kata Dalton.
" Tidak ada, Tuan. Wanita yang memakai selendang hitam itu tidak pernah memasuki Kamar mandi."
" Achilla." Gumam Dalton saat menyadari postur tubuh yang bersama wanita tidak dikenal itu mirip dengan Chilla.
" Selidiki kemana perginya wanita itu membawa gadis berselendang itu."
Dalton semakin yakin kalau gadis itu adalah Chilla. Wajah gadis itu ditutupi dengan selendang. Tubuhnya yang lemah dan dipapah wanita itu sedang tidak sadarkan diri. Gerak – gerik wanita yang berada disamping Chilla juga mencurigakan dan terlihat dikejar oleh sesuatu. Petugas – petugas itu mengotak – atik computer mereka hingga terpampang dilayar semua tempat yang dilewati oleh kedua wanita itu hingga ke tempat parkir.
"1225 WH" Dalton membaca plat nomor yang dinaiki oleh kedua wanita itu.
Sebuah sedan hitam dengan kaca lapisan tergelap itu meninggalkan tempat parkir dua puluh lima menit yang lalu. Dalton mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Enrico. Pikirannya masih menerka – nerka siapa kah yang sudah berani menculik Chilla.
" Selidiki siapa pemilik mobil 1225 WH."
Dalton menutup ponselnya dan melangkah ketempat parkiran. Ia memutuskan berkeliling mencari Chilla karena ia tidak bisa tenang. Ia menstarter mobil porschenya dan meninggalkan tempat parkir yang telah sepi karena hampir semua tamu yang hadir telah pulang. Dalton membawa mobilnya ke tempat – tempat sepi. Tidak menutup kemungkinan kalau Chilla akan ditemukan ditempat sepi seperti hutan dan gedung tak terpakai. Dalton mengendarai mobil dengan pikiran menerawang.
TINN TINNN
Dalton terkesiap melihat sebuah truk yang mengangkut banyak barang melaju kearahnya. Tanpa pikir panjang, Dalton memutar setir mobilnya penuh kekanan untuk menghindari mobil truk itu hingga ban mobilnya berdecit karena dipaksa kekanan.
" Mierda!" Umpat Dalton saat ia akan menginjak rem dan ternyata rem mobilnya putus.
BRAKK
Mobil Dalton menabrak sebuah pohon lalu terbalik dan masuk kedalam jurang. Beruntung sebelum itu terjadi Dalton sempat membuka mobil pintunya dan melompat keluar. Dalton memegang lengannya yang terluka tergores aspal. Pelipisnyajuga berdarah. Siapapun orang yang telah menculik Chilla dan berniat menyingkirkannya. Orang itu tidak akan bisa hidup tenang.
Drrttt drrtt
Dalton meraba saku celananya saat merasakan getaran ponsel. Ia langsung mengangkat dan mendekatkan benda segi empat itu pada telinganya saat melihat nama Enrico terpampang dilayar ponselnya.
" Halo.."
" Aku sudah menemukan pemilik mobil itu, Dalton."
" Siapa?"
" Pemilik mobil itu adalah anak buah Sergei Kozlov."
" Sergei Kozlov." Dalton menggumamkan nama itu dengan mata berkilat – kilat berbahaya.
tbc
Di tunggu Vommentnya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Romance(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...